Di hari terakhir 2024, siapa sangka Presiden Prabowo Subianto bikin gebrakan? Tidak di lapangan, bukan pula pidato megah, tapi dengan langkah sederhana: mengunjungi Kementerian Keuangan untuk menyaksikan penutupan buku Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ini momen pertama dalam sejarah seorang presiden hadir langsung di momen krusial semacam itu, menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati.
“Saya sampai terharu,” ujar Sri Mulyani, mungkin setengah bercanda. “Beliau untuk pertama kali seorang presiden datang ke Kementerian Keuangan mau lihat tutup buku APBN-nya.”
Tapi tunggu dulu, ini bukan sekadar seremonial! Menurut Sri Mulyani, kunjungan Prabowo adalah kunjungan kerja serius. Ia memberikan arahan, berdialog dengan para pejabat Kemenkeu, dan—seperti yang ia kelakar—”ingin tahu berapa uang akhirnya yang ada di sana”. Keinginan ini, entah sungguh-sungguh atau sekadar humor khas Sri Mulyani, tetap menambah warna dalam kunjungan yang disebutnya luar biasa ini.
Bagaimana dengan APBN 2024? Berita baiknya, hasilnya lebih baik dari perkiraan. Defisit fiskal berhasil ditekan hingga lebih kecil dari target 2,7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Tapi, ada juga kabar yang lebih “meh”: penerimaan negara tidak mencapai target Rp 2.802,5 triliun. Sri Mulyani mengakui bahwa target tersebut memang cukup ambisius.
Namun, kunjungan Prabowo jelas memberi sinyal positif. Kehadirannya di momen penutupan APBN bukan hanya simbol komitmen, tapi juga cara menegaskan bahwa pemerintah serius dalam pengelolaan keuangan negara.
Kenapa ini penting? Karena biasanya, pembicaraan soal APBN hanya menjadi angka-angka di laporan media atau pidato resmi. Dengan hadir langsung, Presiden Prabowo tidak hanya menunjukkan empati kepada para pekerja di Kemenkeu, tapi juga mengundang perhatian publik ke proses penting ini.
Apakah ini akan jadi tradisi baru? Belum tentu. Tapi langkah Prabowo ini setidaknya menjadi preseden bahwa presiden tak perlu selalu berjarak dari urusan teknis, bahkan yang kelihatannya “sekadar” tutup buku keuangan.