Musik Metal: Ketika Slipknot dan Mushroomhead Saling ‘Cakar-Cakaran' di Era Nu Metal
Mungkin kamu berpikir perseteruan terbesar di dunia musik adalah antara Taylor Swift dan Kanye West. Tapi, bagi para penggemar musik cadas generasi '90-an, ada rivalitas yang jauh lebih epik, lebih ber-darah-darah, dan penuh dengan topeng, yaitu perseteruan antara Slipknot dan Mushroomhead. Bayangkan, dua band dengan gaya musik yang mirip, sama-sama mengenakan topeng dan pakaian seragam, tapi satu jadi bintang, satunya lagi gigit jari. Seru, kan?
Persaingan yang Dimulai dari Panggung Cleveland
Semua bermula pada 11 September 1999, ketika Slipknot yang sedang naik daun, tampil di Cleveland, Ohio. Konser itu seharusnya menjadi malam yang gemilang, tapi justru berubah jadi kekacauan. Penonton yang tak terduga menunjukkan agresinya. Bahkan, ada yang melempar gembok ke arah pemain bass Slipknot! Gila, kan?
Insiden itu kemudian memicu perseteruan sengit antara kedua band. Para penggemar Mushroomhead merasa Slipknot mencuri style mereka. Sementara, pendukung Slipknot membela idola mereka mati-matian. Media dan penggemar terus memanaskan suasana, menjadikan perseteruan ini sebagai bahan gosip yang tak ada habisnya.
Roadrunner Records: Biang Kerok atau Korban?
Penyebab utama perseteruan ini ternyata bermula dari keputusan label rekaman. Sebelum Slipknot, Roadrunner Records sebenarnya tertarik untuk mengontrak Mushroomhead. Namun, band asal Ohio itu menolak tawaran mereka. Beberapa tahun kemudian, Roadrunner justru mengontrak Slipknot. Nah, ini dia bibit pertengkaran! Beberapa anggota Mushroomhead menuduh Slipknot sebagai "kloningan" mereka. Tentu saja, tuduhan ini langsung ditolak mentah-mentah oleh kubu Slipknot.
Gaya Musik yang Mirip, Nasib yang Berbeda
Mushroomhead merilis album pertama mereka pada tahun 1995, empat tahun sebelum Slipknot merilis album self-titled mereka yang legendaris. Ironisnya, Slipknot langsung melejit dan mengungguli Mushroomhead dalam waktu singkat. Penonton seolah terpecah, ada yang masih mendukung Mushroomhead, tapi ada juga yang sudah berpindah hati ke Slipknot. Siapa yang tidak beralih? Slipknot lebih menjual!
"Cleveland Supports Mushroomhead": Balas Dendam yang Brutal
Ketegangan antara kedua band mencapai puncaknya pada konser Slipknot di Cleveland. Fans Mushroomhead memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan dukungan mereka dengan cara yang provokatif. Kabar buruknya, ada perselisihan fisik yang melibatkan kedua kubu fans!
Perseteruan ini makin memanas ketika beberapa anggota Mushroomhead melakukan konser yang menyindir Slipknot habis-habisan. Mereka berpakaian seperti anggota Slipknot, dan memainkan cuplikan lagu yang mengolok-olok band rival mereka.
Perang Kata-kata di Media
Perseteruan ini juga merambah dunia maya dan media. Corey Taylor, vokalis Slipknot, pernah mengancam akan "menghabisi" para penggemar Mushroomhead. Wah, serem! Di sisi lain, anggota Mushroomhead tak kalah sengitnya melontarkan hinaan dan ejekan kepada Slipknot. Mereka menyebut Slipknot sebagai "penipu" dan "NSYNC-nya musik heavy metal!"
Puncak Persaingan dan Usaha Damai
Pada tahun 2007, karier Slipknot meroket. Sementara itu, Mushroomhead mulai tertinggal. Album Vol. 3: The Subliminal Verses milik Slipknot menduduki peringkat kedua di tangga lagu Amerika. Band ini menjadi wajah baru musik rock.
Meskipun begitu, Slipknot berusaha menenangkan suasana. Corey Taylor mengaku lelah dengan perseteruan ini dan berharap Mushroomhead mendapat keberuntungan. Mungkin ini cara Slipknot untuk terlihat dewasa?
Pada tahun 2010, setelah kematian tragis pemain bass Slipknot, Paul Gray, Mushroomhead mengirimkan belasungkawa kepada Slipknot. Sejak saat itu, ketegangan tampaknya mereda. Bahkan, Taylor pernah menyatakan keinginan untuk membuat tur bersama Mushroomhead.
Rivalitas yang Memudar, Legenda yang Tetap Hidup
Perseteruan Slipknot dan Mushroomhead memang sudah menjadi bagian dari sejarah musik nu metal. Kedua band berusaha meredakan persaingan mereka. Namun, rivalitas ini tetap menjadi legenda yang dikenang oleh para penggemar.
Ini adalah kisah tentang persaingan, kesuksesan, dan image. Sebuah pengingat bahwa di dunia musik, apapun bisa terjadi.