Oke, mari kita bedah fenomena "upah minimum" yang katanya bisa bikin hidup langsung sejahtera.
Jangan Harap Gaji Naik, Kemiskinan Langsung Kabur!
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Australia dan Indonesia membongkar fakta menarik: kenaikan upah minimum itu, ternyata, nggak segahur yang kita kira buat ngurangin kemiskinan. Studi ini meneliti data di Jawa antara tahun 2002 dan 2014, di mana upah minimum naik sampai 67 persen dalam nilai nyata. Hasilnya? Gaji pekerja sih naik, tapi dampak ke kemiskinan… nyaris nggak ada bedanya.
Nah, kenapa bisa begitu? Mari kita kulik lebih dalam.
Upah Minimum: Harapan Tinggal Harapan?
Dulu, sistem upah minimum di Indonesia itu diatur di tingkat provinsi. Tapi, sok-sokan mau desentralisasi, akhirnya pemerintah daerah dikasih wewenang buat nentuin sendiri. Tujuannya sih mulia, biar pekerja bergaji rendah bisa naik kelas, keluarga mereka juga ikut sejahtera. Tapi, debatnya nggak kelar-kelar, nih. Ada yang bilang ini bagus, bikin pekerja makin makmur. Ada juga yang khawatir, kalau upah naik, perusahaan malah malas ngerekrut, terutama pekerja yang skill-nya pas-pasan.
Studi ini pakai data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di Jawa. Para peneliti membandingkan daerah yang upah minimumnya beda-beda. Logikanya, kalau daerahnya deketan, ya kondisi ekonominya kan mirip-mirip. Selama studi, angka kemiskinan di Jawa turun dari 17 persen jadi 10 persen. Tapi, apakah penurunan ini karena upah minimum? Jawabannya, belum tentu.
Untung Cuma Gaji, Dompet Tetap Merana
Penelitiannya bilang, upah minimum itu ngaruh ke pekerja yang gajinya pas-pasan atau di bawah rata-rata. Kenaikan 10 persen upah minimum, bisa bikin gaji naik sekitar 2 persen. Lumayan, sih. Tapi, sayangnya, dampaknya nggak kerasa buat pekerja lepas, pedagang kecil, atau orang yang kerja bantu keluarga. Artinya, upah minimum ini cuma ngefek buat yang kerja formal. Bagi mereka yang nggak punya slip gaji, ya… nggak ada harapan.
Efek ke pekerjaan juga minim. Nggak ada tuh pemecatan massal gara-gara upah minimum naik. Tapi, buat keluarga miskin, peluang buat dapat kerja malah sedikit menurun. Walaupun nggak terlalu signifikan, tapi tetap aja, kan, berasa pahitnya buat mereka.
Terus, dampak ke pengeluaran rumah tangga juga nggak kelihatan. Bahkan buat keluarga yang pengeluarannya paling rendah, nggak ada perubahan berarti. Artinya, walaupun ada pekerja yang gajinya naik, duitnya nggak cukup buat bikin keluarga mereka keluar dari kemiskinan. Miris, kan?
Kok Bisa Upah Minimum Gagal Jadi "Pahlawan"?
Ada beberapa alasan kenapa upah minimum "gagal" jadi juru selamat kemiskinan. Pertama, banyak pekerja miskin yang kerjanya nggak formal, jadi nggak kena dampak langsung dari aturan upah minimum. Kedua, banyak perusahaan yang bandel. Upah minimum cuma jadi formalitas, kenyataannya pekerja tetap digaji di bawah standar. Ketiga, nggak semua yang dapat upah minimum itu dari keluarga miskin. Ada yang gajinya naik, tapi keluarganya udah lumayan sejahtera. Jadi, kenaikan itu nggak terlalu ngefek ke angka kemiskinannya.
Satu lagi nih, upah minimum di Indonesia itu dirancang buat satu orang, bukan buat satu keluarga. Sementara, pengukuran kemiskinan itu berdasarkan pengeluaran per kapita dalam satu keluarga. Artinya, walau gaji kamu naik, belum tentu kondisi keluargamu ikut membaik.
Studi ini juga mempertimbangkan hal-hal lain yang bisa memengaruhi hasil penelitian, kayak politik, kondisi ekonomi lokal, atau migrasi. Tapi, kesimpulannya tetap sama: upah minimum doang, nggak cukup.
Saatnya Berpikir Ulang: Apa Solusi Sebenarnya?
Walaupun nggak efektif buat mengurangi kemiskinan, upah minimum tetap jadi senjata andalan pemerintah dalam urusan ketenagakerjaan. Pemerintah juga udah mulai berbenah, bikin aturan yang bikin kenaikan upah minimum lebih terukur. Ada juga aturan baru buat ngecualiin usaha kecil. Tapi, semua itu tetap menimbulkan pertanyaan: apa sebenarnya peran upah minimum di masa depan, dan gimana dampaknya ke pekerjaan dan kemiskinan?
Studi ini nyaranin, upah minimum itu nggak bisa kerja sendirian. Perlu ada kebijakan lain, kayak bantuan langsung tunai, program sosial yang terarah, atau program untuk meningkatkan penghasilan di sektor informal. Pemerintah juga harus mikir lebih luas, bikin program pelatihan kerja, subsidi upah, dan kebijakan buat ningkatin produktivitas pekerja.
Saat Indonesia terus nyempurnain kebijakan ketenagakerjaannya, pemahaman yang mendalam tentang upah minimum itu penting. Jangan cuma ngandelin upah minimum, tapi harus ada kombinasi dari perlindungan sosial, pendidikan, dan kebijakan ekonomi yang tepat. Tujuannya, biar upaya pengentasan kemiskinan bisa tepat sasaran.