Dark Mode Light Mode
Sel Lemak Rekayasa Berpotensi Mematikan Tumor Kanker

Sel Lemak Rekayasa Berpotensi Mematikan Tumor Kanker

Oke, mari langsung ke intinya!

Zaman now, para ilmuwan lagi gencar banget nih nemuin cara-cara anti-mainstream buat basmi kanker. Bayangin aja, mereka lagi nyoba "ngasih makan" kanker, tapi dengan cara yang aneh bin ajaib: memodifikasi sel lemak. Yap, gak salah denger, sel lemak! Penasaran kan? Yuk, simak ulasan lengkapnya!

Kanker, penyakit yang menjadi momok bagi banyak orang, selalu jadi target empuk penelitian medis. Pendekatan tradisional seperti kemoterapi dan radiasi memang ampuh, tapi efek sampingnya…duh, lumayan bikin nggak enak. Makanya, para peneliti terus berinovasi, mencari strategi yang lebih smart dan minim efek samping.

Salah satu strategi yang lagi nge-hits sekarang adalah "memaksa" sel kanker kelaparan. Prinsipnya sederhana: cabut sumber makanan sel kanker, sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Untuk mencapai tujuan ini, para ilmuwan memanfaatkan potensi sel lemak, yang ternyata punya peran lebih dari sekadar tempat penyimpanan energi.

Para peneliti dari University of California, San Francisco (UCSF) mencoba peruntungan dengan memodifikasi sel lemak putih, jenis lemak yang paling banyak ditemukan di tubuh manusia. Sel lemak putih ini diubah secara genetik agar jadi "tukang makan rakus", alias sel lemak yang doyan banget menyerap nutrisi. Sasaran utama mereka adalah glukosa dan asam lemak, yang merupakan "makanan favorit" sel kanker.

Hasilnya, cukup menggemparkan! Ketika sel lemak yang sudah dimodifikasi ini ditanamkan di dekat tumor pada tikus, pertumbuhan tumornya melambat secara signifikan. Bahkan, efeknya tetap terasa meskipun sel lemak "super" ini ditanamkan jauh dari tumor, keren kan?! Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Nature Biotechnology pada awal Februari lalu.

Penemuan ini membuka peluang baru dalam dunia terapi kanker, dan para peneliti menyebutnya Adipose Manipulation Transplantation (AMT). Konsepnya simpel tapi jitu: sel lemak pasien sendiri diambil, dimodifikasi, lalu dikembalikan ke tubuh pasien. Ini mirip dengan CAR T-cell therapy atau TIL therapy, tapi bedanya, yang dimodifikasi adalah sel lemak, bukan sel imun.

Nah, sebelum kita bahas lebih lanjut, ada baiknya kita bedah dulu tentang sel lemak itu sendiri. Tubuh manusia punya dua jenis utama sel lemak: sel lemak putih dan sel lemak coklat. Sel lemak putih, yang jumlahnya paling banyak, berfungsi menyimpan energi. Sementara itu, sel lemak coklat, atau yang sering disebut "lemak baik", berfungsi membakar energi untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil, bisa bayangin betapa kerennya?

Sel Lemak: Bukan Cuma Tempat Numpang Simpan Lemak

Sel lemak coklat punya banyak sekali mitokondria, yang berfungsi sebagai "pabrik energi" di dalam sel. Inilah yang membuat sel lemak coklat menghasilkan panas saat tubuh kedinginan. Penelitian sebelumnya bahkan menunjukkan bahwa paparan suhu dingin dapat memperlambat pertumbuhan tumor pada tikus, karena sel lemak coklatnya aktif "mengonsumsi" glukosa yang dibutuhkan sel kanker.

Terinspirasi dari penelitian tersebut, para peneliti berupaya menciptakan terapi kanker berbasis sel lemak yang tidak bergantung pada suhu dingin. Mereka lalu memilih fokus pada sel lemak putih. Alasannya adalah karena sel lemak coklat cenderung kurang aktif seiring bertambahnya usia, jadi kurang reliable kalau mau dipake buat terapi jangka panjang.

Para ilmuwan berpendapat bahwa sel lemak punya banyak keunggulan untuk digunakan dalam terapi. Selain bisa menghasilkan hormon, sel lemak yang diambil dari tubuh pasien, dimodifikasi, dan dikembalikan lagi kemungkinan kecil memicu respons imun. Dengan kata lain, risiko penolakan tubuh terhadap sel lemak yang dimodifikasi ini cukup rendah.

Mengubah Sel Lemak Putih Jadi "Monster" Penyerap Nutrisi

Untuk mengubah sel lemak putih menjadi "monster" penyerap nutrisi, para peneliti memodifikasi gen yang berperan dalam produksi energi di dalam sel, yaitu gen UCP1. Gen ini aktif pada sel lemak coklat, tapi biasanya nonaktif pada sel lemak putih. Melalui perubahan genetik ini, sel lemak putih “disulap” menjadi sel lemak yang mirip sel lemak coklat.

Percobaan pertama dilakukan di cawan petri, dengan menempatkan sel lemak yang telah dimodifikasi dan sel kanker manusia dalam kompartemen terpisah, namun tetap berbagi nutrisi seperti glukosa. Hasilnya? Pertumbuhan sel tumor terhambat, bahkan hampir tidak ada. Peneliti sampai mengulang percobaan berkali-kali, saking kagetnya!

Eksperimen selanjutnya dilakukan pada model tumor tiga dimensi (organoid) dan juga pada tikus. Hasilnya tetap konsisten: sel lemak yang telah dimodifikasi terus menunjukkan kinerja yang luar biasa dalam menghambat pertumbuhan tumor, tanpa peduli jenis kankernya. Sel-sel ini, seperti yang dijelaskan oleh salah satu peneliti, berperan sebagai "vakum energi", menyedot semua nutrisi yang dibutuhkan sel kanker.

Penasaran Gimana Cara Sel Lemak Ini Bekerja?

Salah satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana cara memasukkan sel lemak yang telah dimodifikasi ke dalam tubuh. Untuk menjawab itu, tim peneliti yang dipimpin oleh Tejal Desai dari Brown University mengembangkan scaffold atau "kerangka" khusus untuk menampung sel lemak yang telah dimodifikasi. Kerangka ini membantu memastikan proses implantasi berjalan terkendali danmemudahkan pengambilan sel lemak jika diperlukan.

Eksperimen menunjukkan bahwa AMT juga bisa ditarik kembali. Ini penting, karena memungkinkan dokter untuk "mematikan" terapi jika muncul komplikasi yang tidak terduga. Tapi, ada satu catatan penting: AMT kurang efektif pada tikus yang diberi diet tinggi lemak atau glukosa. Ini mengindikasikan bahwa sel lemak "super" ini memang bekerja dengan cara bersaing memperebutkan nutrisi dengan sel kanker.

Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, sebelum terapi ini bisa diuji coba pada manusia. Contohnya, berapa lama sel lemak yang dimodifikasi ini akan tetap aktif di dalam tubuh manusia? Apakah sel kanker bisa mengembangkan resistensi terhadap AMT dengan mencari sumber nutrisi alternatif?

Pertanyaan-pertanyaan ini masih dalam taraf penelitian lebih lanjut. Tetapi yang jelas, penelitian ini membuka pintu bagi pendekatan baru dalam pengobatan kanker. Peneliti bahkan berharap, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan lain, seperti diabetes.

Kesimpulannya, walaupun masih butuh penelitian lebih lanjut, AMT menawarkan harapan baru dalam perang melawan kanker. Dengan strategi "memaksa" sel kanker kelaparan, para ilmuwan menunjukkan bahwa ada cara lain untuk melawan penyakit mematikan ini. Siapa tahu, di masa depan, kita bisa melihat sel lemak menjadi "pahlawan" dalam dunia medis.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Cara Jitu Mendapatkan Pekerjaan di InZoi

Next Post

Ed Sheeran Ungkap Inspirasi 'Menyayat Hati' di Balik Album Baru Usai Kekalahan Hukum