Saking lamanya, Squad 36 ini mungkin bisa jadi teman begadang kalian, tapi bukan karena seru, melainkan ngantuk. Mari kita bedah habis drama polisi Prancis yang bikin penasaran (tapi lebih banyak bikin mikir “ini kapan selesainya?”).
Film Squad 36 atau dikenal juga dengan Bastion 36 ini, sebenarnya punya potensi besar. Disutradarai oleh Olivier Marchal, film ini menyajikan visual dan feel ala thriller Hollywood awal 2000-an. Mulai dari palet warna dingin sampai adegan kejar-kejaran mobil di tengah hujan deras, semua terlihat menjanjikan. Ditambah lagi, aktor dan aktris Prancis yang mumpuni ikut serta dalam produksi ini.
Adegan pembuka diawali dengan pengejaran mobil yang seru abis, saat tim polisi elit mengejar bos kejahatan berbahaya, Karim Mahmoudi. Tapi, klimaksnya berakhir antiklimaks dengan petugas polisi yang menyamar, Antoine Cerda, memaksa melepaskan Mahmoudi. Sayangnya, ini justru menjadi awal dari kekecewaan yang berkepanjangan. Mungkin ini yang membuat film ini terasa seperti roller coaster yang cuma naik tanpa turun.
Problem utama terletak pada alur cerita yang terasa lambat dan kurang gereget. Mahmoudi, sebagai villain utama, justru jarang muncul. Cerda harus fokus pada penyelidikan kasus kematian dan hilangnya rekan-rekannya. Perubahan fokus ini bukannya tanpa masalah—terutama karena antagonist lain yang bermain di balik layar terasa sangat tidak jelas.
Cerda juga punya hobi yang unik: ikut dalam pertarungan bawah tanah tanpa aturan. Tapi, ini cuma memberikan dia tampang yang babak belur terus, tanpa ada pengaruh berarti pada psikologinya. Kehidupan batin para karakter seolah tidak terlalu penting, padahal alur ceritanya banyak tentang Cerda yang cuma bertanya-tanya.
Film ini kurang adanya elemen misteri yang kuat, yang seharusnya menjadi bumbu utama dalam cerita polisi. Bukti balistik mengarah pada keterlibatan polisi, tetapi Cerda terlalu fokus pada pencarian kebenaran—terutama untuk teman-temannya yang hilang. Dan yang lebih parahnya, tidak ada hal yang benar- benar mampu menggoyahkan moralitasnya.
Selain itu, penampilan sejumlah aktor Prancis ternama seperti Yvan Attal dan Soufiane Guerrab juga tidak bisa menyelamatkan film ini. Mereka hanya datang silih berganti untuk menyampaikan informasi atau memastikan penonton tahu kalau ceritanya bergerak, meskipun sebenarnya tidak. Alur cerita seperti ini membuat film ini semakin sulit dinikmati, sangat membosankan.
Squad 36: Lebih dari Sekadar Cop Procedural Biasa?
Squad 36 sebenarnya punya penampilan yang cukup meyakinkan. Tone visual yang dingin, pengambilan gambar handheld yang keren, dan editing yang fokus pada informasi—semuanya terlihat digarap dengan baik. Tapi, di balik itu semua, ceritanya terasa begitu tipis. Mirip seperti mencoba menggoreng telur tanpa minyak.
Kemiripannya dengan film-film cop procedural lain sebenarnya bisa jadi kekuatan sekaligus kelemahannya. Film ini terasa aman karena mengikuti formula yang sudah ada, tetapi di sisi lain, hal ini juga membatasi ruang untuk kejutan atau hal baru. Film ini kekurangan inovasi, bahkan saat mencoba menampilkan sesuatu yang mengejutkan pun akhirnya terasa dipaksakan.
Plot yang Membosankan dan Kurang Menggigit
Alur cerita Squad 36 terasa seperti berjalan di tempat. Kurangnya konflik internal pada karakter utama dan minimnya pengembangan karakter membuat penonton sulit berempati. Interaksi antar karakternya juga terasa datar, seolah semuanya hanya bertujuan untuk menyampaikan informasi.
Cerita tentang Cerda menggali lebih dalam lubang korupsi sebenarnya punya potensi, namun malah disajikan tanpa kejutan atau subversi. Perannya yang dimainkan oleh Victor Belmondo sebenarnya cukup baik, tetapi kurang bisa dimaksimalkan. Mungkin karena skenarionya yang flat membuat potensi aktingnya terbuang percuma.
Squad 36 Lebih Baik Dilewatkan?
Pada akhirnya, Squad 36 terasa seperti film yang kurang greget. Dengan semua potensi yang dimilikinya, film ini gagal memberikan pengalaman menonton yang memuaskan. Alur cerita yang membosankan, pengembangan karakter yang minim, dan kurang adanya elemen misteri membuat film ini sulit untuk dinikmati. Jadi, kalau lagi cari tontonan di Netflix, mungkin ada baiknya skip film ini.