Dark Mode Light Mode
Ed Sheeran's Indonesian Debut Hints at Global Musical Expansion
Umat Muslim Indonesia Berbondong-bondong Hapus Tato Gratis di Bulan Ramadan karena Penyesalan
Haruskah Kamu Memilih Mode Canon di Assassin's Creed Shadows

Umat Muslim Indonesia Berbondong-bondong Hapus Tato Gratis di Bulan Ramadan karena Penyesalan

Teguh Islean Septura meringis. Bukan karena digigit semut rangrang atau ketinggalan flash sale, tapi karena si laser membakar tato di lengannya. Seorang mantan musisi yang kini sedang berusaha "bertobat" di bulan suci Ramadan, walau prosesnya mungkin tidak sesantai ngopi di kafe sebelah. Ketahanan fisik dan mental diuji nih!

Mungkin kita semua pernah, ya, punya fase di mana kita melakukan hal ‘kekinian' demi looks. Dulu, Teguh membuat tato untuk "terlihat keren" saat masih jadi anak band. Ibaratnya, tato itu aksesoris wajib. Tapi seiring waktu, ia punya semangat baru dalam Islam, termasuk keyakinan bahwa umat Muslim seharusnya tidak mengubah ciptaan Tuhan.

"Sebagai manusia, kadang kita bikin salah. Sekarang saya mau memperbaiki diri, mendekatkan diri pada Allah," kata Teguh, sembari health worker-nya menempelkan tongkat laser putih ke kulitnya. Laser ini memang bukan main-main, menghancurkan pigmen merah, hijau, dan hitam di balik kulit. Ia merasa bersalah karena merusak pemberian Tuhan selama ini.

Teguh hanyalah salah satu dari sekian banyak warga Jakarta yang mendaftar program penghapusan tato gratis yang diselenggarakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) selama Ramadan. Program ini memberikan kesempatan bagi umat Muslim yang ingin "bertobat" dan mengubah penampilan mereka. Ada banyak cerita serupa, bukan hanya Teguh.

Program penghapusan tato ini pertama kali diluncurkan tahun 2019 dan terus diadakan setiap Ramadan. Tahun ini, sekitar 700 orang mendaftar, menambah jumlah total partisipan yang hampir mencapai 3.000 orang. Bayangkan, hampir 3000 orang memutuskan untuk ‘lepas' dari masa lalu, meski menyakitkan. Ini bukti hijrah yang luar biasa.

"Kami ingin membuka jalan bagi mereka yang ingin hijrah, termasuk yang ingin menghilangkan tatonya," kata Mohammad Asep Wahyudi, koordinator acara tersebut. Banyak orang tidak punya biaya untuk menghapus tato atau bahkan tidak tahu bagaimana caranya yang aman, dan Baznas hadir untuk menjawab kebutuhan mereka.

Penghapusan tato pakai laser memang butuh beberapa kali perawatan dan belum tentu berhasil sepenuhnya. Harganya juga bisa mencapai jutaan rupiah, apalagi kalau tatonya seluas tato Teguh. Makanya, program gratis ini sangat membantu. Mungkin ini salah satu contoh bagaimana kebaikan bisa hadir dalam situasi yang nggak mudah.

Menghapus Tato: Antara Agama, Sosial, dan Personal

Penghapusan tato ini bukan cuma tentang kebersihan kulit, ya. Di beberapa budaya Asia, tato masih diasosiasikan dengan geng dan tindak kriminal. Selain itu, dalam Islam, tato secara umum dilarang. Tapi, ada juga nih pandangan sosial yang cukup oppressive, terutama terhadap perempuan bertato, yang bisa dianggap tidak pantas atau "murahan".

Kita ambil contoh Sri Indrayati, 52 tahun. Ia menato nama putri pertamanya di tangan ketika berusia 22 tahun. Tapi ia menyesal karena cucu-cucunya sering memintanya untuk menghapus tato tersebut karena terlihat seperti coretan spidol kotor. Kadang, tekanan sosial ini terasa lebih berat dari rasa sakit saat laser mengenai kulit.

"Waktu saya antar cucu ke sekolah, anak-anak bisik-bisik: ‘Lihat nenek itu, punya tato!'" katanya. Di zaman sekarang, di mana semua orang punya smartphone dan akses ke informasi, stigma atas tato mungkin mulai berkurang. Tapi tetap saja, penilaian orang lain bisa sangat memengaruhi kehidupan pribadi.

Evalia Zadora, misalnya, punya tato bintang besar di punggungnya dan tulisan "Hope, Love and Rock & Roll" di dada atasnya. Awalnya, tato itu untuk diterima dalam geng. Tapi sekarang, ia ingin menghapusnya demi mendekatkan diri kepada Tuhan dan demi kebaikan keluarganya.

"Citra buruk [terhadap orang bertato] sebenarnya bukan masalah besar bagi saya, tapi itu memengaruhi suami dan anak saya," kata Zadora, 36 tahun. "Mereka tidak nyaman dengan tato saya dan saya menghargai perasaan mereka, jadi saya ingin menghapusnya." Keputusan ada di tangan masing-masing, ya.

Teknologi Laser: Penyelamat atau Ujian Tambahan?

Proses penghapusan tato dengan laser memang bukan spa, ya. Beberapa calon yang ingin melakukan penghapusan tato harus rela menahan sakit, mungkin bisa dianalogikan seperti kulit yang di-sunburn berkali-kali dengan intensitas super tinggi. Tapi, karena rasa ‘sakit' ini juga lah, banyak cerita inspiratif muncul.

Teknologi laser yang digunakan dalam program ini bekerja dengan memecah pigmen tato menjadi partikel-partikel kecil yang kemudian diserap oleh tubuh. Tapi ingat, prosesnya tidak sekali jalan. Butuh beberapa sesi dengan interval waktu tertentu, tergantung ukuran, warna, dan jenis tinta tato.

Proses pasca-penghapusan tato juga perlu diperhatikan. Kulit yang baru saja terkena laser akan lebih sensitif dan rentan terhadap infeksi. Jadi, perawatan dan nasihat dari tenaga medis sangat penting untuk memastikan proses penyembuhan berjalan lancar dan minim efek samping.

Hijrah dan Perubahan Diri di Era Digital

Program penghapusan tato ini adalah contoh konkret bagaimana hijrah bisa terwujud dalam berbagai bentuk, bukan hanya soal penampilan fisik, tetapi juga perubahan mindset dan nilai-nilai. Di era digital, di mana informasi menyebar dengan cepat, umat Islam punya lebih banyak akses untuk belajar dan mencari inspirasi.

Kisah Teguh, Sri, dan Evalia adalah cerminan dari perjalanan spiritual yang personal. Mungkin ini menjadi cara bagi mereka untuk rebranding diri di mata Tuhan dan masyarakat. Ini juga refleksi dari bagaimana agama dapat membimbing langkah seseorang untuk improve diri.

Penghapusan tato membuka pintu bagi mereka untuk bisa lebih leluasa beribadah, berinteraksi sosial, dan memberikan contoh yang baik bagi keluarga dan lingkungan sekitar. Bahkan, ini juga bisa dimaknai sebagai bentuk self-love, karena mereka berusaha untuk menghapus hal yang pernah mereka sesali demi menemukan versi diri yang lebih baik.

Akhirnya, program penghapusan tato gratis ini, di samping upaya untuk hijrah, juga bisa memicu semangat berbagi kebaikan di bulan Ramadan. Dengan memberikan pelayanan gratis, Baznas secara tidak langsung mendorong gerakan give back to the community.

Jadi, pada akhirnya, penghapusan tato ini bukan hanya tentang menghilangkan pigmen di kulit, tapi juga tentang memberi kesempatan kedua. Ini adalah bukti bahwa perubahan itu mungkin, bahwa kesempatan untuk memperbaiki diri itu selalu ada, as long as kita bersedia mengusahakannya. Semangat selalu dalam journey kalian!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Ed Sheeran's Indonesian Debut Hints at Global Musical Expansion

Next Post

Haruskah Kamu Memilih Mode Canon di Assassin's Creed Shadows