Dark Mode Light Mode

Pilihan yang Menekankan Implikasi: Lagu Paul McCartney yang Membuatku Berhenti Main Gitar Lead

The Beatles: Kisah di Balik Trio Gitaris yang Tak Terduga

Siapa yang sangka kalau formasi The Beatles, band legendaris yang kita kenal sekarang, ternyata terbentuk bukan cuma karena takdir, tapi juga karena acceptance terhadap kelemahan masing-masing personelnya? Ya, memang terdengar klise, tapi begitulah kenyataannya. Mereka seperti tim sepak bola yang saling melengkapi. Mungkin kalau semua jago di posisi yang sama, malah gak seru.

Awalnya, The Beatles punya tiga gitaris: John Lennon, George Harrison, dan Paul McCartney. Ditambah lagi ada Stuart Sutcliffe di bass dan Pete Best sebagai drummer. Mereka semua nge-band bareng di Hamburg sekitar tahun 1960-an, mengasah kemampuan mereka sampai akhirnya jadi band yang digila-gilai banyak orang. Bisa dibilang, pengalaman mereka di dunia ini bisa jadi textbook bagi anak band lainnya.

Paul McCartney: Si Anak Gitar yang Tersisih?

Tapi, semua berubah ketika Sutcliffe memutuskan untuk fokus ke dunia seni pada Juli 1961. Tugas meng-bass akhirnya jatuh ke tangan McCartney. Lennon, dengan segala hormat, kurang jago di bagian itu. Sementara itu, kemampuan Harrison sebagai gitaris utama terlalu berharga untuk digantikan. Imagine kalau McCartney malah jadi gitaris utama. Mungkin beda cerita lagi nih.

Keputusan penting ini ternyata berawal dari insiden memalukan di panggung, tepatnya waktu konser perdana McCartney bersama Lennon. Alih-alih tampil memukau, McCartney malah gagal total saat melakukan solo gitar. Gara-gara insiden itu, Harrison akhirnya dipilih sebagai gitaris utama. Semua terjadi begitu cepat di bulan Januari 1958. Jadi pelajaran, jangan pernah meremehkan panggung, guys.

Padahal, potensi McCartney sebagai gitaris sebenarnya sangat besar. Waktu pertama kali ketemu Lennon, McCartney sudah bikin Lennon terkesan dengan kemampuannya memainkan gitar. McCartney bahkan bisa membawakan lagu "Twenty Flight Rock" milik Eddie Cochran dengan sempurna, lengkap dengan lirik dan riff gitar yang bikin semangat. Lennon pun langsung kepincut.

Lennon mengakui kalau McCartney memang jago main gitar. Lennon bahkan sempat berpikir kalau McCartney setara dengannya. Lennon yang waktu itu kingpin langsung merasa tersaingi. Tapi, karena memang jago, Lennon mikir, "Ya udah deh, bolehlah masuk." Bukti bahwa mengakui kelebihan orang lain itu penting, apalagi kalau tujuannya untuk kebaikan bersama.

George Harrison: The Quiet One yang Menggemparkan

Namun, satu malam buruk mengubah segalanya. Konser perdana McCartney bersama The Quarrymen, nama band mereka sebelum jadi The Beatles. Malam itu, McCartney seharusnya tampil dengan solo gitar yang memukau. Ia akan memainkan lagu "Guitar Boogie" karya Arthur Smith. Cuma, yang terjadi malah zonk.

McCartney mengaku waktu latihan, dia bisa memainkan lagu itu dengan mudah. Tapi pas tampil di panggung, jari-jarinya mendadak kaku. Ia merasa gugup dan tidak percaya diri. Bayangin, baru umur 15 tahun, tampil di depan Lennon yang hampir dua tahun lebih tua, malah bikin malu.

Karena itu, McCartney mendorong Lennon untuk segera mengajak Harrison bergabung. Harrison punya kemampuan yang lebih baik dan pengalaman bermusik yang lebih banyak. Lennon awalnya ragu karena Harrison masih sangat muda.

Momen penentu terjadi di atas bus tingkat di Liverpool. George menunjukkan kebolehannya memainkan "Raunchy" dengan sangat baik. Kemampuannya bikin semua orang terkesan. Akhirnya, Harrison resmi bergabung dengan The Quarrymen, dan sisanya adalah sejarah.

Meski sempat merasa minder dengan solo gitarnya, pada akhirnya McCartney berhasil membuktikan diri. Pada awal 1965, ia mengambil alih vokal dan memainkan solo gitar di lagu "The Night Before," "Another Girl," dan "Ticket to Ride." Ia juga bermain solo di lagu "Taxman" karya Harrison.

McCartney sendiri mengaku kalau gitar akustik adalah instrumen utamanya. Ia bahkan menciptakan "Blackbird" dengan inspirasi dari lagu Bach, Bourée in E minor. Pada akhirnya, McCartney membuktikan diri sebagai gitaris yang punya kemampuan dan range yang luar biasa. Sebuah pengorbanan yang berbuah manis.

Gitaris Utama Itu Penting, Tapi…

Kisah The Beatles mengajarkan kita bahwa kesuksesan itu bukan cuma soal bakat individu. Tapi juga kemampuan untuk bekerja sama, saling melengkapi, dan menerima kekurangan masing-masing. It's not about who's the best, it's about who fits. Di dalam musik, atau bahkan dalam hidup, penting untuk tahu kapan harus mengambil peran utama, dan kapan harus memberi panggung pada orang lain.

The Beatles membuktikan bahwa dengan chemistry yang tepat, kekurangan bisa ditutupi, dan kekuatan bisa semakin bersinar. Jadi, jangan takut untuk mencoba hal baru, keluar dari zona nyaman. Siapa tahu, kamu bisa menemukan peran terbaikmu seperti yang dialami oleh para personel The Beatles. Mungkin, kamu yang berikutnya bakal bikin sejarah.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Gmail dan Foto Akan Dihapus Google 3 April: Selamatkan Sebelum Terlambat

Next Post

Indonesia Pertimbangkan Perluasan Kerja Sama Ekstradisi dengan Swiss Demi Penegakan Hukum