Ada satu nasihat yang sering terdengar dan terdengar bijak di permukaan, tapi kalau dipikir-pikir lagi justru agak ngaco: “Jangan overshare kesibukan atau pencapaian karier.” Katanya biar nggak terlihat pamer, biar tetap lowkey, biar nggak jadi bahan omongan orang. Padahal, kalau kita kerja di industri kreatif—desainer, musisi, penulis, fotografer—bukankah justru penting untuk menunjukkan karya dan perjalanan kita?
Pentingnya Menunjukkan Value Diri
Dalam dunia yang serba digital ini, portofolio bukan cuma sekadar PDF atau website pribadi, tapi juga jejak digital yang kita bangun. Orang nggak akan tahu skill kita kalau kita sendiri nggak pernah menunjukkan.
Gini deh, ada dua desainer. Yang satu sering posting hasil karyanya, update proyek terbaru, kasih wawasan tentang desain. Yang satu lagi diam-diam saja, takut dibilang pamer. Kalau ada klien yang butuh jasa desain, kira-kira siapa yang bakal dipilih? Tentu yang aktif dan terlihat kompeten!
Beda Portofolio dan Pamer
Orang sering salah kaprah: membagikan pencapaian profesional = pamer. Padahal, ini dua hal yang beda.
- Portofolio = menunjukkan karya, pengalaman, dan kompetensi. Berguna buat branding diri dan membuka peluang kerja.
- Pamer = flexing barang-barang mahal, ngepost tiap kali makan di resto fancy, atau upload foto speedometer mobil tiap kali di tol.
Jadi, kalau kamu ngasih tahu orang bahwa kamu baru menyelesaikan proyek desain besar, diterima kerja di perusahaan impian, atau memenangkan kompetisi musik, itu bukan pamer. Itu bentuk aktualisasi diri.
Industri Kreatif: Nggak Bisa Cuma “Biar Orang Tahu Sendiri”
Di dunia kerja biasa, mungkin kamu bisa mengandalkan HRD buat menilai CV-mu. Tapi di industri kreatif? Nggak ada HRD yang bakal repot-repot nyari tahu bakat tersembunyimu.
Musisi harus menunjukkan lagu-lagunya.
Desainer harus menunjukkan hasil karyanya.
Penulis harus menunjukkan tulisannya.
Kalau kamu menunggu orang lain buat “tau sendiri” tanpa pernah memperkenalkan dirimu, ya siap-siap saja tenggelam dalam ketidakjelasan.
Kapan Oversharing Jadi Menyebalkan?
Tapi, ada batasnya juga. Kalau semua tentang karier dan pencapaian oke, tapi kalau sudah mulai masuk ke ranah “lihat mobil gue, lihat gadget gue, lihat makanan gue tiap hari di restoran fancy”, ya itu baru namanya oversharing for the sake of flexing.
Beda konteks:
✔ “Baru menyelesaikan desain branding untuk klien besar, banyak belajar dari proses ini!” → Bagus buat branding.
✖ “Ngerjain desain ini sambil ngopi di rooftop kafe bintang lima, laptop gue MacBook terbaru!” → Dude, who cares?
Jadi, kalau ada yang bilang “Jangan overshare kariermu,” tolong mute dulu nasihat itu. Dunia nggak akan tahu value kita kalau kita sendiri nggak mau menunjukkan. Tapi, tetap pastikan yang dibagikan itu bermanfaat, bukan sekadar pamer gaya hidup.
Ingat, menunjukkan pencapaian bukan flexing, tapi strategi.