Dark Mode Light Mode

Sukatani Panaskan Panggung Indonesia: Permintaan Maaf Polisi Jadi Lagu Kebangsaan (VIDEO)

Bunyi "Bayar Bayar Bayar" di Tengah Badai: Ketika Musik Punk Menentang Korupsi, Tapi Harus Minta Maaf?

Sebuah band punk asal Indonesia bernama Sukatani mendadak jadi perbincangan hangat. Mereka menarik lagu satirnya dari platform streaming dan meminta maaf pada polisi. Jangan salah, ini bukan cerita cinta yang berakhir manis, melainkan sebuah tamparan keras bagi mereka yang merasa kebal hukum. Pertanyaannya, kenapa band yang dikenal dengan musik "nakalnya" ini tiba-tiba ‘menyerah' dan minta maaf? Mari kita telusuri lebih dalam.

Sukatani, duo electro-punk yang terbentuk akhir 2022, berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah. Nama mereka, yang berarti "cinta bertani", sudah cukup menggambarkan tema-tema lirik mereka: kritik sosial, khususnya isu-isu yang dialami petani. Penampilan mereka yang ikonik dengan balaclava, serta aksi berbagi sayuran di konser sebagai bentuk solidaritas, membuat mereka unik dan mudah diingat. Debut album mereka, Gelap Gempita, rilis Juli 2023, menandai langkah awal mereka di industri musik, tetapi siapa sangka lagu kontroversial ini yang akhirnya meledakkan nama mereka.

Menghidupkan Kembali Semangat Anti-Korupsi

Kontroversi dimulai pada 20 Februari silam. Sukatani menghapus lagu mereka, "Bayar Bayar Bayar" (BBB), dari platform digital dan mengunggah video permintaan maaf. Di video tersebut, identitas mereka akhirnya terungkap: Muhammad Syifa Al Lufti (Alectroguy) dan Novi Citra Indriyati (Twister Angel). Mereka menyampaikan permintaan maaf kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Bukan permintaan maaf biasa, ini adalah pernyataan sikap. Mereka ingin menunjukkan bahwa musik juga bisa menjadi kritik yang membangun. Namun, benarkah demikian?

Video tersebut langsung memancing reaksi publik. Tak butuh waktu lama, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri langsung bergerak, menyelidiki enam anggota polisi dari Direktorat Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Jawa Tengah, yang diduga melakukan intimidasi terhadap Sukatani. Di sisi lain, Polri juga merespons dengan positif, menyatakan bahwa mereka menerima kritik konstruktif dan menghargai kebebasan berekspresi dalam demokrasi. Sebuah langkah yang cukup bijak, meskipun tetap menyisakan tanda tanya besar.

Ketika Musik Menjadi Senjata di Medan Perang

Setelah video tersebut dirilis, tagar #KamiBersamaSukatani langsung menjadi trending di media sosial. Lagu "Bayar Bayar Bayar" juga terus berkumandang dalam aksi demonstrasi Indonesia Gelap di beberapa kota, sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan masyarakat. Musik, sekali lagi, membuktikan dirinya sebagai alat yang ampuh untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Ditambah lagi, musisi terkenal seperti Melly Goeslaw juga ikut buka suara, menunjukkan dukungan terhadap Sukatani.

Aksi Sukatani ini membuka mata kita tentang betapa pentingnya kebebasan berekspresi, dan bagaimana musik dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kritik sosial. Band ini bukan hanya sekadar musisi, tetapi juga aktivis yang menyuarakan kepedulian terhadap isu-isu krusial. Mereka berani melawan arus, menyentil para koruptor dengan alunan musik yang membara. Dalam situasi seperti ini, wajar jika mereka mendapat dukungan dari berbagai kalangan.

Dampak yang Tak Terduga: Pekerjaan Hilang dan Ancaman

Di tengah badai kontroversi, muncul kabar bahwa Twister Angel kehilangan pekerjaannya sebagai guru di sebuah sekolah dasar Islam terpadu. Pihak sekolah mengklaim pemecatan tersebut tidak terkait dengan lagu yang mereka buat, melainkan pelanggaran kode etik sekolah. Meskipun demikian, publik tetap mengaitkan kejadian tersebut dengan lagu "Bayar Bayar Bayar". Apakah ini hanya kebetulan, atau ada kekuatan lain yang bermain di balik layar?

Terlepas dari semua ini, Sukatani tetap berusaha untuk berkarya. Mereka tampil di konser Crowd Noise di Jawa Tengah, meskipun tidak membawakan "Bayar Bayar Bayar". Lagu tersebut memang sudah dihapus dari platform resmi, tetapi tetap beredar luas di media sosial. Ini membuktikan bahwa karya seni, sekali tersebar, akan sulit untuk dibendung. Tetap saja ada konsekuensi yang harus mereka hadapi, walaupun saat ini Sukatani belum menghadapi tuntutan hukum, mereka telah mencari bantuan hukum.

Membongkar Ketidakadilan Lewat Musik

Bagi kamu yang baru mengenal Sukatani, album Gelap Gempita adalah pintu gerbang yang sempurna. Kamu juga bisa menikmati video musik "Alas Wirasaba" di YouTube. Musik mereka adalah pengingat bahwa suara anak muda, sekecil apapun, tetap punya kekuatan besar.

Bandingkan dengan tren sekarang di mana musik mainstream seringkali hanya berputar di tema cinta-cintaan. Musik mereka melawan arus, menghadirkan perspektif yang berbeda. Dengan berani, mereka membongkar ketidakadilan, dan mengajak pendengarnya untuk berpikir kritis.

Perjuangan Sukatani, dan banyak musisi lain yang berani menyuarakan kebenaran, mengajarkan kita untuk tidak takut bersuara. Karena keheningan, pada akhirnya, akan menjadi persetujuan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

OneRepublic & Karan Aujla's 'Tell Me' Music Video: Indonesian Subtitles Available

Next Post

Automobilista 2 Siap Tambahkan Truk Super Stadion Gila, Pengalaman Balap Semakin Seru!