Dark Mode Light Mode

Street Fighter 5’s Indonesian Localization Challenges Delayed Street Fighter 6’s Development

Capcom's Comeback: SF5's Struggles Paved the Way for SF6's Success

Ketika kita berbicara tentang game fighting, nama "Street Fighter" selalu muncul sebagai salah satu ikonnya. Tetapi, seperti halnya koki yang sedang bereksperimen di dapur, perjalanan Capcom dalam mengembangkan Street Fighter V (SF5) tidak selalu berjalan mulus. Peluncuran SF5 bisa dibilang cukup buruk, bahkan dibandingkan dengan pendahulunya, Street Fighter III: New Generation, yang juga memiliki masalah. Banyak yang bertanya-tanya, "Apakah Capcom akan menyerah, atau mencoba memperbaiki kekacauan ini?".

Sejarah menunjukkan bahwa Capcom memilih opsi kedua. SF5 akhirnya mendapat lima musim konten penuh selama 2016-2020, sebelum Street Fighter 6 (SF6) mulai menggema dalam bentuk demo dan beta. Sekarang akhirnya kita mendapatkan gambaran bagaimana Capcom memutuskan untuk terus mengembangkan game yang dianggap hampir gagal oleh banyak orang selama bertahun-tahun setelah rilisnya.

Artikel dari IGN mengungkapkan sedikit lebih banyak tentang bagaimana Capcom bangkit dari keterpurukan di akhir 2000-an hingga pertengahan 2010-an. Artikel tersebut mewawancarai para developer yang terlibat pada masa itu. Beberapa di antaranya adalah Takayuki Nakayama, sutradara Street Fighter saat ini, dan Shuhei Matsumoto, produser game tersebut. Mereka memberikan wawasan menarik tentang perkembangan SF5.

Kedatangan Nakayama dan Matsumoto terjadi jauh setelah dimulainya proyek SF5. Mereka tiba untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun, mereka sudah terlambat untuk melakukan perubahan besar yang sangat dibutuhkan SF5. Dengan kata lain, mereka harus berurusan dengan apa yang ada di depan mata mereka.

Mirip dengan Hideaki Itsuno yang menyelamatkan Devil May Cry 2, SF5 datang di era di mana game dapat diperbarui dan ditingkatkan setelah rilis. Jadi, Capcom memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Nakayama mengatakan bahwa dia dan timnya sudah terlalu jauh dalam proses pengembangan, tidak dapat membuat perubahan besar. Mereka terus maju sesuai jalur yang ada.

Hal ini membuat mereka terpaksa mengoptimalkan apa yang sudah ada, daripada memulai dari nol. "Kami harus terus bergerak dalam arah yang sudah ada, yang menciptakan batasan tentang apa yang bisa dan tidak bisa kami lakukan," tutur Nakayama. Capcom tidak langsung "membunuh" SF5 seperti yang mereka lakukan dengan Marvel vs. Capcom: Infinite.

Kegagalan SF5: Belajar dari Kesalahan

Daripada mencoba membuat SF5 menjadi game Street Fighter terbaik, tim Capcom fokus memperbaiki masalah dan mengumpulkan pengalaman untuk masa depan. Matsumoto menjelaskan bahwa tim tidak berpikir untuk mengakhiri SF5 dan beralih ke SF6. Justru, mereka menggunakan SF5 untuk mencari tahu yang akan dicantumkan di SF6 nanti.

Nakayama juga sepakat, tim seolah-olah terikat tangannya dan harus mengatasi tantangan SF5. "Kami memang tidak punya cukup waktu untuk mengatasi beberapa masalah dan tantangan yang kami hadapi di Street Fighter 5," jelas Nakayama. Ide-ide yang ada hanya bisa dibawa kembali untuk fase konseptual awal Street Fighter 6.

Bisa dibilang, tim Nakayama dan Matsumoto terus mengembangkan SF5 karena tanggung jawab. Mereka juga menggunakannya sebagai proving ground untuk menguji apa yang harus dan tidak boleh mereka lakukan untuk game berikutnya. Hal ini terlihat jelas dari karakter seperti Ed dan Falke, yang menjadi cikal bakal kontrol Modern di SF6.

Sayangnya, kekurangan mode permainan, fitur, dan konten membuat SF5 baru berada pada kondisi yang lebih baik setelah dua tahun, tepatnya di tahun 2018 melalui Street Fighter 5: Arcade Edition. Namun, kerusakan yang signifikan sudah terjadi. Kebaikan yang dibangun dari kesuksesan Street Fighter IV dan Marvel vs. Capcom 3 terkikis.

SF6: Hasil Pembelajaran dan Perencanaan Jangka Panjang

Beberapa musim berikutnya dari SF5 memang memperbaiki citra game ini. Tetapi, SF5 tidak pernah benar-benar pulih dari kesalahan awalnya. Namun, rencana Capcom untuk bermain jangka panjang dengan SF5 tampak membuahkan hasil. Street Fighter 6 muncul sebagai judul paling sukses dalam seri ini sejak Street Fighter II.

Street Fighter 6 saat ini memiliki kecepatan penjualan dua kali lipat dari SF5 pada periode yang sama. Jumlahnya sudah mencapai 4,4 juta kopi terjual di seluruh dunia. Game ini juga menjadi hit besar di Jepang, dengan lebih dari 1 juta kopi terjual di negara asalnya. Tampaknya, SF6 telah melampaui popularitas Street Fighter IV.

Respons positif terhadap Capcom Cup 11 dan keputusan untuk mengembalikannya ke Jepang tahun depan juga menjadi bukti nyata. Tim tampaknya menyadari tingkat engagement yang sangat tinggi. Perbedaan kebijakan dan manajemen Capcom antara era SF5 dan SF6 sangat mencolok.

Kontrol Modern: Uji Coba di SF5, Perubahan di SF6

Berbagai faktor berkontribusi terhadap game SF6. Seperti disebutkan di atas, karakter seperti Ed dan Falke menjadi uji coba untuk kontrol Modern di SF6. Dengan kontrol yang lebih sederhana, pemain baru dapat lebih mudah memasuki game ini. Hal ini membantu meningkatkan jangkauan game dan menarik audiens yang lebih luas.

Selain itu, Capcom juga melakukan perbaikan signifikan pada sistem pertarungan, grafis, dan fitur online. Mereka berinvestasi lebih banyak dalam konten pasca-peluncuran, seperti karakter tambahan, arena baru, dan mode permainan. Hal ini menjaga game tetap segar dan menarik bagi pemain dalam jangka panjang.

SF6 tidak sempurna, tetapi jelas bahwa Capcom belajar dari kesalahan di masa lalu. Perusahaan mengambil strategi yang lebih terencana dan berorientasi pada pemain. Melalui investasi dalam kualitas, komunitas, dan konten berkelanjutan, Capcom mengubah kegagalan SF5 menjadi fondasi untuk suksesnya SF6.

Kebangkitan Capcom dan Pembelajaran Berharga

Capcom, yang dulunya kesulitan, sekarang kembali berjaya. Kombinasi unik antara rencana jangka panjang, fleksibilitas inovasi, dan penyesuaian strategi bisnis memberikan hasil. Itu menjadi pengingat bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan peluang belajar dan berkembang.

Mengembangkan game bisa terasa seperti menaiki roller coaster: ada masa-masa yang menegangkan dan membosankan. Tetapi pada akhirnya, komitmen untuk terus meningkatkan dan menyesuaikan menjadi lebih penting daripada kesempurnaan instan. SF5 mungkin menyakitkan, tapi berhasil mengantar era emas game fighting untuk Capcom.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kapal Iran Kedua Diduga Angkut Bahan Rudal dari China

Next Post

Carrefour Luncurkan Aplikasi Mobile Baru, Mudahkan Belanja di Google Play & App Store