Dark Mode Light Mode

Terungkap Alasan Billie Eilish Pernah Sangat Benci Namanya Sendiri

Pernah merasa nama sendiri agak cringe atau kurang ‘gue banget'? Ternyata, perasaan ini juga pernah menghinggapi salah satu ikon musik global terbesar saat ini. Siapa sangka, di balik nama panggung yang kini menggema di seluruh dunia, tersimpan cerita unik tentang bagaimana sang empunya nama dulu justru merasa sedikit insecure. Yup, kita sedang membicarakan Billie Eilish, yang ternyata punya cerita menarik tentang nama depannya yang ikonik itu.

Billie Eilish, nama yang identik dengan musik moody, gaya fashion anti-mainstream, dan deretan piala Grammy, kini sudah menjadi household name. Sulit membayangkan industri musik tanpa kehadirannya yang fenomenal. Namun, dalam sebuah wawancara eksklusif baru-baru ini, terungkap sisi lain dari perjalanan identitasnya, dimulai dari hal yang paling mendasar: namanya sendiri. Pengakuan ini cukup mengejutkan, mengingat betapa pas dan kuatnya nama ‘Billie Eilish' terdengar sekarang.

Cerita ini terkuak dalam sesi wawancara unik untuk cover story majalah British Vogue. Alih-alih diwawancara oleh jurnalis, Billie justru menjawab pertanyaan-pertanyaan dari sesama musisi dan bintang Hollywood ternama. Nama-nama besar seperti Ariana Grande dan Jane Fonda turut melontarkan pertanyaan, menciptakan suasana obrolan yang lebih personal dan mendalam, berbeda dari wawancara biasa.

Di antara para penanya bintang tersebut, muncullah aktor karismatik Idris Elba. Pertanyaannya terdengar sederhana namun tepat sasaran: apakah Billie muda dulu merasa "bangga" atau justru "malu" dengan nama depannya? Pertanyaan inilah yang membuka ‘kotak pandora' berisi curahan hati Billie tentang hubungannya dengan namanya di masa lalu.

Tanpa tedeng aling-aling, Billie memberikan jawaban yang jujur dan mungkin sedikit mengejutkan bagi para penggemarnya. "Dulu aku benar-benar benci namaku waktu kecil," ungkapnya blak-blakan. Pengakuan ini langsung menarik perhatian, mengingat betapa ikoniknya nama tersebut sekarang. Ternyata, ada alasan kuat di balik ketidaksukaannya itu.

Alasan utamanya cukup bisa dimaklumi, terutama bagi seorang anak perempuan yang sedang tumbuh. Billie mengaku bahwa sepanjang masa kecilnya, ia terus-menerus mendengar komentar, "Kupikir Billie itu nama anak laki-laki." Komentar ini seolah menjadi soundtrack masa kecilnya, membuatnya merasa namanya tidak sesuai dengan ekspektasi orang tentang nama perempuan. Rasanya seperti memakai sepatu yang salah ukuran setiap hari.

Akibatnya, Billie kecil memendam keinginan kuat untuk memiliki nama yang terdengar lebih feminin dan ‘cantik'. "Aku ingat betapa marahnya aku dulu, dan yang kuinginkan hanyalah nama yang lebih girly, seperti Violet atau Lavender, nama bunga-bungaan yang cantik," lanjutnya. Bisa dibayangkan, seorang Billie Eilish yang kita kenal sekarang pernah bermimpi bernama Lavender – sebuah kontras yang cukup menggelitik.

Billie Eilish: Kisah di Balik Nama Ikonik

Namun, seperti banyak hal dalam hidup, perspektif bisa berubah seiring waktu dan kedewasaan. Billie Eilish yang sekarang memiliki pandangan yang 180 derajat berbeda tentang namanya. "Lucu sekali karena sekarang rasanya tidak ada nama lain di alam semesta ini yang bisa menjadi namaku selain Billie," ujarnya dengan keyakinan penuh. Transformasi dari benci menjadi cinta ini menunjukkan perjalanan penerimaan diri yang luar biasa.

Kecintaannya pada namanya kini begitu mendalam. "Aku sangat sangat sangat mencintai namaku," tegasnya dalam wawancara tersebut. Baginya, nama ‘Billie' bukan lagi sumber rasa malu, melainkan bagian integral dari identitasnya. "Nama ini benar-benar satu-satunya pilihan yang mungkin untuk diriku. Aku merasa nama ini sangat sempurna untukku," tambahnya, menggambarkan betapa nama itu kini menyatu dengan jati dirinya.

Warisan Keluarga dan Inspirasi Tak Terduga

Billie kemudian menjelaskan kepada Idris Elba asal-usul namanya, yang ternyata memiliki ikatan keluarga. Ia dinamai berdasarkan kakeknya, William, yang biasa dipanggil Billy. "Secara teknis, dia adalah Billy pertama yang kukenal," katanya, meskipun ia tidak pernah sempat bertemu langsung dengan sang kakek. Fakta ini menambah lapisan makna dan warisan pada nama yang pernah ia benci itu.

Menariknya, ada momen titik balik ketika Billie mulai merasa ‘bersemangat' dengan namanya, dan ini datang dari sumber yang tak terduga: dunia pop culture. "Billie perempuan pertama yang kurasa kukenal adalah Billie Piper, dari serial ‘Doctor Who'," kenangnya. Sebagai penggemar serial fiksi ilmiah legendaris tersebut, mengetahui ada aktris keren bernama Billie membuatnya merasa sedikit lebih baik tentang namanya sendiri.

Tapi, inilah bagian yang jenaka dan sangat relatable. Rasa semangat itu ternyata dibumbui sedikit rasa cemburu khas anak-anak. "Aku sangat, sangat bersemangat tentang itu. Tapi di saat yang sama aku juga cemburu dan marah karena aku berpikir, ‘Kenapa ada orang lain yang menyebut namaku tapi maksudnya orang lain? Unacceptable!‘ (Tidak bisa diterima!)" ceritanya sambil tertawa. Reaksi ini menunjukkan sisi kompetitif sekaligus polosnya saat itu.

Dari Benci Jadi Cinta: Evolusi Identitas Billie

Perjalanan Billie Eilish dengan namanya adalah cerminan dari proses pertumbuhan pribadi dan penemuan jati diri yang lebih luas. Sama seperti musik dan gaya fashion-nya yang terus berevolusi, begitu pula hubungannya dengan identitas dasarnya. Menerima dan akhirnya mencintai namanya menjadi simbol penerimaan dirinya secara utuh, sebuah proses yang dialami banyak orang dalam skala yang berbeda. Mungkin ini juga yang menginspirasi evolusi musiknya yang terus berani mendobrak batasan.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa bahkan sosok sebesar Billie Eilish pun pernah mengalami keraguan dan rasa tidak nyaman dengan bagian dari dirinya sendiri. Perasaannya dulu terhadap namanya adalah sesuatu yang mungkin pernah atau sedang dialami banyak Gen Z dan Millennial – entah itu tentang nama, penampilan, atau aspek identitas lainnya. Ini menunjukkan bahwa insecurities adalah hal yang manusiawi, terlepas dari status atau popularitas.

Mengapa Nama ‘Billie' Kini Begitu Melekat?

Kalau dipikir-pikir, nama ‘Billie' justru terasa sangat pas dengan persona Billie Eilish yang kita kenal sekarang. Nama ini unik, sedikit androgini, dan punya edge – sama seperti musik dan estetikanya yang menolak dikotak-kotakkan. Sulit membayangkan seorang ‘Lavender' atau ‘Violet' menyanyikan Bad Guy atau tampil dengan gaya baggy yang menjadi ciri khasnya di awal karier. Nama Billie seolah ditakdirkan untuknya.

Pada akhirnya, cerita Billie Eilish tentang namanya adalah pelajaran berharga tentang self-acceptance dan kekuatan merangkul keunikan diri. Apa yang dulu dianggap sebagai kekurangan atau sesuatu yang ‘salah', kini menjadi bagian dari personal brand yang kuat dan dicintai. Ini adalah pengingat bahwa menerima setiap aspek diri kita, bahkan yang paling sederhana seperti nama, adalah langkah penting untuk menemukan versi diri kita yang paling otentik dan percaya diri.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Di Balik Penghormatan Luar Angkasa Katy Perry untuk Daisy

Next Post

Hanya di Jepang: Promo Buy-a-Box MTG FINAL FANTASY Diumumkan