Dark Mode Light Mode

Roti Panggang Sarapan George Harrison 1963 Dibeli Penggemar Beatles di Indonesia

Roti Panggang Bekas George Harrison: Seberapa Gila Kita dengan Sejarah?

Pernahkah kamu bertanya-tanya seberapa jauh orang akan pergi untuk memiliki sepotong sejarah? Jawabannya mungkin akan membuatmu tercengang: mereka akan membeli roti panggang bekas. Ya, kamu tidak salah dengar. Roti panggang, bukan sembarang roti panggang, melainkan roti panggang yang konon pernah disentuh oleh legenda musik, George Harrison, telah menjadi barang koleksi yang sangat berharga.

Tentu saja, dunia sejarah tidak pernah berhenti membuat kita heran. Bahkan, roti panggang yang sudah tidak terpakai lagi ini mampu menciptakan sensasi. Roti ini diyakini berasal dari tahun 1963, tepat sebelum penampilan terakhir The Beatles di Cavern Club, Liverpool. Bayangkan, sepotong roti panggang yang mungkin telah menyaksikan momen bersejarah dari band legendaris tersebut.

Harga Sebuah Kenangan: Lebih dari Sepotong Roti?

Roti panggang ini bukan hanya sekadar makanan yang sudah basi. Roti ini adalah kenangan. Kenangan akan George Harrison, anggota The Beatles yang ikonik. Roti ini adalah bukti nyata dari kehadiran sang bintang di dunia. Roti ini adalah tiket masuk ke era keemasan musik.

Roti panggang ini tadinya milik seorang penggemar bernama Sue Houghton. Houghton berhasil menyelamatkan roti panggang itu setelah George Harrison tidak menghabiskannya. Ia kemudian menyimpannya dalam buku catatan pribadinya sebagai "Sarapan George". Sekarang, roti panggang ini telah berpindah tangan, dibeli oleh seorang kolektor bernama Joseph O'Donnell. Bagaimana tidak? Bahkan, kolektor tersebut menambahkan roti panggang tersebut ke dalam koleksi barang memorabilia The Beatles.

Reaksi Sang Legenda: "Bullshit!"

Namun, ada satu masalah. George Harrison sendiri, sebelum meninggal, pernah meragukan keaslian roti panggang tersebut. Dalam wawancara pada tahun 1992 kala itu, ia dengan tegas mengatakan bahwa ia selalu menghabiskan rotinya dan tidak pernah menyisakan sepotong pun. Lebih jauh lagi, Harrison mempertanyakan kegilaan orang-orang yang rela membeli dan menjual benda-benda konyol semacam itu. Harrison bahkan sempat bergurau, berandai-andai seberapa banyak orang akan membayar untuk sepotong keringat atau kotoran telinganya. Konyol, tapi memang begitu kenyataannya.

Tentunya, penilaian terhadap barang bersejarah sangatlah subyektif. Bagi sebagian orang, satu ember berisi debu pun akan menjadi sangat mahal jika itu milik seseorang terkenal. Dan sekarang, dengan tidak adanya validasi dari George Harrison sendiri, apakah roti panggang ini masih dianggap otentik?

Bisakah Kita Membeli Sejarah? Atau Hanya Ilusi Saja?

Pertanyaan besarnya adalah: bisakah kita benar-benar membeli sejarah? Ataukah, kita hanya membeli ilusi yang dibuat oleh nostalgia dan nilai sentimental? Apakah sepotong roti panggang, meskipun terkait dengan nama besar dalam sejarah, layak dihargai setinggi itu? Atau, apakah kita hanya menjadi korban dari marketing cerdas yang memanfaatkan rasa ingin tahu dan kerinduan akan masa lalu? Mungkin saja jawabannya ada di antara keduanya. Mungkin saja, kita bahkan tidak perlu mencari jawabannya.

Pada akhirnya, semua kembali pada perspektif masing-masing. Bagi sebagian orang, roti panggang ini hanyalah roti basi. Namun, bagi sebagian yang lain, roti ini adalah jembatan yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, dengan idola mereka, dan dengan sejarah yang mereka cintai.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

MXene: Lapisan Canggih Tingkatkan Kinerja dan Umur Filter Udara di Indonesia

Next Post

Hukuman Cambuk di Aceh bagi Dua Pria yang Diduga Berhubungan Seksual Sesama Jenis