Prabowo "Deepfake" dan Jerat Bansos: Ketika Teknologi Menari di Atas Uang Rakyat
Kamu pernah kebayang nggak sih, kalau tiba-tiba Presiden nge-DM kamu di Instagram? Pasti langsung heboh se-Indonesia, kan? Nah, baru-baru ini, ada kejadian yang bikin geleng-geleng kepala. Ada orang iseng (atau malah licik?) yang bikin video palsu Bapak Presiden Prabowo buat nipu orang. Miris, ya?
Ceritanya, ada seorang pemuda bernama JS yang bikin video deepfake. Jadi, deepfake itu kayak sulap digital, di mana wajah atau suara seseorang bisa "dipinjam" untuk bikin video baru. JS ini, dengan modal video rekayasa, mengunggah video palsu Presiden Prabowo ke akun Instagram, @indoberbagi2025. Isinya, ajakan buat daftar penerima bantuan sosial (bansos).
Awalnya, mungkin kamu mikir, "Ah, palingan cuma iseng anak muda." Tapi, tunggu dulu. Akun Instagram itu berhasil menjaring sekitar 9.399 pengikut. Dan, taraaa, sekitar 100 orang dari 20 provinsi berhasil jadi korban. Uang yang berhasil dikantongi JS sampai Desember 2024 mencapai Rp 65 juta. Lumayan banget, kan? Padahal, uang tersebut jelas bukan haknya.
Deepfake: Senjata Makan Tuan?
Teknologi deepfake ini sebenarnya keren, lho. Awalnya, teknologi ini dikembangkan untuk industri kreatif dan hiburan. Bayangin, kamu bisa "membintangi" film kolosal tanpa perlu repot syuting. Tapi, seperti pisau bermata dua, teknologi ini ternyata bisa disalahgunakan. Pelakunya bisa bikin video palsu yang meyakinkan, lalu dipakai buat kejahatan.
Heru Sutadi, Executive Director of ICT Institute, bilang kalau manipulasi wajah, suara, atau penampilan orang lain itu masuk kategori deepfake. Teknologi AI deepfake ini memudahkan pekerjaan kreatif, namun disalahgunakan oleh penjahat siber untuk menipu dan melakukan penipuan. Bukan cuma video Presiden, tokoh publik lain seperti menteri, pejabat, atau bahkan artis juga bisa jadi korban.
Hati-hati! Jangan Sampai Ketipu Bansos "Abal-abal"
Masalahnya, video deepfake itu susah banget dibedain sama video asli. Jadi, kita sebagai masyarakat, harus lebih waspada. Jangan langsung percaya sama pesan atau telepon video dari orang yang mengaku sebagai pejabat atau artis. Apalagi kalau ujung-ujungnya minta uang. Ingat, nggak ada makan siang gratis!
JS, pelaku dalam kasus ini, berhasil menjerat korban dengan iming-iming bansos. Modusnya, korban diminta untuk mendaftar dan, duh, membayar sejumlah uang. Perlu diingat, pemerintah tidak pernah meminta uang untuk pengurusan bansos. Kalau ada yang minta, sudah pasti itu penipuan.
Instagram, "Panggung" Baru Penipuan?
Kasus JS ini juga nunjukin kalau media sosial, khususnya Instagram, bisa jadi "panggung" baru penipuan. Akun @indoberbagi2025 yang dipakai JS, contohnya, seolah-olah meyakinkan karena namanya mengesankan niat baik. Padahal, di baliknya, ada motif jahat untuk mencari keuntungan.
Waspada: Cek, Ricek, dan Jangan Gampang Percaya!
Heru mengingatkan kita untuk selalu memverifikasi informasi yang beredar, terutama yang berhubungan dengan bansos. Kalau ada informasi tentang bansos, cek dan ricek ulang kebenarannya. Jangan ragu buat menghubungi pihak berwenang atau sumber informasi resmi. Dan, yang paling penting, jangan pernah memberikan uang kalau ada yang meminta.
Mungkin, ini jadi pelajaran berharga buat kita semua. Teknologi memang canggih, tapi kita harus lebih canggih lagi dalam menyikapi teknologi. Jangan sampai kita jadi korban deepfake atau penipuan lainnya. Tetap waspada, stay safe, dan selalu gunakan akal sehat.