Tomb Raider IV-VI Remastered: Nostalgia atau Mimpi Buruk?
Gimana rasanya nostalgia yang datangnya terlambat? Kira-kira seperti main Tomb Raider IV-VI Remastered, deh. Buat yang dulu demen banget sama Lara Croft, apalagi yang tumbuh bareng PlayStation 1, pasti senyum-senyum sendiri lihat game ini di-remaster. Tapi, bagi yang baru mau coba, siap-siap mental aja, ya.
Dulu, pas zaman kejayaannya PS1, Tomb Raider itu ikonik banget. Petualangan Lara Croft yang eksotis, grafis yang ciamik (walaupun sekarang kelihatan kotak-kotak), dan teka-teki yang bikin mikir keras, semua itu jadi daya tarik utama. Sekarang, Aspyr mencoba menghidupkan kembali tiga seri game tersebut: The Last Revelation, Chronicles, dan The Angel of Darkness. Pertanyaannya, apakah nostalgia ini sepadan dengan ekspektasi?
Nostalgia yang Membawa Rasa Penasaran
Buat yang kangen berat sama Lara Croft, pasti langsung semangat pas lihat game ini di-remaster. Apalagi buat yang dulu punya kenangan mainin game ini sampai lupa waktu. Jadi, pas lagi santai, kamu bisa kembali bernostalgia dengan memainkan kembali game ini dan kamu akan merasakan seperti seorang arkeolog yang menemukan artefak kuno. Tapi, harus diinget, ingat, ya, ini bukan game baru. Ini adalah game jadul yang di-remaster. Jadi, jangan harap grafisnya secanggih game zaman sekarang.
Grafis dan Kontrol yang Menguji Kesabaran
Hal pertama yang langsung terasa adalah grafisnya. Walaupun sudah di-remaster, jangan berharap grafisnya jadi sekeren game-game AAA masa kini. Tapi, Aspyr sudah berusaha maksimal buat mempercantik tampilan game ini. Kontrolnya… nah, ini dia bagian yang paling menantang. Mengendalikan Lara Croft di game-game jadul ini butuh kesabaran ekstra. Gerakannya kaku, kameranya sering bikin pusing, dan kamu akan sering terjebak di tempat yang sama karena salah pencet tombol.
The Last Revelation: Antara Klasik dan Kelelahan
The Last Revelation sebenarnya punya premis yang cukup menarik dan juga kontrol yang lebih baik dibandingkan seri-seri sebelumnya. Tapi, tetap saja, game ini terasa sedikit ketinggalan zaman. Jangan heran kalau kamu bakal sering merasa frustasi karena kontrolnya yang susah.
Chronicles: Side Project yang Cukup Menghibur
Chronicles ini kayak side project yang dibuat sambil nunggu game utama selesai. Grafisnya lebih bagus dari seri sebelumnya, dan ada beberapa peningkatan gameplay. Tapi, secara keseluruhan, game ini kurang inovatif. Jadi, ya, lumayan buat nambah koleksi, tapi jangan berharap banyak.
The Angel of Darkness: Mimpi Buruk yang Menyenangkan?
Nah, ini dia the real deal. The Angel of Darkness itu ibarat mimpi buruk yang bikin penasaran. Game ini terkenal karena banyak kekurangan, mulai dari cerita yang membingungkan sampai bug yang bikin emosi. Tapi, entah kenapa, ada kepuasan tersendiri saat berhasil menyelesaikan game ini. Mungkin karena tantangannya yang luar biasa, atau mungkin karena rasa penasaran yang bikin kita pengen tahu gimana jadinya cerita ini.
Meskipun begitu, Aspyr sudah berusaha keras untuk memperbaiki game ini. Ada banyak patch dan perbaikan yang bikin The Angel of Darkness jadi lebih playable. Tapi, tetap saja, game ini bukan buat semua orang. Khususnya bagi kamu yang mudah emosi, mending jangan coba-coba, deh.
Pilihan Ada di Tanganmu: Apakah Layak?
Jadi, apakah Tomb Raider IV-VI Remastered layak buat dimainkan? Jawabannya… tergantung. Kalau kamu penggemar berat Lara Croft dan pengen bernostalgia, go for it. Tapi, kalau kamu baru mau coba game ini, siap-siap mental, ya. Jangan kaget kalau kamu bakal sering frustasi, kesel, dan pengen banting controller.
Tapi, terlepas dari semua kekurangan itu, Tomb Raider IV-VI Remastered adalah bagian penting dari sejarah video game. Game ini ngasih kita gambaran gimana industri game berkembang dari dulu sampai sekarang. Jadi, kalau kamu tertarik sama sejarah game, game ini wajib banget buat dicoba.