Kamu ngerasa seneng banget tiap kali ada gerobak kopi lewat depan kantor, kan? Harganya cuma Rp8 ribu—kayak jatuh dari langit. Tapi, kamu pikir gerobak ini cuma teman baik buat dompetmu? Sob, salah besar. Di balik senyumnya yang manis, gerobak kopi ini lagi bikin UMKM dan warung kopi kecil di seluruh kota perlahan-lahan ambruk kayak kartu domino.
Bayangin, kamu punya warung kopi kecil yang udah bertahun-tahun berdiri. Pelanggan setia, suasana nyaman, harga bersahabat. Tapi tiba-tiba, datang gerobak kopi dengan harga lebih murah, lebih cepat, dan bisa dipesen lewat aplikasi. Gimana caranya kamu mau saingan? Ini bukan cuma persaingan, ini pembantaian, sob. Teknologi dan harga murah bikin warung-warung kecil mati pelan-pelan.
Terus terang aja, nggak ada yang bisa melawan efisiensi brutal ini. UMKM yang tadinya jadi penyelamat ekonomi lokal? Sekarang mereka cuma bisa pasrah ngeliat gerobak-gerobak ini ngambil alih pelanggan setia mereka. Dulu orang-orang suka nongkrong di warung kopi buat ngobrol sama temen, sekarang tinggal klik, kopi langsung datang. Siapa yang masih mau repot? 
Buat pelaku usaha kecil, ini bukan cuma soal bertahan hidup. Ini soal bagaimana mereka bisa bertahan di tengah tsunami inovasi yang nggak bisa mereka ikuti. Satu per satu warung kopi kecil bakal gulung tikar. Kamu yang udah biasa ngopi di kafe mahal mungkin nggak peduli. Tapi kalau kamu cinta sama warung kopi langgananmu? Siap-siap, mereka mungkin nggak akan bertahan lama.
Kopi gerobak bukan sekadar trend. Ini revolusi yang bakal ngabisin seluruh bisnis kopi kecil di kota. Gerobak kopi ini nggak cuma murah, tapi penghancur bisnis kecil yang diam-diam menggerus pasar. Siapa yang mau bayar lebih mahal kalau bisa dapet yang lebih murah dan lebih gampang?
Jadi, kapan terakhir kali kamu ngopi di warung kopi kecil? Tunggu sampai semuanya hilang, dan kamu bakal sadar, gerobak kopi ini bukan cuma bikin hidupmu lebih murah—tapi juga lebih sepi. Siap-siap aja ngeliat warung-warung kecil tumbang satu per satu.
