Punk Rock, Polisi, dan Drama: Siapa yang Sebenarnya Bayar?
Mungkin kamu pernah dengar cerita tentang band punk yang lagunya bikin geger, terus tiba-tiba minta maaf ke polisi. Nah, ini bukan sekadar cerita band biasa, apalagi kalau kamu dengar nama Sukatani. Band punk ini jadi sorotan setelah lagu "Bayar Bayar Bayar" mereka viral. Intinya sih, lagu itu nyindir soal ‘bayar' ke polisi, tapi bukan bayar pajak loh.
Mereka Minta Maaf, Tapi Kenapa?
Awalnya, Sukatani menarik lagunya dari semua platform musik dan minta maaf ke Kepala Polisi dan institusi Polri. Pernyataan ini muncul setelah mereka mengaku dapat intimidasi dari pihak berwajib sejak Juli 2024. Coba bayangin, lagi asik bikin musik, eh, tiba-tiba harus minta maaf. Keren, ya, musik bisa se-powerful itu.
Kenapa mereka sampai minta maaf? Nah, di sinilah dramanya dimulai. Syifa dan Novi, dua personel Sukatani, menjelaskan bahwa mereka merasa tertekan. Video permintaan maaf mereka pun tanpa topeng, beda banget sama penampilan mereka biasanya yang misterius. Kayak superhero yang identitasnya harus dirahasiakan, tapi ini versi ‘anti-hero'.
Polisi: Pahlawan atau Pelindung?
Polisi sendiri mengklaim telah mengamankan konser Sukatani di Slawi. Katanya, itu bentuk komitmen mereka untuk menjaga keamanan dua personel band tersebut. Divpropam Polri bahkan bilang kalau mereka terbuka terhadap kritik konstruktif dan mengutamakan pendekatan humanis. Tapi, kok, kesannya malah kayak lagi nyoba cuci tangan, ya?
Mereka bilang bakal memberikan pengamanan di konser Sukatani di Tegal. Tapi, Sukatani sendiri menegaskan kalau mereka sama sekali nggak minta pengawalan. Lah, terus siapa yang sebenarnya butuh perlindungan? Ada yang bilang ini cuma PR dari kepolisian untuk memperbaiki citra. Tapi, ya, namanya juga opini.
"Bayar Bayar Bayar": Lagu Pembawa Petaka?
Lagu "Bayar Bayar Bayar" memang bikin gaduh. Liriknya yang provokatif dan nyentil soal ‘bayar' membuat banyak orang penasaran. Lagu ini jadi bukti kalau musik bisa jadi senjata ampuh untuk menyampaikan kritik sosial. Atau mungkin untuk mencari masalah, tergantung sudut pandang.
Setelah semua kisruh, Sukatani tetap harus manggung karena sudah terikat kontrak jauh sebelum lagu itu ditarik. Mereka bilang, kalau ada pihak lain yang punya kepentingan di konser itu, itu bukan urusan mereka.
Antara Musik Punk dan Kekuasaan
Kasus Sukatani ini jadi cerminan gimana kekuasaan bisa berinteraksi dengan seni. Musik, terutama punk yang terkenal dengan semangat pemberontakannya, sering jadi sasaran empuk kalau ada yang merasa terancam. Tapi, bukankah musik memang seharusnya begitu, ya?
Seni, termasuk musik, bisa bikin kita mikir, mempertanyakan, bahkan memberontak. Dan terkadang, hal itu bisa jadi masalah besar bagi pihak-pihak yang merasa punya kendali. Sukatani, dengan semua kontroversinya, membuktikan bahwa musik punk masih relevan, masih punya gigi, dan masih bisa bikin kita semua gelisah. Atau mungkin, cuma saya yang gelisah karena kebanyakan mikir.