Dark Mode Light Mode

Ye Rilis Album “Bully” & Serang Anak Jay-Z-Beyoncé Lewat Film Saint West

Sabar, ya guys. Kita bahas drama terbaru dari Kanye West… atau Ye, sesuai keinginan dia. Kita mulai petualangan artistik sekaligus kontroversial ini!

Ye’s Visual Album ‘Bully': Seni atau Sekadar Kontroversi?

Kabarnya, dunia musik kembali dibuat heboh oleh Ye dengan rilisnya visual album terbarunya berjudul "Bully." Album ini bukan cuma kumpulan lagu biasa, tapi disajikan dalam format film pendek dengan tiga versi: "screening version," "post-Hype version," dan "post-post-Hype version." Konsepnya cukup menarik, ya, biar kita bisa menilai sendiri tingkat ke"hype"-an-nya.

Album ini menghadirkan Saint West, putra keduanya bersama Kim Kardashian, sebagai bintang utama. Saint, dengan palu di tangan, beraksi dalam ring gulat, seolah menghadapi serangan dari berbagai penjuru. Mungkin Ye lagi pengen menyalurkan sisi "bully" dalam arti positif nih, mungkin. Penampilan Saint yang masih kecil memberikan kesan kalau ini tentang perjuangan yang belum selesai.

Rilisnya "Bully" juga menjadi momen comeback solo Ye sejak album "Donda" pada 2021. Cukup lama juga ya, penggemar harus menunggu karya terbaru dari rapper kontroversial ini. Selain itu, album ini sudah diteaser beberapa waktu lalu, jadi wajar jika banyak yang menanti.

Drama di Balik Layar: Serangan dan Kontroversi

Perilisan "Bully" terjadi di tengah rentetan kontroversi yang menyertai Ye belakangan ini. Jangan kaget, guys, ini sudah jadi rutinitas. Ia nggak cuma menyerang Jay-Z dan Beyonce, tapi juga anak-anak mereka, Rumi dan Sir. Bahkan, ada komentar yang… ya, kalian tahulah, agak off-side.

Ye kemudian melanjutkan serangan melalui media sosial, termasuk di antaranya pandangan yang cukup… uhm… sensitif terhadap beberapa kelompok etnis tertentu. Ini bukan pertama kalinya, ya.

Di dunia maya, Ye juga mengutarakan kemungkinan untuk berhenti menggunakan DSP (Digital Service Providers) karena dia merasa streams itu palsu. Selain itu, ia mengklaim label rekaman Prancis dan Yahudi memperlakukan artis seperti pekerja seks.

Hubungan Rumit: Ye dan Jay-Z

Hubungan Ye dan Jay-Z, yang dulunya mentor dan murid, mengalami pasang surut. Ingat lagu "Big Brother" tahun 2007? Lagu itu adalah ungkapan persahabatan mereka. Tapi, hubungan mereka mulai retak, ketika Jay-Z dan Beyonce absen dari pernikahan Ye dengan Kim Kardashian pada 2014. Aduh, bisa jadi drama keluarga nih.

Ye pernah mengungkapkan kekecewaannya karena ketidakhadiran keduanya. Ia bahkan sempat marah di atas panggung saat konser. Mungkin rasa sakit dan kekecewaan ini yang masih terbawa sampai sekarang.

"Bully": Sebuah Representasi Personal?

Judul "Bully" sendiri kabarnya terinspirasi dari pengalaman Saint, yang mana seorang anak melakukan hal yang sama. Ye menjelaskan bahwa ketika mengomentari tindakan putranya, dia menyimpulkan bahwa sang anak melakukan hal tersebut karena orang lain dianggap lemah. Nah, dari situ lahir ide "Bully."Unik juga ya inspirasinya.

Melalui "Bully", kita bisa saja melihat representasi dari perjalanan hidup, perjuangan, dan pandangan Ye terhadap dunia. Mungkin ini cara dia mengekspresikan diri, cara dia melawan, atau bahkan cara dia menghadapi ‘musuh-musuh' dalam hidupnya.

Langkah Kontroversial: Melepas DSP, Kenapa?

Keputusan Ye untuk kemungkinan tidak menggunakan DSP adalah langkah berani. Mungkin ia ingin menunjukkan kontrol penuh atas karyanya, atau bahkan ingin mencoba model distribusi baru. Tapi bagi kita sebagai pendengar, ini jadi tantangan tersendiri, ya, kalau mau mengakses karyanya. Hmm, menarik.

Kita bisa saja bertanya, "Apa dampaknya bagi para musisi lain?". Ini mengarah pada isu kebebasan berekspresi vs batasan etika dalam berkarya yang kemudian menimbulkan perdebatan, serta diskusi panjang.

"Bully": Lebih dari Sekadar Album?

Visual album "Bully" lebih dari sekadar sekumpulan lagu. Ini adalah pernyataan dari seorang seniman. Ini adalah refleksi dari perjalanan hidup, dan cara dia memandang dunia. Kita bisa ambil sisi positifnya, ya.

Lantas, apa yang bisa diambil dari semua ini? Jangan lupa, guys, kita punya hak untuk mengapresiasi, atau bahkan mengkritik.

Kesimpulan:

Pada akhirnya, "Bully" memang bukan hanya soal musik. Ini adalah potongan puzzle dari sosok Ye yang kompleks. Kalau kalian mau menilai, silakan. Kalian bisa ambil hikmahnya, atau tetap kepo dengan dramanya. Yang jelas, dunia musik, dan dunia kita semua, tak akan pernah sepi dari cerita Ye.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kali Linux 2025.1a: Indonesian NetHunter Support & Visual Overhaul

Next Post

Indonesia: Empowering Inclusivity through Language