Dark Mode Light Mode

Tekanan Meningkat bagi Pemelihara Open Source

Open Source, Para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Mulai Kelelahan

Bayangin, kamu punya skill dewa, jago ngoding, bikin aplikasi keren yang dipake jutaan orang. Tapi, skill itu malah bikin kamu jadi relawan yang kerja rodi, dibayar cuma sama rasa terima kasih yang (kadang) nggak ada. Itulah sekelumit potret miris para maintainer open source.

Saat ini, banyak banget kejadian yang menyoroti nasib para maintainer open source. Mereka ini adalah tulang punggung dunia teknologi, tapi seringkali terlupakan dan kurang diapresiasi. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam, bahkan sampai lembur, demi memastikan proyek-proyek open source tetap berjalan lancar. Tapi, reward yang mereka dapatkan seringkali nggak sepadan.

Ketika "Hobi" Berubah Jadi Beban

Banyak yang bilang, maintainer open source itu ibarat pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bekerja sukarela, tanpa pamrih, demi kemajuan teknologi. Tapi, apa jadinya kalau pahlawan ini mulai kelelahan? Apa jadinya kalau semangat mereka mulai pudar? Jawabannya, ya proyek open source bisa berantakan.

Hector Martin, ketua proyek Asahi Linux (distro Linux buat chip Apple), baru-baru ini memutuskan resign karena burnout dan tuntutan dari pengguna. Jamie Tanna, yang dijuluki "Tired Maintainer," bilang jadi maintainer itu enak, kecuali pas lagi nggak enak. Relate, nggak sih?

Tanna, yang berkontribusi di dunia open source bahkan mengaku pernah jadi maintainer oapi-codegen, sebuah alat buat ubah spesifikasi OpenAPI jadi kode Go. Bayangin, alat ini dipake banyak perusahaan, tapi penggunanya ada juga yang hobi marah-marah. Nggak heran kalau akhirnya capek hati, ya.

Seringkali, para maintainer ini ngerasa sendirian, tertekan, dan kebanjiran kerjaan. Sementara, mereka cuma dapat pesan-pesan nggak enak dari pengguna yang merasa berhak dapat segalanya. Pekerjaan sukarela yang seharusnya menyenangkan malah jadi beban. Untungnya, beberapa perusahaan mulai peduli dengan memberikan waktu khusus buat karyawannya buat ngerjain proyek open source. Tapi, tetep aja waktu segitu nggak cukup.

Beban Mental dan Tekanan Pengguna

Banyak proyek open source, bahkan yang krusial, yang cuma dikerjain oleh sedikit orang doang. Sophia Vargas, analis dari Google, bilang para maintainer ini emang lagi kena tekanan, baik dari sistem maupun komunitas. Banyak yang merasa proyek open source itu kurang dukungan, apalagi makin banyak yang pake software ini.

Survei Tidelift tahun 2024 nunjukkin, 60% maintainer udah berhenti atau berencana berhenti. Survei lain dari Linux Foundation juga bilang, sebagian besar software open source yang populer dikembangin cuma sama segelintir orang. Kita bisa lihat sendiri, betapa besar bebannya.

Kat Cosgrove dan Jeremy Rickard, maintainer Kubernetes, juga ikut nimbrung di diskusi ini. Rickard, karyawannya Microsoft, juga ngurus kode etik CNCF. Mereka bikin survei buat kumpulin pengalaman para maintainer. Masalahnya, bukan cuma tekanan dan cacian yang diterima maintainer. Pengguna juga kena imbasnya. "Mereka jadi kurang suka sama proyeknya, dan 70% mikir ulang buat berkontribusi," kata Cosgrove.

Solusi: Uang Bukan Segalanya

Gimana cara ngatasin masalah ini? Apakah para maintainer cuma butuh duit? Vargas nggak yakin kalau duit bisa nyelesaiin semua masalah. Penelitian di FOSDEM nunjukkin, nggak semua masalah bisa diatasi dengan uang.

Setiap maintainer dan proyek punya tantangan sendiri-sendiri. Ada yang butuh dukungan finansial, ada yang butuh kontributor tambahan buat bantu kerjaan, terutama yang nggak berhubungan sama ngoding, kayak mentoring, ngurus komunitas, atau promosi.

Rickard juga khawatir soal anggaran yang mungkin makin seret karena kondisi ekonomi yang nggak menentu. Dia nyaranin buat lebih gencar promosi sponsorship di platform kayak GitHub, karena pendanaan proyek dari perusahaan makin berkurang.

Cosgrove bilang, mungkin butuh proyek gede yang collapse dulu biar para pengguna sadar kalau bayar maintainer itu penting. Bahkan, bisa jadi suatu keharusan. "Saya nggak mau itu terjadi, karena akibatnya bakal parah," katanya. Semoga aja kita bisa belajar sebelum terlambat.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Fatal Fury: City of the Wolves Umumkan Kain R Heinlein, DLC Karakter Andy Bogard, Joe Higashi, dan Mr Big

Next Post

Slipknot vs Mushroomhead: Perang Dingin Nu Metal yang Membentuk Era