Dark Mode Light Mode

Tekanan Harada: Mengembangkan Tekken 4 Tanpa Sekutu

Wah, dunia game memang penuh drama! Kali ini, mari kita bedah cerita menarik di balik layar Tekken 4, game yang konon punya banyak ‘haters' namun sekarang mulai dicintai lagi. Siapa sangka, membuat game fighting bisa se-stressful itu?

Permainan yang Membelah Fans: Mengapa Tekken 4 Begitu Kontroversial?

Setelah kesuksesan dahsyat Tekken 3, semua mata tertuju pada penerusnya. Takdir berkata lain, Tekken 4 hadir dengan banyak perubahan. Gameplay yang lebih realistis, arena yang punya environmental hazards, dan… tone yang lebih kelam! Ini yang membuat sebagian fans lama merasa nggak sreg. Penilaian Metacritic Tekken 4 pun jadi salah satu yang terendah dari semua seri utama Tekken.

Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan tentang Tekken 4 mulai berubah. Semakin banyak pemain baru yang penasaran, mencoba, dan bahkan menemukan pesonanya sendiri. Mungkin karena grafisnya yang ciamik atau cerita yang lebih dewasa, atau mungkin karena nostalgia yang mulai merasuki para pemain.

Katsuhiro Harada, produser seri Tekken, juga menyadari perubahan ini. Dulu dihujat habis-habisan, kini ia melihat revival pada game yang ia buat dengan susah payah. Melalui akun X (dulu Twitter), beliau berbagi sisi kelam di balik kesuksesan Tekken, membuka sedikit rahasianya.

Harada mengakui bahwa dulu ia "dihujani kritik" dan bahkan tidak punya seorang pun yang mendukungnya. Tekanan pekerjaan begitu hebat hingga menyebabkan kondisi medis yang aneh, seperti rambut rontok di sisi kanan tubuhnya. Pasti, stres banget tuh! Bahkan, ia sempat meninggalkan Namco (perusahaan pembuat Tekken) sebelum pengembangan Tekken 5 dimulai.

Berikut adalah kutipan langsung dari Harada: "Saya sadar dengan pujian semacam itu. Tapi saat itu, saya benar-benar dibombardir kritik—saya tidak punya satu pun sekutu. Tidak ada satu pun. Itu adalah cerita yang terkenal di dalam perusahaan. Saya berada di bawah begitu banyak tekanan pada saat itu hingga saya mengembangkan kondisi misterius di mana semua rambut di sebelah kanan tubuh saya rontok—hanya sisi kanan. Bahkan rambut di lengan, alis, dan bulu mata saya hilang. Sekarang, di masa sekarang, para pengkritik telah melupakan semua keluhan mereka, dan hanya mereka yang ingin memuji game yang tersisa. Itulah satu-satunya alasan mengapa ia diperlakukan seperti sebuah mahakarya. Bagi saya, baik atau buruk, judul ini tetap menjadi pengingat dan pelajaran konstan bagi diri saya sendiri."

Tekanan Pekerjaan: Gara-Gara Tekken, Rambut Rontok?

Bayangkan, membuat game fighting yang disukai jutaan orang, lalu tiba-tiba dihujat habis-habisan. Nyesek banget, kan? Tekanan seperti ini ternyata bisa berdampak serius pada kesehatan, seperti yang dialami oleh Harada. Ini juga menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab seorang produser game AAA.

Rambut rontok adalah gejala fisik akibat stres yang dialami Harada. Miris, tapi juga realistis. Bahkan, dia sempat resign dari perusahaan karena tekanan tersebut. Jadi, tekanan kerja di dunia game, khususnya pada masa itu, bisa terasa seberat pertarungan King of Iron Fist Tournament.

Harada bahkan mengakui bahwa meskipun Metacritic dan ulasan pemain buruk, game tersebut sebenarnya laku terjual. Ini menunjukkan bahwa apresiasi dari pemain terkadang berbeda dengan feedback dari kritikus. Sungguh sebuah ironi.

Belajar dari Pengalaman: Harada dan Refleksi Diri

Dalam sebuah wawancara, Harada memilih Tekken 4 sebagai game yang punya tempat spesial di hatinya. Alasannya sederhana: game ini mengajarkannya untuk lebih hati-hati dalam menafsirkan feedback. Ia belajar bahwa mencoba menyenangkan semua orang justru dapat menghilangkan esensi yang disukai pemain dari awal.

Sebelum Tekken 4, Harada fokus pada semua aspek yang perlu diperbaiki, dengan harapan menghasilkan game yang lebih baik. Tapi, cara ini ternyata tak semulus yang dibayangkan. Tampaknya, usaha untuk menyempurnakan malah menghancurkan.

Lessons learned. Pengalaman pahit ini akhirnya mematangkan Harada sebagai seorang game developer. Ia menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara inovasi, umpan balik, dan misi utama sebuah game: memberikan kesenangan bagi para pemain.

Tekken 4: Bukan Cuma Game, Tapi Juga Pelajaran Hidup

Intinya, perjalanan Tekken 4 mengajarkan kita banyak hal. Bahwa kritik memang pedas, tapi juga bisa jadi guru terbaik. Bahwa kesuksesan sejati bukan hanya soal angka penjualan, tapi juga soal pengalaman dan pelajaran yang didapat. Dan yang paling penting, bahwa di balik game yang keren, ada proses yang penuh keringat, bahkan air mata.

Akhirnya, Tekken 4 jadi sebuah case study menarik tentang bagaimana ekspektasi, kritik, dan tekanan pekerjaan bisa memengaruhi proses pembuatan game. Sebuah pengingat bahwa di balik game yang kita mainkan, ada manusia yang berusaha memberikan yang terbaik. Keep fighting, guys!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Promono Pasang Lebih Banyak Kamera Keamanan untuk Tekan Kriminalitas di Jakarta

Next Post

iPad Mini Baru Anda Diskon Rp1,5 Juta Berkat Amazon Spring Sale