Dark Mode Light Mode

Ubisoft Shareholder Protest Over Hidden Acquisition Talks and Indonesian IP Concerns

Ngoprek Bisnis Game: Ubisoft di Ujung Tanduk, Apa Solusinya?

Siapa yang tidak kenal Ubisoft? Perusahaan raksasa di balik waralaba legendaris seperti Assassin’s Creed, Far Cry, dan Tom Clancy's. Tapi akhir-akhir ini, nama Ubisoft lebih sering muncul bukan karena rilis game AAA baru, melainkan karena masalah internal. Investor mulai berteriak, saham anjlok, dan masa depan perusahaan tampak suram. Ada apa sebenarnya? Mari kita bedah.

Tuntutan dari shareholder minoritas, AJ Investments, yang dipimpin Juraj Krúpa, menjadi pemicu utama. Mereka berencana menggelar demonstrasi di depan kantor pusat Ubisoft di Paris, menuduh manajemen perusahaan buruk dalam pengelolaan. Mereka menuntut transparansi lebih dalam pengambilan keputusan dan roadmap pemulihan yang jelas. Agak mirip adegan di sinetron, tapi ini terjadi di dunia nyata bisnis game.

AJ Investments menyoroti beberapa poin krusial. Pertama, mereka menuding Ubisoftmenyembunyikan informasi, termasuk kesepakatan Assassin’s Creed Mirage. Kedua, mereka mengklaim adanya diskusi rahasia dengan Microsoft, EA, dan penerbit lain yang tertarik mengakuisisi franchise Ubisoft. Kabarnya, deal ini nggak diumumkan ke publik.

Masalahnya makin keruh setelah laporan dari MergerMarket. Kabar angin yang beredar menyebut adanya ketertarikan dari Microsoft dan EA untuk membeli beberapa properti intellectual Ubisoft. Tentu saja, hal ini makin membuat investor gelisah karena ketidakpastian. Kalau kamu pegang saham, pastinya deg-degan juga kan?

Kasus penundaan rilis Assassin’s Creed Shadows juga menjadi sorotan tajam. Dari penundaan pertama hingga ketiga dan revisi guidance finansial perusahaan malah bikin harga saham makin anjlok. Ini jelas merugikan investor ritel. Bahkan, AJ Investments bilang kalau mereka siap menuntut perusahaan karena dianggap menyesatkan investor.

Ini bukan pertama kalinya Investor menunjukkan ketidaksenangannya. AJ Investments sudah menuntut Ubisoft agar melakukan transformasi sejak lama. Investor yang kecewa ini juga meminta perusahaan untuk mempertimbangkan penjualan. Mirip drama Korea, tapi ini dunia nyata.

Pemicu Krisis: Kinerja yang Merosot dan Ketidakpastian

Kinerja Ubisoft dalam beberapa tahun terakhir memang kurang memuaskan. Game-game andalan seperti Star Wars Outlaws dinilai tidak mencapai target penjualan. Hasilnya? Layoffs, penutupan studio, dan pembatalan proyek game. Kinerja keuangan juga ikut tertekan.

Rumor terus berputar mengenai rencana perusahaan, termasuk upaya akuisisi. Kabarnya, Tencent, salah satu pemegang saham, mulai ragu karena keluarga Guillemot (pendiri Ubisoft) bersikeras mempertahankan kendali. Kalau Tencent angkat kaki, siapa lagi yang punya modal besar untuk menyelamatkan Ubisoft?

Sepertinya bukan cuma gameplay yang jadi masalah. Penundaan rilis Assassin’s Creed Shadows jelas memberi dampak negatif. Dari jadwal awal di bulan Juli 2024, game ini akhirnya ditunda hingga Maret 2025. Investor pasti nggak sabar nunggu, tapi penundaan beruntun malah bikin mereka makin khawatir.

Saham perusahaan juga ikut terkena imbasnya. Penundaan rilis dan revisi guidance keuangan menyebabkan penurunan harga saham yang signifikan. Nah, ini yang bikin investor ritel (yang punya sumber daya terbatas) rugi besar, sedangkan investor korporat dan institusi bisa untung dengan membeli saham saat harga sedang drop.

Tuntutan Investor: Transparansi dan Aksi Nyata

AJ Investments dengan tegas, dengan tegas menuntut transparansi dari manajemen. Investor juga menuntut aksi nyata untuk memulihkan kinerja perusahaan dan meningkatkan nilai saham. Mereka merasa suara mereka selama ini tidak didengar.

Demonstrasi yang direncanakan pada bulan Mei adalah bentuk protes. Mereka ingin memastikan manajemen segera mengambil keputusan yang menguntungkan shareholder. Krúpa bilang, kalau manajemen mengambil kebijakan yang tepat, aksi demonstrasi akan dibatalkan. Simple, kan?

"Semua pemegang saham/investor Ubisoft berhak mendapatkan perusahaan yang memaksimalkan nilai dan beroperasi dengan transparansi dan akuntabilitas," kata Krúpa. Investor ingin Ubisoft menjadi perusahaan yang lebih peduli pada kepentingan shareholder, bukan hanya fokus pada angka-angka.

Opsi Strategis: Akuisisi atau Perubahan?

Ubisoft sendiri sedang dalam proses financial review untuk mencari opsi strategis. Goldman Sachs dan JP Morgan ditunjuk sebagai penasihat. Kemungkinan besar, hasil review ini akan menjadi penentu masa depan perusahaan.

Saat ini, ada beberapa skenario yang mungkin terjadi. Pertama, akuisisi. Raksasa teknologi seperti Microsoft atau EA bisa saja tertarik membeli Ubisoft. Kedua, perubahan manajemen. Investor menuntut perubahan kepemimpinan dan strategi perusahaan. Ketiga, privatisasi. Ubisoft bisa saja menarik sahamnya dari bursa dan menjadi perusahaan tertutup.

Semua opsi ini punya konsekuensi masing-masing. Akuisisi bisa memberikan suntikan dana dan akses teknologi baru, tapi juga berpotensi menghilangkan identitas Ubisoft. Perubahan manajemen bisa membawa angin segar, tapi juga berisiko menimbulkan ketidakpastian. Privatisasi bisa memberikan fleksibilitas lebih, tapi juga mengurangi transparansi.

Mari kita tunggu hasil review finansial dan keputusan apa yang akan diambil Ubisoft. Masa depan perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang diambil manajemen saat ini. Kita tunggu bersama perkembangan selanjutnya.

Pada akhirnya, situasi Ubisoft saat ini mirip dengan roller coaster yang menegangkan. Keputusan dari manajemen yang diharapkan akan menjawab semua tuntutan investor. Yang pasti, Ubisoft harus segera mengambil langkah strategis untuk mengatasi krisis ini. Kalau tidak, game over untuk perusahaan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kemitraan Strategis Komprehensif Vietnam-Indonesia: Implikasi Masa Depan

Next Post

Debridemen dan Drainase Endoskopik Biportal Sisi Tunggal untuk Infeksi Lumbal: Pilihan Penanganan yang Efektif