Dark Mode Light Mode

RI Pemerintah Ajukan Dana untuk Teknologi Pengelolaan Sampah, Tekankan Dampak Positif

Sampah, Duit, dan Drama Korea: Kenapa Indonesia Gak Bisa Move On?

Guys, pernah gak sih kamu mikir kenapa masalah sampah di Indonesia tuh kayak sinetron gak kelar-kelar? Udah berpuluh-puluh tahun kita ributin hal ini, tapi ujung-ujungnya ya gitu deh, numpuk di mana-mana. Menteri lingkungan kita, Bapak Hanif Faisol Nurofiq, baru-baru ini ngomongin soal kerjasama pendanaan buat teknologi pengelolaan sampah. Tapi, jujur aja, kok kesannya kayak putaran ulang drama yang udah kita tonton berkali-kali, ya?

Dari berita yang beredar, pemerintah lagi deketin beberapa negara kayak Korea Selatan, Jepang, Denmark, bahkan Norwegia buat urusan pendanaan. Ceritanya sih, mau pakai teknologi canggih buat ngolah sampah, bahkan sampe ke mekanisme ekonomi karbon. Keren sih, kedengarannya kayak solusi futuristik. Tapi, ada satu pertanyaan yang terus ngeganjel di kepala: Kenapa sih susah banget beresin masalah sampah ini?

Janji Manis Teknologi Vs. Realita di Lapangan

Kita semua tahu kan, kalau teknologi itu penting. Tapi, seberapa jauh teknologi bisa ngebantu kalau kesadaran masyarakatnya masih kurang? Bapak Menteri juga bilang, selain teknologi, pengurangan sampah dari sumbernya, alias dari rumah tangga, itu juga krusial. Nah, ini dia nih, masalahnya.

Berapa banyak dari kita yang bener-bener misahin sampah organik sama anorganik? Berapa banyak yang peduli sama recycling? Kebanyakan sih, sampah ya udah, masuk kantong plastik, buang ke tempat sampah. Udah gitu aja. Mungkin ini saatnya kita evaluasi diri, jangan cuma nyalahin pemerintah mulu, deh.

Ngomongin soal investasi, ini juga agak menggelikan. Kita kayaknya terlalu fokus sama solusi jangka pendek, tapi lupa sama akar masalahnya. Kita mau beli teknologi mahal, tapi lupa kalau pendidikan dan perubahan perilaku masyarakat itu jauh lebih penting. Kita butuh solusi yang berkelanjutan, bukan cuma gimmick buat pencitraan.

Negara Lain Bisa, Kenapa Kita Kaga?

Negara-negara maju di Eropa, atau bahkan tetangga kita di Asia, udah jauh lebih maju dalam pengelolaan sampah. Mereka punya sistem yang jelas, regulasi yang ketat, dan masyarakat yang peduli lingkungan. Nah, pertanyaannya, kenapa kita belum bisa niru mereka? Apa karena mental kita yang suka instan dan gak mau repot? Atau karena kurangnya komitmen dari pemerintah?

Mungkin kita perlu belajar dari negara-negara yang sukses mengatasi masalah sampah. Beneran, deh, jangan cuma liat drama Korea yang isinya oppa-oppa ganteng, tapi juga liat gimana mereka hidup ramah lingkungan. Udah saatnya kita belajar dari pengalaman mereka, bukan cuma berharap teknologi ajaib bisa beresin semuanya.

Off-Takers: Siapa yang Mau Beli Sampah Kita?

Bapak Menteri juga nyebutin soal peran off-takers, alias pihak yang mau beli produk dari pengelolaan sampah. Misalnya, bahan bakar alternatif dari plastik. Ini penting banget, soalnya kalau gak ada yang mau beli, teknologi secanggih apapun ya percuma. Siapa yang mau investasi kalau gak ada return?

Ini juga jadi tantangan buat kita. Kita harus menciptakan pasar yang kuat buat produk daur ulang. Pemerintah harus kasih insentif, dorong inovasi, dan yakinin investor kalau bisnis pengelolaan sampah itu prospektif. Jangan sampai, sampah kita cuma jadi tumpukan yang gak berguna.

Angka-Angka yang Bikin Muak

Bayangin, pada tahun 2024 aja, sampah yang dihasilkan di 278 kota dan kabupaten di Indonesia itu mencapai 29,3 juta ton. Angka yang bikin geleng-geleng kepala, kan? Itu baru data yang tercatat, belum lagi sampah yang gak terdata dan mungkin mencemari lingkungan.

Gimana kita mau maju kalau sampah aja gak bisa diatasi? Ini bukan cuma masalah lingkungan, tapi juga masalah kesehatan, ekonomi, dan citra negara. Kita harus segera berbenah diri, sebelum masalah sampah ini semakin parah dan bikin kita malu di mata dunia.

Saatnya Kita Bikin Perubahan Nyata

Jadi, apa yang harus kita lakuin? Pertama, pendidikan. Kita harus mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Edukasi tentang pentingnya memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, dan mendukung produk daur ulang.

Kedua, pemerintah harus tegas. Buat regulasi yang jelas dan konsisten, kasih sanksi buat pelanggar, dan dorong inovasi di bidang pengelolaan sampah. Jangan cuma ngomong doang, tapi buktiin dengan tindakan nyata.

Ketiga, masyarakat harus punya kesadaran. Jangan cuma nuntut pemerintah, tapi juga ikut berkontribusi. Ubah gaya hidup kita, mulai dari hal kecil. Bawa tas belanja sendiri, kurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan pisahin sampah di rumah.

Ini bukan cuma tugas pemerintah, tapi juga tugas kita semua. Kalau kita gak mau bergerak, masalah sampah ini akan terus jadi mimpi buruk yang gak berujung. Mari kita ubah alur cerita drama sampah ini, jadi sesuatu yang lebih baik.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

IVE Pecahkan Rekor, Cetak Perfect All-Kill Terlama dalam Sejarah Girl Group

Next Post

Game Solarpunk Bernuansa Nyaman yang Didanai Kickstarter akan Hadir di Steam Next Fest Pekan Depan