Dark Mode Light Mode

Streaming Platform Indonesian Content: Syndication Signals a Shift Away from Exclusivity

Sudah siap untuk menyelami dunia streaming yang makin seru? Di mana dulu cuma ada sinetron di TV, sekarang kita punya segudang pilihan di layar gadget kesayangan. Jangan kaget kalau serial lawas favoritmu nongol di berbagai platform, karena inilah era baru konten hiburan!

Pertama-tama, mari kita bedah fenomena ini… Sony Entertainment, pemegang lisensi serial lawas CID, sekarang juga bisa dinikmati di Netflix. Perusahaan besar seperti Warner Bros dan Dharma Productions pun tak mau ketinggalan, mendistribusikan konten mereka di berbagai platform. Gampangnya, mereka semua lagi merambah pasar!

Lalu, ada juga Prasar Bharati, lembaga penyiaran publik yang menggandeng Lionsgate dan Eros untuk menayangkan konten mereka. Bahkan, film yang sama bisa kita temukan di layanan gratis, berlangganan, maupun sewa. Ini semua menandakan satu hal: konten enggak lagi eksklusif!

Para ahli berpendapat, konten orisinal premium memang masih akan menjadi andalan masing-masing platform. Tapi, konten lama atau bukan unggulan, sekarang punya banyak "rumah" baru. Semakin banyak tempat, semakin banyak pula orang yang bisa menikmatinya, kan?

“Idenya… adalah untuk memaksimalkan jangkauan, distribusi, dan monetisasi," ujar Rajat Agrawal dari Ultra Media and Entertainment Group. "Dengan menyediakan konten di berbagai platform, pemain OTT dapat menjangkau segmen audiens yang berbeda, meningkatkan keseluruhan jumlah penonton."

Penonton bisa juga menonton konten di platform favorit mereka, mengurangi kerepotan, dan meningkatkan keterlibatan. Ditambah lagi, mengizinkan konten ke berbagai platform bisa menghasilkan pendapatan dari banyak sumber, dan tak hanya bergantung pada satu platform saja. Menarik, bukan?

Makin banyak tontonan berarti makin banyak pula pengiklan yang tertarik. Alhasil, pendapatan dari iklan bisa meningkat, selain dari biaya lisensi yang dibayarkan oleh setiap platform yang menayangkan konten tersebut. Seperti kata pepatah, "sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui"!

Pergeseran Strategi: Dari Eksklusif ke Jangkauan Luas

Charu Malhotra dari Primus Partners setuju bahwa syndication konten (pemindahan konten) adalah pergeseran strategi yang krusial. Intinya, distribusi luas memungkinkan pencipta dan pemegang hak cipta menjangkau berbagai audiens. Ini bisa meningkatkan visibilitas dan keterlibatan, terutama di negara seperti Indonesia.

Di Indonesia, kebiasaan menonton konten sangat beragam, bergantung pada preferensi regional, bahasa, dan tentunya, harga yang terjangkau. Jadi, dengan adanya konten yang tersebar di banyak tempat, kemungkinan untuk ditemukan dan dinikmati semakin besar. Strategi ini seperti membuka banyak pintu untuk kontenmu.

Tentu saja, ada beberapa sisi negatifnya. Salah satunya adalah berkurangnya nilai eksklusivitas. Kalau konten bisa ditemukan di mana saja, kesan eksklusifnya jadi berkurang, kan? Ini bisa menurunkan nilai premium dari konten tersebut.

Platform-platform OTT mungkin jadi punya daya tawar yang lebih rendah dalam negosiasi periklanan. Selain itu, pelanggan mungkin merasa kurang ada nilai lebih dalam berlangganan konten premium khusus. Jangan sampai pelanggan merasa, "Ah, kalau cuma gitu, ngapain bayar mahal?"

Dengan syndication, platform OTT berisiko kehilangan penonton yang akhirnya mencari konten di tempat lain. Platform OTT juga punya kendali yang lebih sedikit dalam hal penyajian, pemasaran, dan monetisasi konten. Sudah pasti, potensi kerugiannya cukup tinggi.

Inilah tantangannya: bagaimana menyeimbangkan keinginan untuk mempertahankan pelanggan setia dengan memperluas jangkauan. Kaushik Das dari AAONXT menyebutkan, "keseimbangan antara eksklusivitas dan syndication adalah yang terbaik. Konten unggulan tetap eksklusif, sementara sebagian konten lainnya dimonetisasi melalui lisensi."

Tugas platform OTT sekarang adalah menemukan keseimbangan yang pas antara mempertahankan pelanggan yang rela bayar mahal dan memperluas jangkauan penonton melalui distribusi luas. Ini adalah seni, sekaligus tantangan dalam dunia streaming yang dinamis**.***

Pengalaman Pengguna yang Mulus di Tengah Kerumunan

Lalu, bagaimana dengan platform dan agregator yang menampung konten dari berbagai platform? Mereka melihat ini sebagai peluang emas. Sukhpreet Singh dari Dish TV menyebut, Watcho, platform agregator mereka, menyederhanakan pengalaman hiburan dengan menyajikan konten dari berbagai platform.

Intinya bukan hanya akses, tapi juga bagaimana pengguna mencari konten dengan mudah, seberapa menarik pengalamannya, dan seberapa efektif platform bisa memberikan rekomendasi. Jadi, tidak hanya sekadar menyediakan konten, tapi juga memastikan penggunanya betah dan merasa nyaman.

Ashish Pherwani dari EY mengatakan, syndication dan bundling (penggabungan) platform OTT akan terus berkembang di Indonesia. Biaya akuisisi pelanggan dan kerugian churn (berhentinya langganan) membutuhkan waktu yang lama untuk balik modal. Oleh karena itu, banyak pemilik IP (intellectual property) memilih syndication sebagai cara untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Selain itu juga, sebagai pemasaran untuk platform mereka.

Semuanya memang punya plus minus. Namun, tren saat ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara eksklusivitas dan syndication adalah kunci. Ini menghadirkan peluang bagi pemilik konten, platform OTT, dan tentu saja, kita sebagai penikmat hiburan.

Apa yang Bisa Kita Harapkan di Masa Depan?

Kita bisa melihat perkembangan streaming yang semakin dinamis. Akan ada lebih banyak pilihan konten, lebih banyak cara untuk mengaksesnya, dan lebih banyak pula cara untuk menikmati tontonan favoritmu.

Intinya, industri streaming terus berevolusi. Kita akan melihat lebih banyak strategi, lebih banyak eksperimen, dan tentu saja, lebih banyak konten menarik. Jadi, siap-siap untuk perjalanan seru di dunia hiburan digital!

Dengan kata lain, masa depan hiburan ada di tangan kita—penonton!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Wawancara Buku, Dokumenter, dan Video Game: Perspektif Mendalam dalam Bahasa Indonesia

Next Post

Prabowo Soal IHSG Merosot: Pasar Saham Berfluktuasi, Ketahanan Pangan Tetap Prioritas