Clairo: Dari Kamar Tidur ke Panggung Jazz, Adakah yang Lebih Baik?
Panggung vintage dengan desain conversation pits ala 70-an menjadi latar belakang konser Clairo. Bandnya muncul, membawa suasana shabby chic, duduk santai di area yang lebih rendah, menyeruput minuman misterius dan mengangkatnya ke arah penonton. Seketika, lagu Wendy Rene, "After Laughter (Comes Tears)" mengalun dari speaker, seolah kita akan dibawa dalam perjalanan waktu. Apakah ini hanya nostalgia, atau sesuatu yang lebih besar?
Claire Cottrill, yang lebih dikenal sebagai Clairo, memang bukan nama asing di dunia bedroom pop. Sejak usia 13 tahun, ia sudah merekam cover lagu di YouTube, dan single "Pretty Girl" yang dirilis tahun 2017 langsung melejitkan namanya. Cottrill pernah diterpa isu "industry plant," penyanyi yang didukung industri yang muncul karena campur tangan sang ayah. Namun, ia membuktikan diri sebagai penulis lagu yang produktif dan ambisius.
Konser "Charm Tour" ini adalah bentuk perayaan album ketiganya yang rilis November lalu. Berkolaborasi dengan produser jazz ternama, Leon Michels, album ini membawa Clairo ke ranah soft rock dan kabaret era 70-an. Penampilannya di panggung sangat memukau, seperti transisi mulus dari kamar tidur ke klub jazz. Clairo tampil percaya diri dengan balutan gaun hitam, memegang mikrofon, dan berjalan anggun di atas panggung.
Clairo: Bisikan dalam Konser, Apakah Masih Efektif?
Gaya vokal Clairo yang lirih dan seperti bisikan memang menjadi ciri khasnya. Ini sangat cocok untuk didengarkan saat memakai headphone, di kamar tidur, namun bagaimana jika di panggung konser? Untungnya, semuanya terasa pas. Suaranya tetap lembut namun bertenaga, seakan ia menciptakan dunia personal yang intim. Semua lagu dari album "Charm" masuk ke dalam daftar setlist.
Panggung dipenuhi dengan midi keyboard, menopang melodi piano dan arpeggio yang mengiringi vokal Clairo. Lagu-lagu seperti "Thank You" dan "Add Up My Love" terdengar begitu indah, dengan permainan rhythm section yang tajam dan terkonsep. Kadang, ada juga sentuhan nostalgia yang menyegarkan, termasuk lagu-lagu dari album "Immunity" yang dirilis pada tahun 2019. Penggemar bersorak saat ia membawakan lagu seperti "Bags," "Sexy to Someone," dan "Juna."
Clairo: Transisi yang Mulus, Akankah Berakhir Manis?
Penonton sering kali antusias dengan lagu "Sofia" yang menjadi penutup konser, lagu ini membawa suasana indie pop yang membangkitkan semangat. Namun, ada sedikit catatan. Beberapa bagian konser terasa agak sulit dilihat karena panggung cenderung gelap, seperti ada unsur kesengajaan yang ingin memberikan kesan misterius pada penampilan. Tapi, semua itu tidak berarti bahwa Clairo tidak mengalami perkembangan sebagai seorang seniman.
Clairo: Antara Gelap dan Cahaya, Apa yang Lebih Berkesan?
Perkembangan Clairo sebagai artis sangat jelas terlihat. Perjalanan yang ia tempuh dari merekam lagu di kamar, menghadapi tuduhan "industry plant", hingga akhirnya tampil di panggung dengan konsep yang matang. Semua itu membuktikan bahwa ia bukan sekadar penyanyi one-hit wonder. Ia memiliki visi artistik yang jelas, dan terus berkembang seiring waktu.
Menonton konser Clairo adalah pengalaman yang menyenangkan. Musiknya jujur, vokal yang khas, dan visual yang memanjakan mata. Ini adalah perpaduan sempurna antara nostalgia, kesenian, dan eksplorasi diri. Ia membuktikan bahwa kamu bisa menjadi dirimu sendiri, dan tetap sukses. Apakah ini akan menjadi awal dari era baru Clairo? Hanya waktu yang akan menjawab.