Dark Mode Light Mode

Tiktaalika – Ulasan Dewa-Dewa Pangaea: Implikasi

Kita mulai saja, ya? Kalau dilihat sekilas, sampul album Gods of Pangaea ini, jujur, agak… '80-an banget. Jauh berbeda dari pendahulunya yang lebih subtil dan kaya detail. Ini memang menunjukkan perubahan gaya yang cukup signifikan dari Tiktaalika, proyek musik Charlie Griffiths. Sampul album memang seperti preview dari apa yang akan kita dengar. Jadi, apa kira-kira yang mau disampaikan lewat sampul seperti ini?

Dunia Musik dalam Sekilas

Buat yang menebak, "Musiknya bakal kayak band thrash '80-an, tapi ada sentuhan prog dari album sebelumnya," selamat! Tebakanmu tepat sasaran. Gods of Pangaea adalah sebuah homage untuk musik thrash metal yang melodik dari era '80-an. Musik ini terasa sangat dipengaruhi Megadeth di era Peace Sells, ditambah beberapa bumbu prog ala Mercyful Fate. Riff gitarnya nge-chugga-chugga, lalu ada solo gitar yang… lebih nge-twiddly.

Penampilan vokal di album ini juga sangat beragam, menghadirkan bermacam karakter. Ada vokal yang bersih dan melodis, ada yang teriak-teriak ala thrash, dan ada juga yang lebih harsh. Secara teknis, semuanya dieksekusi dengan baik. Ini jelas album yang dibuat untuk para penggemar musik jenis ini. Griffiths terlihat sangat menikmati prosesnya, dan itu terasa jelas. Musiknya, jujur, bikin semangat!

Identitas Musik dan Tantangan yang Dihadapi

Tantangan utamanya memang bagaimana caranya menonjol. Di antara band-band retro lain, Griffiths berusaha memberikan sesuatu yang berbeda. Kita ambil contoh The Night Flight Orchestra, mereka punya identitas kuat berkat songwriting yang bagus dan gaya mereka yang unik walau banyak referensi. Namun, di Gods of Pangaea, penggunaan berbagai guest vocalist malah sedikit merugikan. Sulit untuk menemukan identitas yang kuat. Hasilnya terasa seperti kumpulan lagu-lagu B-side dari era '80-an yang mungkin sudah agak terlupakan.

Meskipun lagunya bagus, mereka tidak benar-benar wah. Terutama permainan gitarnya, yang terlalu mengikuti pakem genre thrash. Hampir semua nada menyatu, sehingga sulit membedakan riff mana yang paling menonjol. Pengecualian datang di lagu "The Forbidden Zone", yang menawarkan tempo lebih lambat dan ritme lebih kuat. Di sini baru terasa karakter khasnya.

Vokal, Chorus, dan Penampilan yang Memukau

Griffiths, khususnya dalam mengarahkan vokal, masih sangat bagus, bahkan cenderung meningkat. Pengaruh thrash membuat beberapa penyanyi (terutama Daniël de Jongh) meniru gaya Dave Mustaine (Megadeth). Memang tidak buruk, tapi kita semua tahu, kualitas vokal Mustaine bukanlah hal yang paling diunggulkan dari Megadeth. Tapi ketika semuanya menyatu, hasilnya luar biasa. Beberapa chorus terdengar sangat unik dan enak didengar. Sebagai contoh, penampilan Vladimir Lalić di "The Forbidden Zone" dan "Mesozoic Mantras".

Lagu "Fault Lines" (bersama Rody Walker) adalah contoh menarik. Meski teknik vokal campuran dan harsh Walker sangat baik, sebagian besar lagu terasa datar. Tapi, chorus-nya: "suddenly I stand on hallowed ground, and I am waiting for the divine," adalah bagian paling catchy di seluruh album. Harus diakui memang, Griffiths sangat pandai meramu vokal.

Kesimpulan: Penilaian Akhir

Gods of Pangaea sukses mencapai apa yang ingin dicapainya. Album terdengar seperti Megadeth, lagunya bagus, bahkan ada beberapa yang luar biasa. Chorus -nya sangat catchy. Band ini sepertinya bersenang-senang. Ini album yang menyenangkan untuk didengarkan. Namun, agak sulit untuk bersemangat dengan sesuatu yang terlalu retro dan nostalgic. Cara penulisan gitarnya, yang terlalu mengikuti pakem thrash, membuat saya sulit menemukan momen gitar favorit. Padahal, ini kan proyek sampingan seorang gitaris.

Album ini memang bukan rethrash yang klise. Ada lebih banyak melodi dan songcraft di sini. Tetapi, tetap saja arahnya terlalu dekat dengan kesan itu. Secara keseluruhan, meskipun ada kelebihan dan kekurangan, album ini masih layak untuk didengarkan. Mungkin bukan album terbaik tahun ini, tapi cukup menghibur, kok.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Bocoran Mavic 4 Pro Makin Kuat: Tanggal Rilis, Harga, dan Kamera Tiga Lensa Terungkap - Siap-Siap!

Next Post

Waspada Perjalanan ke Bali: Aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Menurun