Tate McRae: Popstar yang Sedang Mencari Jati Diri di Tengah Gemerlap Industri
Posternya ada di mana-mana, lagunya diputar di setiap toko, dan guru dansaku bahkan membuat koreografi untuk lagu barunya. Ya, dunia memang sedang demam Tate McRae. Tapi, siapa sih Tate McRae ini? Dan kenapa dia bisa jadi begitu hype sekarang?
Tentu saja, ini semua tentang album ketiganya yang baru rilis, So Close To What. Album ini beda banget sama rilisan-rilisan awalnya yang lebih fokus sama teenage angst dan cinta monyet. Sekarang, vibes-nya lebih dewasa, lebih punchy, kayaknya McRae juga udah move on dari fase ABG-nya.
McRae sendiri bilang kalau dia merasa lebih percaya diri sama seleranya dan jati dirinya. Dulu, waktu awal-awal nulis lagu di usia 16 tahun, dia bener-bener nggak ngerti apa-apa. "Nggak ngerti apa itu arti merilis album debut. Masih bocah banget," katanya. Sekarang, di usia 21 tahun, dia udah kelihatan lebih settle dan tahu apa yang dia mau.
Dari situ, McRae tumbuh menjadi sosok yang menarik perhatian. Dia memulai karirnya dari YouTube, lalu merambah dunia dance competition dan acara TV. Setelah itu, ia kemudian banting stir ke dunia musik, dan akhirnya ketemu sama Billie Eilish dan Finneas, yang ikut membantunya dalam berkarya.
McRae dan Perjalanan Mencari Suara yang Autentik
Awalnya, McRae mengaku sempat merasa kebingungan. "Gue dilempar ke ratusan sesi writing dengan ratusan orang yang bilang, ‘Inilah artis yang sebenarnya'," katanya. Saking banyaknya masukan, dia sampai lupa musik jenis apa yang dia suka, bahkan artis-artis favoritnya. Semua orang punya ide beda tentang dirinya dan sound-nya.
Tapi akhirnya, McRae berhasil menemukan jati dirinya. Sekarang, dia sering dipuji sebagai sosok yang berhasil menghidupkan kembali performance pop ala tahun 2000-an. Contohnya, video klip lagunya yang berjudul "greedy". Mulai dari gerakan dance-nya, rambut pirangnya yang berkibar, sampai suara khasnya, semuanya bikin kita nostalgia sama era keemasan musik pop.
Nggak heran kalau McRae sering banget dibandingkan sama popstar era sebelumnya, kayak Christina Aguilera dan The Pussycat Dolls. Tapi, yang paling sering disebut-sebut adalah Britney Spears versi muda.
The Britney Spears of This Generation?
McRae sendiri merasa tersanjung sekaligus agak scary kalau disamakan dengan Britney. "Kayak membandingkan seseorang dengan Michael Jackson!" katanya, dengan ekspresi kaget dan gelisah. Tapi, at the end of the day, dia akui kalau Britney itu memang blueprint buat banyak popstar sekarang.
Saat ini, McRae memang terlihat hangat dan relatable di mata publik. Tapi, ada juga sisi misterius yang bikin penasaran. Dia bicara tentang tema cinta dan asmara di album barunya, tapi nggak pernah benar-benar menceritakan pengalamannya sendiri. Mungkin, ini juga caranya buat melindungi diri di industri yang sering kali "memakan" artis muda.
Cinta, Pengalaman Emosional, dan Alter Ego
Kalau dibandingkan sama popstar lain yang lebih terbuka soal kehidupan pribadi, kayak Olivia Rodrigo atau Taylor Swift, lirik-lirik McRae memang terasa lebih abstrak. Mungkin, memang itu yang bikin dia unik. Dia lebih suka mengungkapkan perasaannya lewat bahasa yang nggak terlalu blak-blakan.
Di album barunya, McRae juga mengeksplorasi sisi cinta yang nggak selalu indah. Cinta yang rumit, yang kadang bikin sakit hati, tapi susah buat dilepaskan. Di lagu "Revolving door", dia nyanyi tentang cowok yang selalu datang dan pergi, dan betapa susahnya buat menolak cowok itu.
Ngomong-ngomong soal cinta, McRae juga punya lagu kolaborasi sama pacarnya, rapper asal Australia, The Kid Laroi. Judulnya "I know love". Saking romantisnya, banyak penggemar yang bahkan menjuluki mereka pasangan "Tid Mcroi" atau "Kate Larae".
Bahkan, untuk lagu-lagu yang lebih nakal di albumnya, McRae mengaku punya alter ego bernama Tatiana. Katanya, Tatiana yang menulis lagu "Dear god", yang liriknya lebih berani dan explicit. "Gue rasa semua orang punya ‘tameng' tertentu buat merasa jadi diri sendiri yang paling percaya diri dan berdaya," katanya. "Dan gue rasa itulah alter ego gue; gue memanggilnya kapanpun gue mau cuek dan bilang ‘f*** it'."
Namun, McRae juga nggak menampik kalau popularitasnya membawa tantangan tersendiri. Dia merasakan tekanan yang dialami perempuan di industri musik, yang sering kali dinilai dan dikritik habis-habisan.
"Semua yang kamu lakukan akan dikuliti dan dibicarakan, dan itu bikin kamu mempertanyakan segalanya," katanya. "Seseorang akan mengomentari bentuk wajahmu, atau nada suaramu, atau cara kamu mengucapkan kata tertentu di sebuah lagu."
Mencari Kebahagiaan yang Sempurna
McRae juga merasa miris melihat betapa sedikitnya musisi perempuan yang mendapat pengakuan atas karya kreatif mereka. Menurutnya, ini adalah cerita lama yang selalu berulang. "Kita sudah melihat ini di setiap artis perempuan ikonik sebelumnya," keluhnya. "Bukan hanya mereka yang punya ide hebat atau yang membuat video musik, atau yang mengarahkan seluruh pertunjukan."
Bagi McRae, album So Close To What adalah tentang pencarian kebahagiaan. Dia bertanya-tanya, kapan sih momennya kita merasa benar-benar bahagia dan puas dengan diri sendiri. "Kayak lingkaran tanpa akhir," katanya. "Kamu selalu berusaha mencapai sesuatu, tapi nggak pernah tahu apa itu."
Walaupun begitu, McRae terus berusaha dan terus berkembang. Dan, kita sebagai penikmat musik, hanya bisa menunggu dan melihat apa lagi kejutan yang akan dia berikan.