Thom Yorke dan Mark Pritchard: Ketika Musik Elektronik Bertemu Renungan Disko yang Sinister
Pernahkah kamu merasa seperti sedang berada di tengah pesta yang meriah sementara dunia di sekitarmu perlahan runtuh? Mungkin itulah esensi dari kolaborasi terbaru antara Thom Yorke dan Mark Pritchard, "Back in the Game," yang visualnya disutradarai oleh Jonathan Zawada. Lagu ini bukan sekadar rilisan musik, melainkan sebuah statement tentang bagaimana kita merayakan (atau mengabaikan) kehancuran.
Lagu ini sebenarnya sudah debut secara live tahun lalu di tur solo Yorke, dan akhirnya dirilis dengan versi studio lengkap dengan video musik. Zawada, yang terinspirasi dari film disko "Staying Alive" (siapa yang masih ingat John Travolta?), membayangkan sebuah parade aneh yang meriah di tengah kekacauan. Bayangkan, sekelompok orang berparade dengan ekspresi ‘mania' di wajah mereka, seolah tak peduli apa yang terjadi di sekitar mereka.
"Back in the Game" seolah mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita menilai budaya dan menghadapi perubahan besar di abad ke-21. Kita seringkali terlalu sibuk dengan "parade" kita sendiri, entah itu pencapaian pribadi di media sosial atau sekadar mencari hiburan, hingga lupa melihat apa yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai kita menjadi penari yang asyik sendiri di tengah kebakaran, ya kan?
Apakah Kita Terlalu Sibuk Menari?
Zawada menggambarkan videonya sebagai perayaan buta yang terjadi di saat peradaban memburuk. Ia menyoroti bagaimana kita cenderung menempatkan nilai pada ekspresi budaya kolektif dan bagaimana kita menghadapi perubahan-perubahan budaya besar di abad ini. Mungkin, inilah pertanyaan yang lebih besar: Apakah tarian kita cukup berarti saat dunia berantakan?
Lagu ini juga menjadi pengingat tentang kolaborasi sebelumnya antara Yorke dan Pritchard, yang sebelumnya menghasilkan "Beautiful People" pada tahun 2016. Selain itu, Pritchard juga pernah me-remix lagu Radiohead dan lagu solo Yorke. Kolaborasi ini bukan hanya sekadar proyek sampingan, melainkan sebuah perpaduan yang menghasilkan karya yang menarik dan menyegarkan.
Musik Elektronik dan Vokal yang Memukau
Dalam "Back in the Game," Pritchard menggunakan vokal Yorke dan memprosesnya melalui H910 Harmonizer, salah satu perangkat efek audio-digital paling awal di dunia. Hasilnya? Suara yang memukau dan atmosfer yang unik, membuktikan bahwa kreativitas tak mengenal batas usia teknologi. Penggunaan teknologi lawas ini seperti pengingat bahwa ide-ide brilian bisa datang dari mana saja, bahkan dari perangkat yang sudah dianggap jadul.
Lagu ini, yang dirilis melalui Warp Records, adalah bukti bahwa musik elektronik dan vokal khas Yorke dapat menjadi kombinasi yang eksplosif. Penggunaan teknologi lawas dan inspirasi tidak biasa membuat kolaborasi ini menjadi lebih menarik untuk disimak. Apakah ini awal dari kolaborasi yang lebih besar? Kita hanya bisa berharap.
Parade, Bonfire, dan Nasib Peradaban
Video musik "Back in the Game" menampilkan karakter dengan kepala seperti parade yang ekspresinya sulit ditebak, seolah tak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Di sisi lain, ada adegan di mana segala sesuatu dibuang dari jendela ke dalam api unggun raksasa. Visual ini seolah menyiratkan kritik terhadap konsumsi dan budaya instan yang kita jalani.
Konsep video ini bukan hanya sekadar tontonan, melainkan undangan untuk merenung. Apakah kita hanya akan terus berparade, menutup mata terhadap apa yang terjadi di sekitar kita? Atau, adakah kesadaran untuk mencari makna yang lebih dalam di tengah kekacauan? Visual ini memaksa kita untuk mempertanyakan nilai-nilai yang kita anut dan bagaimana kita berkontribusi terhadap peradaban ini.
Mungkin saja, "Back in the Game" adalah pengingat bahwa meskipun dunia terus berubah dan peradaban bisa jadi mengalami kemunduran, musik dan seni tetap menjadi cara yang ampuh untuk merenungkan, mengekspresikan, dan bahkan bertahan. Mungkin, tarian kita bukan hanya sekadar hiburan, melainkan sebuah cara untuk memahami dunia.