Siapa sangka, garis-garis berwarna hijau, kuning, merah, dan hitam (atau indigo tua, technically) bisa bikin heboh seantero Kanada? Belakangan ini, warga Kanada, terutama di kota-kota besar seperti Toronto, lagi getol melakukan "hunting for stripes". Ini bukan perburuan hewan liar, melainkan istilah gaul untuk mencari dan membeli produk-produk dengan motif garis ikonik dari perusahaan tertua di Kanada, Hudson's Bay Company (HBC). Fenomena ini meledak setelah HBC mengumumkan rencana likuidasi besar-besaran untuk toko-toko departemennya di seluruh negeri, membuat barang-barang bergaris ini mendadak jadi rare item yang diburu banyak orang.
Euforia ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan berakar dari nostalgia dan sentimen nasionalisme yang sedang menguat. Hudson's Bay Company, yang didirikan pada tahun 1670, bukan sekadar toko; ia adalah bagian dari jalinan sejarah Kanada itu sendiri. Kabar penutupan toko-tokonya memicu gelombang emosi, mengingatkan banyak orang pada kenangan masa kecil, seperti yang diungkapkan Shauna Daniels saat berburu garis di sela istirahat makan siangnya di Toronto. Ia mengenang masa-masa bermain ice skating di pusat kota dan melewati etalase toko HBC yang megah bersama orang tuanya.
Pengumuman likuidasi ini datang di tengah kondisi finansial HBC yang sedang tidak baik-baik saja. Perusahaan ini menanggung utang hampir satu miliar dolar kepada para kreditornya. Keputusan untuk menutup sebagian besar gerainya merupakan langkah pahit namun tak terhindarkan dalam upaya restrukturisasi. Namun, siapa sangka, justru berita buruk ini memicu lonjakan penjualan yang tak terduga, terutama untuk produk-produk bergaris khas mereka. Fenomena ini seolah menjadi angin segar di tengah badai yang menerpa perusahaan legendaris ini.
Lonjakan penjualan merchandise bergaris ini, mulai dari selimut wol legendaris hingga payung taman, begitu signifikan. Di platform seperti eBay, selimut wol HBC yang biasanya dijual seharga sekitar C$300, tiba-tiba ditawarkan dengan harga fantastis mencapai lebih dari C$1.000 (sekitar Rp 11 jutaan). Kegilaan ini menunjukkan betapa dalamnya keterikatan emosional warga Kanada dengan simbol garis-garis tersebut. Motif ini dianggap sebagai lambang dari sebuah babak penting dalam sejarah negara mereka, sebuah identitas visual yang melekat kuat.
Kondisi ini juga diperkuat oleh gerakan "Buy Canadian" yang semakin marak, terutama sebagai respons terhadap kebijakan tarif dari Amerika Serikat. Ada semacam gelombang kebanggaan nasional yang mendorong orang untuk mendukung produk dan merek lokal, terutama yang memiliki nilai sejarah seperti HBC. Garis-garis HBC pun sontak menjadi simbol perlawanan halus sekaligus pengingat akan warisan budaya dan ekonomi Kanada di tengah tekanan eksternal dan perubahan zaman yang cepat.
Hebatnya, lonjakan permintaan ini ternyata membawa dampak positif yang tak terduga bagi HBC. Pendapatan ekstra dari penjualan merchandise ikonik ini memungkinkan perusahaan membayar sebagian utangnya kepada kreditor. Bahkan, keberhasilan ini membuat HBC mampu membatalkan rencana likuidasi untuk enam toko mereka. Meskipun demikian, nasib 80 toko Hudson's Bay lainnya, beserta beberapa gerai Saks Fifth Avenue dan Saks Off 5th di Kanada, tetap harus menjalani proses penjualan likuidasi.
Sejarah Garis Ikonik yang Tak Lekang Waktu
Mari kita mundur sejenak ke masa lalu. Didirikan pada tahun 1670 melalui piagam kerajaan Inggris, HBC awalnya fokus pada perdagangan, terutama bulu hewan, di sebagian besar wilayah Kanada. Salah satu produk awal yang ikonik adalah selimut wol tebal yang dikenal sebagai point blankets. Selimut ini dibuat di Witney, Oxfordshire, Inggris, dan menjadi alat tukar penting dalam perdagangan dengan komunitas Pribumi setempat. Selimut inilah yang seringkali dihiasi garis-garis berwarna cerah: indigo, merah, kuning kenari, dan hijau zamrud.
Warna-warna cerah ini konon populer pada masa pemerintahan Ratu Anne di Inggris (1702-1714). Keempat garis warna pada latar belakang putih krem ini kemudian menjadi ciri khas yang tak terpisahkan dari HBC. Meskipun sejarah awal perusahaan ini tak lepas dari catatan kolonialisme dan imperialisme – sebuah fakta yang memicu kritik dari beberapa pihak mengenai posisi HBC dalam narasi nasional Kanada – popularitas dan makna simbolis dari garis-garis tersebut terus bertahan dan berevolusi seiring waktu.
Seiring meredupnya era perdagangan bulu, HBC bertransformasi. Pada saat Kanada (yang dulunya koloni Inggris) mulai menapaki jalannya sebagai negara merdeka, HBC membuka toko ritel pertamanya di Winnipeg pada tahun 1881. Perusahaan ini mulai memproduksi selimut secara massal untuk pasar ritel pada tahun 1929. Sejak saat itu, motif garis HBC tidak hanya identik dengan selimut, tetapi juga merambah ke berbagai produk dekorasi rumah dan gaya hidup lainnya.
Dari Kejayaan Ritel Hingga Badai Finansial
Di masa jayanya, department store Hudson's Bay menjadi atraksi utama di setiap kota besar Kanada. Dengan fasad bangunan batu yang megah dan seringkali berukir indah, toko-toko ini bukan hanya tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari. Mereka adalah destinasi wisata, tempat berkumpul, dan landmark kota yang dibanggakan. Bagi banyak orang Kanada, HBC adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman urban dan kehidupan sosial mereka selama beberapa dekade.
Namun, roda zaman terus berputar. Pada tahun 2008, perusahaan ekuitas swasta asal Amerika, NRDC Equity Partners, mengakuisisi HBC. Ironisnya, peritel yang sangat identik dengan Kanada ini kemudian dimiliki oleh pihak asing. Tak lama setelah akuisisi, peruntungan HBC mulai menurun drastis. Kebangkitan e-commerce dan perubahan perilaku konsumen secara besar-besaran mulai menggerus dominasi department store tradisional di seluruh dunia, termasuk HBC.
Analis ritel Bruce Winder menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 hanya mempercepat pergeseran ini. Konsumen semakin nyaman berbelanja online, meninggalkan peritel warisan seperti Sears (yang sudah lebih dulu tumbang) dan HBC terseok-seok. "Jika warga Kanada ingin berhemat, mereka akan pergi ke tempat seperti Amazon, Walmart, atau Dollarama," ujarnya. Sementara itu, untuk barang-barang kelas atas, konsumen cenderung langsung membeli dari butik merek atau situs web resmi merek tersebut, melewati perantara department store.
Fenomena "Hunting for Stripes": Nostalgia atau Investasi?
Di tengah kesulitan finansial HBC, yang diperparah oleh beban utang dan kekhawatiran kreditor akibat potensi tarif dari AS, muncullah fenomena "hunting for stripes". Orang-orang rela antre dan membayar mahal demi mendapatkan sepotong warisan Kanada ini. Bagi sebagian, ini adalah ungkapan nostalgia dan keinginan untuk menyimpan kenang-kenangan dari sebuah era yang mungkin akan segera berakhir. Mereka ingin memiliki sesuatu yang mengingatkan pada interaksi masa lalu dengan merek tersebut.
Bagi yang lain, mungkin ada sedikit motif Fear Of Missing Out (FOMO) atau bahkan spekulasi investasi. Melihat harga selimut bekas yang meroket di eBay, beberapa orang mungkin melihatnya sebagai peluang. Namun, inti dari fenomena ini tampaknya lebih dalam dari sekadar urusan materi. Garis-garis HBC telah menjadi simbol visual yang kuat, mewakili ketahanan, sejarah, dan identitas Kanada yang unik, meskipun sejarahnya sendiri kompleks dan terkadang kontroversial.
Seperti yang diungkapkan oleh desainer interior Kate Thornley-Hall, yang sering menggunakan ulang selimut HBC vintage dalam karyanya, "Ini adalah pengingat abadi akan peran penting yang dimainkan Hudson's Bay dalam perkembangan negara kita." Ia berharap kebangkitan minat ini bisa menarik kembali orang ke pengalaman belanja fisik yang lebih bermakna, sebagai alternatif dari fast fashion online. Lonjakan permintaan ini membuktikan bahwa brand affinity terhadap HBC, khususnya motif garisnya, masih sangat kuat.
Masa Depan Garis-Garis HBC: Masih Adakah Harapan?
Meskipun kebangkitan minat pada merchandise bergaris HBC berhasil menyelamatkan beberapa toko dari likuidasi, analis seperti Bruce Winder tetap realistis. Kembalinya era kejayaan department store seperti dulu dinilai sangat tidak mungkin terjadi dalam lanskap ritel saat ini. Namun, bukan berarti merek HBC dan motif ikoniknya akan lenyap begitu saja. Winder melihat potensi lain bagi perusahaan ini di masa depan.
Salah satu kemungkinannya adalah HBC melisensikan motif garis ikoniknya kepada perusahaan lain yang memiliki model bisnis lebih ramping dan sesuai dengan pasar saat ini. Alternatif lain adalah membuka butik-butik kecil yang khusus menjual produk-produk bermerek HBC, terutama yang menampilkan warisan dan motif garisnya. Strategi ini memungkinkan HBC untuk tetap hadir di pasar tanpa harus menanggung beban operasional department store besar yang mahal.
"Saya pikir ini menunjukkan kepada kita bahwa merek (HBC) memiliki afinitas tertentu di Kanada, meskipun mungkin terbatas pada item-item tertentu yang didasarkan pada warisan mereka," kata Winder. Fenomena "hunting for stripes" membuktikan bahwa nilai sebuah merek tidak hanya terletak pada produk fisiknya, tetapi juga pada cerita, sejarah, dan ikatan emosional yang berhasil dibangunnya selama berabad-abad. Garis-garis HBC mungkin akan terus hidup dalam bentuk baru, menjadi pengingat visual akan perjalanan panjang Kanada.
Pada akhirnya, kisah pasang surut Hudson's Bay Company dan demam perburuan garis-garis ikoniknya adalah cerminan dari dinamika industri ritel global dan kekuatan sebuah branding yang mengakar kuat dalam identitas nasional. Meskipun format bisnisnya mungkin berubah drastis, warisan visual berupa garis-garis hijau, kuning, merah, dan indigo itu tampaknya akan terus menjadi bagian dari narasi Kanada, entah sebagai selimut hangat, bantal sofa chic, atau sekadar pengingat akan sejarah panjang yang kompleks dan penuh warna. Garis-garis itu lebih dari sekadar motif; mereka adalah potongan sejarah yang bisa dipakai.