Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Mac DeMarco: Meresapi Jiwa Gitar dalam Karya Terbarunya

Ketika Mac DeMarco Sadar Hidup Bukan Sekadar Pesta Semalam

Siapa bilang kedewasaan itu cuma soal tagihan bulanan dan janji ketemu teman yang tak pernah terwujud? Ternyata, ada fase yang jauh lebih mengerikan: saat kesadaran tiba-tiba menyambar bahwa semua “kesenangan” masa lalu kini menjadi bobot berat yang menuntut pertanggungjawaban. Rasanya seperti terbangun dari mimpi buruk, lalu menyadari bahwa mimpi itu sebenarnya rekaman perilaku sembrono di dunia nyata. Beruntung, ada Mac DeMarco dengan album terbarunya, “Guitar,” yang mungkin bisa menjadi soundtrack sempurna bagi momen pencerahan yang sedikit terlambat ini.

Salah satu momen paling menusuk di album “Guitar” muncul sekitar 45 detik memasuki lagu keempat, “Nightmare.” Komposisi ini dimulai di tengah metrum, dengan suara DeMarco yang seolah mendahului ketukan, layaknya seseorang yang putus asa mencari telinga untuk keluh kesahnya. Suasana lagu tersebut seperti menggambarkan adegan setelah pertengkaran, di mana sang pasangan masih terlelap di kamar sebelah. Dengan jujur, DeMarco mengakui betapa sebuah keajaiban bahwa pasangannya tetap bertahan bersamanya.

“Gulung lengan bajumu, Nak,” ia bernyanyi dengan falsetto yang lembut, sehangat boneka beruang. “Habiskan sebungkus rokok/Tidak ada jalan mundur dari yang satu ini.” Dalam beberapa baris yang sempurna, lirik ini menggambarkan perjuangan abadi untuk mencoba menata hidup dan merasa cukup pantas. Ini adalah cerminan dari upaya terus-menerus untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Menurut berbagai wawancara, Kiera McNally, pasangan DeMarco, memang memiliki kesabaran yang luar biasa, mendampinginya dari masa-masa “salad days” yang penuh tantangan. Kini, mereka menikmati hari-hari yang lebih tenang, bahkan sampai pada fase memangkas pohon zaitun di sebuah pulau. Lagu ini menangkap esensi dirinya yang terbangun dalam kegelisahan, namun kemudian menggulung lengan baju untuk mencoba layak mendapatkan kebaikan pasangannya.

Ngeri-Ngeri Sedap: Terjebak Nostalgia dan Tamu Tak Diundang

Dalam dua menit, “Nightmare” berhasil membungkus dua sisi penting dari album “Guitar.” Ada survei suram DeMarco tentang siapa dirinya di masa lalu, sekaligus komitmennya yang teguh terhadap siapa dirinya di masa depan. Album ini seolah menjadi sebuah cermin yang memantulkan bayangan-bayangan dari setiap episode hidup yang pernah ia lalui.

Masa lalu memang punya cara sendiri untuk menghantui, dan hal ini tergambar jelas di lagu “Knockin’.” Lagu ini, sebuah nomor country-funk yang sederhana, menggambarkan penyesalan yang ia kira sudah teratasi. Namun, penyesalan itu datang kembali, seperti tamu tak diundang di pesta syukuran rumah baru. Ironisnya, rumah baru ini adalah tempat di mana DeMarco berharap bisa menghabiskan sisa hidupnya.

Kemudian, ada lagu “Home,” yang dengan nada melankolis ala George Harrison di bawah pengaruh morfin, merenungkan tempat dan orang-orang yang sudah ia tinggalkan. Baginya, melihat mereka lagi terasa seperti menemukan hantu yang satu-satunya tujuan adalah mengingatkan dirinya akan kegagalan-kegagalan masa lampau. Setiap ketukan di lagu ini adalah rintangan besar yang DeMarco paksakan dirinya untuk lewati. Ia sedang mendorong dirinya sendiri menuju masa depan, walau langkahnya terasa berat.

Komitmen Anti-Bucin: Janji Manis dari Sang Penyesal

Namun, justru lagu-lagu tentang masa depan inilah yang membuat “Guitar” begitu menawan. Album ini terasa seperti pelukan hangat dari seorang teman lama yang sudah lama tidak berjumpa, memberikan rasa lega yang tak terduga. Lagu “Sweeter” pada awalnya terasa seperti ratapan depresi yang katatonik. Ini adalah testimonial dari seseorang yang pernah sangat kacau, berkali-kali menghancurkan hati kekasihnya sampai akhirnya ia menghilang.

Namun, janji DeMarco—”Kali ini, aku akan lebih manis/Aku bisa jauh lebih manis/Beberapa hal tidak pernah berubah”—terucap begitu polos dan tulus. Sebuah harapan kecil yang membuat siapa pun ikut mendambakan kebahagiaan untuknya. Seperti menyaksikan tim olahraga yang selalu kalah, yang hanya butuh satu permainan lagi untuk menyelamatkan waralaba.

Ia melanjutkan pencarian jati dirinya di lagu “Punishment,” semacam doa sekuler tentang upaya menemukan esensi yang menghidupkan. Itu adalah hal yang bisa berfungsi sebagai pelindung terhadap insting terburuk seseorang. Lagu “Holy” yang berjalan pelan, menyiratkan ritual harian, bahkan lebih lugas. Ini adalah permohonan untuk dibebaskan dari “kutukan dari bawah.” DeMarco tampaknya bisa melihat tali yang mengikatnya pada kebiasaan lama mulai menipis. Mungkin, hanya mungkin, tali itu akhirnya akan putus.

DeMarco memiliki rekam jejak yang unik dalam kariernya, dan musiknya selalu terasa relevan bagi banyak pendengar. Album pertamanya rilis tepat di bulan seseorang bertunangan. Album keduanya muncul sebulan sebelum usia 30 dan pernikahan. Pada masa itu, lagu-lagunya adalah refleksi harian tentang malam-malam yang penuh ekses.

Musik DeMarco seolah menjadi cermin retak yang memantulkan bayangan masa lalu. Dengan “Guitar,” ada kesan bahwa DeMarco kini memahami sepenuhnya perasaan tersebut, saat seseorang mencoba meninggalkan kebiasaan buruk yang mungkin diwarisi. Kebiasaan-kebiasaan yang tak jarang berasal dari garis keturunan yang memiliki masalah serupa.

Menuju Versi Terbaik Diri, Tanpa Cheat Code

Namun, lagu-lagu di album ini—lullaby yang lembut dan blues untuk dirinya sendiri tentang tempat-tempat sulit yang pernah ia singgahi—mengisyaratkan bahwa ia sedang bergerak menuju sesuatu yang baru. Ada kejujuran dan sedikit optimisme yang terpancar dari setiap notanya. “Semua hari-hari mencoba lari/Sungguh membuang-buang napas,” ia bernyanyi di satu titik. Seolah ia sedang menghela napas yang sudah ia tahan selama 35 tahun.

Pada akhirnya, perjuangan manusia untuk berdamai dengan masa lalu dan merangkul masa depan adalah kisah universal. Album “Guitar” milik Mac DeMarco adalah bukti bahwa, terlepas dari segala kerumitan dan kegelapan, selalu ada jalan untuk menemukan secercah cahaya. Sebuah pengingat bahwa, mungkin, tidak peduli seberat apa pun perjuangan itu, setiap individu bisa sedikit menyerupai versi Mac DeMarco ini. Sebuah versi yang terus berusaha dan belajar, selangkah demi selangkah.

Previous Post

Dondozo Pokemon GO: Strategi Tangkap dan Peluang Shiny Langka

Next Post

Forza Horizon 6: Masa Depan Balapan Terkuak di Tokyo Game Show

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *