Dulu, kalau ngomongin liburan, selalu identik dengan jalan-jalan ke mal atau staycation di hotel berbintang. Tapi zaman berubah, tren bergeser. Sekarang, makin banyak orang rela meninggalkan kasur empuk dan AC dingin demi tidur di tenda, menghadapi angin, dan masak pakai kompor portable. Yes, kita lagi ngomongin camping ground.
Tapi pertanyaannya, beneran seru atau cuma gaya-gayaan biar keliatan ‘back to nature’? Beneran healing atau sekadar ujian hidup terselubung? Yuk, kita bahas!
Camping Ground: Cuma Buat Healing?
Healing memang jadi alasan utama orang pergi camping. Setelah seminggu kerja dari Senin sampai Jumat (atau malah sampai Sabtu kalau apes), siapa sih yang nggak pengen kabur ke alam? Di hutan, nggak ada suara notifikasi WhatsApp, nggak ada klien nanya “progress udah sampai mana?”, dan nggak ada bos yang mendadak nyuruh meeting di hari Minggu.
Tapi jujur aja, camping lebih dari sekadar pelarian dari kenyataan. Ada banyak alasan kenapa orang-orang mau-maunya bayar buat tidur di tenda dan (kadang) sengsara di alam bebas:
1. Membangun Koneksi dengan Alam
Bukan sekadar cari foto estetik buat Instagram. Camping bikin kita sadar bahwa alam itu bukan sekadar latar belakang foto, tapi sesuatu yang mesti kita hargai. Satu malam tanpa listrik dan air panas bisa bikin kita lebih bersyukur sama rumah sendiri.
2. Mengasah Skill Bertahan Hidup (Walau Bohongan)
Pernah lihat orang yang baru pertama camping dan sok-sokan survival? Mau masak mie instan aja bingung nyalain kompor portable. Mau bikin api unggun? Gagal total karena kayunya basah. Intinya, camping ngajarin kita banyak hal yang nggak bisa didapat di kehidupan kota—kayak belajar sabar saat pasang tenda, atau sadar kalau nasi yang dimasak sendiri ternyata lebih enak… karena nggak ada pilihan lain.
3. Nguatin Hubungan Sosial
Camping bareng temen atau keluarga itu ibarat tes kepribadian real-life. Ada yang tipe rajin (bantu pasang tenda), ada yang tipe chef dadakan (bikin kopi paling enak), dan ada juga yang tipe parasit (cuma rebahan nunggu makanan jadi). Tapi yang pasti, karena nggak ada Wi-Fi, kita jadi ngobrol lebih banyak.
4. Ujian Mental ala Anak Indie
Buat yang suka tantangan, camping bisa jadi ajang uji nyali. Mulai dari bertahan tanpa listrik, memasak dengan peralatan seadanya, atau sekadar menghadapi suara-suara misterius di tengah malam (padahal cuma suara angin atau binatang kecil).
Apakah Camping Hanya untuk yang Berkeluarga?
Nggak juga. Meskipun banyak keluarga yang memilih camping sebagai alternatif liburan anak-anak biar nggak kecanduan gadget, kegiatan ini cocok buat siapa saja.
- Anak muda bisa camping buat refreshing atau cari pengalaman baru.
- Pasangan bisa camping buat quality time tanpa gangguan notif HP.
- Solo traveler bisa camping buat refleksi diri atau sekadar rehat dari peradaban.
- Geng pertemanan bisa camping buat ngobrol semalaman sambil bakar jagung (dan ngomongin mantan).
Jadi, siapa pun bisa menikmati camping, asalkan mentalnya siap. Kalau baru pertama kali, mungkin lebih baik mulai dari glamping dulu alias camping dengan fasilitas mewah. Kalau udah biasa, baru deh coba versi hardcore-nya.
Glamping: Sensasi Alam yang Nyaman, atau Sekadar Camping buat Orang Manja?
Memang betul, liburan identik dengan staycation di hotel, makan buffet, dan rebahan di kasur empuk. Tapi sekarang, tren berubah. Glamping—alias glamorous camping—muncul sebagai solusi buat mereka yang pengen menikmati alam tanpa perlu ribet pasang tenda atau tidur di tanah dingin. Hampir mirip dengan Camping Ground tapi beda kesulitan.
Sebenarnya, glamping itu lebih dari sekadar camping mewah. Ini bukan cuma soal tidur di tenda Instagramable, tapi juga soal pengalaman menikmati alam dengan cara yang lebih santai. Jadi, kalau kamu masih ragu mau nyobain glamping, coba aja dulu.
Apa Saja yang Harus Disiapkan?
Camping bisa jadi pengalaman seru atau malah berubah jadi neraka tergantung seberapa siap kamu menghadapi alam. Biar nggak berakhir dengan tragedi, pastikan bawa ini:
✅ Tenda yang bener (jangan cuma modal tenda murah, ntar pas hujan bocor semua).
✅ Matras atau sleeping bag (biar punggung nggak nyesel di pagi hari).
✅ Peralatan masak portable (ingat, warteg nggak buka di tengah hutan).
✅ Senter atau headlamp (karena malam di alam itu literally gelap).
✅ Pakaian hangat dan jas hujan (cuaca bisa lebih labil dari mood mantan).
✅ Obat-obatan pribadi dan P3K (jaga-jaga kalau digigit serangga atau kena luka kecil).
✅ Makanan simpel dan tahan lama (kalau males masak, minimal bawa mie instan).
Kalau semua udah siap, baru deh bisa tenang menikmati camping tanpa drama.
Sejarah Camping Ground: Dari Survival ke Gaya Hidup
Dulu, camping itu bukan hobi atau aktivitas rekreasi. Manusia zaman dulu camping karena nggak punya pilihan lain. Mereka hidup berpindah-pindah, berburu makanan, dan bikin tempat berteduh seadanya.
Seiring waktu, saat manusia udah bisa bikin rumah permanen, camping berubah jadi sesuatu yang dilakukan buat nostalgia atau eksplorasi. Di abad ke-19, orang Eropa dan Amerika mulai tertarik buat “melarikan diri” dari hiruk-pikuk kota. Tahun 1869, seorang pria bernama William H.H. Murray nulis buku “Camp-Life in the Adirondacks” yang bikin banyak orang kepincut buat nyobain camping di alam terbuka.
Di Indonesia, tren camping ground mulai naik di tahun 2000-an, seiring populernya wisata alam dan kebutuhan liburan murah meriah. Sekarang, kita bisa nemuin banyak camping ground profesional yang udah dilengkapi toilet, listrik, bahkan Wi-Fi (walau lebih seru yang bener-bener off-grid).
6 Rekomendasi Glamping dan Camping di Semarang
Nah, buat yang tertarik nyobain glamping atau camping di Semarang, berikut beberapa tempat yang bisa jadi pilihan:
1. Semilir Glamping (Dusun The Villas)
Terletak di kawasan Dusun Semilir, tempat ini menawarkan suasana pedesaan yang tenang. Dengan fasilitas kolam renang, parkir gratis, dan Wi-Fi, glamping di sini terasa seperti liburan di resort.
📍 Lokasi: Jl. Soekarno – Hatta No.49, Ngemple, Bawen
💰 Harga: Mulai Rp1,8 juta
2. Awan Putih Agrowisata Glamping
Buat yang cari suasana sejuk, ini tempatnya. Dari luar tenda, kamu bisa menikmati pemandangan gunung yang indah, plus ada fasilitas BBQ buat seru-seruan malam hari.
📍 Lokasi: Sundel, Kopeng, Getasan
💰 Harga: Mulai Rp35 ribu per orang (pakai tenda pribadi)
3. Kampoeng Kopi Banaran
Glamping di tengah perkebunan kopi? Kenapa nggak! Terletak di ketinggian 600 mdpl, tempat ini menawarkan udara sejuk, pemandangan Gunung Merbabu, dan pengalaman menikmati kopi langsung dari sumbernya.
📍 Lokasi: Jl. Raya Bawen-Solo KM 1,5 Bawen
💰 Harga: Mulai Rp1,25 juta
4. Sitinggil Muncul
Konsep ekowisata di sini bikin pengalaman glamping makin menarik. Pilihannya ada Glamping Tent, Tree House, atau Vintage House. Selain itu, ada fasilitas BBQ dan aktivitas eksplorasi alam.
📍 Lokasi: Jl. Raya Muncul No.2, Banyubiru
💰 Harga: Mulai Rp450 ribu
5. Sunrise Hill Bandungan
Tempat ini cocok buat yang pengen staycation sekaligus wisata. Tenda berbentuk setengah lingkaran dengan warna kuning dan atap merah bikin tempat ini unik dan Instagramable. Ditambah lagi, ada wahana wisata seperti rumah terbalik yang bikin pengalaman makin seru.
📍 Lokasi: Tlogosari, Candi, Bandungan, Kabupaten Semarang
💰 Harga: Mulai Rp400 ribuan
6. Mawar Camp Gunung Ungaran
Buat yang pengen menikmati suasana pegunungan tapi malas mendaki Gunung Ungaran, Mawar Camp adalah pilihan yang tepat. Lokasinya ada di sekitar Basecamp Mawar, dengan pemandangan kota Semarang yang cantik di malam hari berkat kerlap-kerlip lampu. Dari sini, kamu juga bisa lanjut ke puncak Gunung Ungaran atau memilih untuk menikmati suasana tenang di camping ground-nya.
📍 Lokasi: Basecamp Mawar, Gunung Ungaran
💰 Harga: Rp15.000 per orang (belum termasuk parkir)
Jadi, Camping Itu Cuma Buat Healing?
Nggak, dong! Camping itu lebih dari sekadar healing. Dia ngajarin kita banyak hal—tentang bertahan hidup, menikmati hal-hal kecil, dan menyadari bahwa sinyal internet bukan segalanya.
Kalau kamu butuh liburan yang beda dari biasanya, coba deh camping. Siapa tahu, kamu jadi ketagihan tidur di bawah langit penuh bintang… atau minimal sadar kalau kamu bukan tipe manusia yang cocok jauh dari kasur empuk.