Suatu hari di tahun 2020, Drh. Hannah Kingsley, seorang dokter hewan yang sangat berdedikasi, tiba-tiba mengalami kejadian yang mengubah seluruh hidupnya. Awalnya, ia berpikir hanya mengalami migrain saat membantu saudara kandungnya pindah rumah. Tapi apa yang terjadi kemudian benar-benar mengubah arah karier veterinernya dan membuka jalan menuju impian berkuda internasionalnya.
Hannah Kingsley: Dari Dokter Hewan ke Arena Para-Dressage
Hannah mulai merasakan ada yang tidak beres ketika berada di rumah saudaranya. Beberapa menit kemudian, ia terjatuh dan tidak bisa berbicara atau bergerak sama sekali, meskipun pikirannya masih berfungsi dengan baik. Saat itu, kecemasan dan ketakutan langsung menyelimutinya. Untungnya, keluarganya segera membawanya ke rumah sakit.
Setelah kejadian itu, dokter mendiagnosisnya dengan pendarahan otak, yang penyebabnya tidak diketahui. Hannah kemudian menjalani serangkaian operasi otak yang rumit, serta beberapa komplikasi yang tak terduga. Namun, ia bersyukur atas dukungan penuh dari keluarga, yang selalu ada di sisinya.
"Otak memang sangat menarik," uajr Hannah, sambil bergurau. Ia juga menjelaskan bahwa ada semacam "lubang" di tengah cerebellumnya. Meski begitu, ia bersyukur masih bisa berfungsi dengan baik. Proses pemulihan pasca operasi sangatlah berat dan penuh tantangan baginya.
Setelah melewati tiga bulan rehabilitasi intensif, Hannah kembali ke praktik dokter hewan di Kingsley Equine, meskipun dengan kapasitas kerja yang lebih terbatas. Beberapa bulan kemudian, ia kembali ke dunia eventing, meskipun dengan tingkat yang lebih rendah. Namun, perjalanan penyembuhannya tidak berhenti sampai di sana.
Ia kemudian mengalami kondisi arteriovenous malformation (AVM) yang membuat ia harus menjalani prosedur tambahan. Setelah menjalani prosedur, ia tiba-tiba mengalami stroke. Ia kehilangan kemampuan menggerakkan sisi kanan tubuhnya, yang dominan. Ia juga mengalami kesulitan berbicara dan mengingat.
Selama rehabilitasi, Hannah melewati terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara. Terapi bicara ternyata menjadi tantangan tersendiri. Namun, segalanya berubah ketika terapisnya meminta ia berbicara tentang dunia kedokteran hewan, dunianya yang ia cintai.
Sebagai seorang penyintas, Hannah harus belajar menggunakan tangan kirinya karena tangan kanannya tidak lagi berfungsi. Keluarganya selalu ada, mendukung dan menemani proses penyembuhannya. Ia juga beruntung memiliki kuda yang membantunya pulih. Ia sempat merasa putus asa, tetapi ia memutuskan untuk terus maju.
# Awal Mula Cinta pada Kuda: Sang Kuda Poni Bermata Satu
Kecintaan Hannah pada kuda telah mengalir dalam darahnya sejak kecil. Ayahnya memiliki peternakan sapi, dan kakek dari pihak ibunya memiliki kuda. Ia pertama kali menunggang kuda sebelum bisa berjalan. Setelah melihat ia melompati pagar dengan kuda poninya yang bermata satu, sang ayah menyarankannya untuk mengikuti pelatihan berkuda formal.
Perjalanan kembali ke arena berkuda dimulai setelah stroke. Pelatihnya, Henriette Borst, mengizinkannya menunggangi Latina, seekor kuda yang sangat aman untuknya. Hannah kemudian meraih gelar sebagai atlet para-dressage dan mengikuti kompetisi pertamanya pada Grade III di tahun 2023.
Di tahun yang sama, ia bertemu dengan Cynthia Screnci, seorang atlet Grade V, di Ocala, Florida. Perubahan besar terjadi ketika Cynthia menawarkan Eragon VF, kudanya, kepada Hannah. Eragon tak lagi mampu memenuhi tuntutan kompetisi Grade V Cynthia, tetapi masih sangat cocok untuk level Grade III Hannah.
Cynthia sangat terkesan dengan semangat dan jiwa Hannah. Ia berbagi foto "Danny," seekor kuda Warmblood Belanda berusia 16 tahun, dengan Hannah dan Borst. Keduanya langsung tertarik. "Ia memiliki kehadiran yang luar biasa," kata Hannah. Setelah beberapa bulan latihan, Danny akhirnya siap bertanding.
# Dressage sebagai Pelarian: Menemukan Irama Baru
Dalam perjalanan para-dressage, Hannah belajar untuk menggantikan sensasi adrenalin dari lompatan dan kecepatan dengan kehalusan dressage. Ia mengganti sikap "harus bisa" ke sikap yang lebih tenang. Ia merasa nyaman berada di area dressage.
Baru-baru ini, Hannah mulai menunggangi Sir Chipoli, kuda Warmblood Belanda lainnya milik Cynthia. "Mereka adalah guru yang luar biasa. Mereka selalu menjagamu," katanya. Hannah merasa nyaman dengan kedua kudanya, dan merasa yakin bisa bersaing.
# Perubahan Haluan: Dari Praktik Hewan ke Arena Internasional
Setelah stroke, Hannah kembali ke praktik kedokteran hewan, dengan bantuan teknisi yang bernama Tammy Treitline. Ketika Tammy pensiun, Hannah mulai memikirkan kembali bisnisnya. Hannah menyadari bahwa ia tidak lagi mampu memberikan perawatan hewan sehari-hari seperti sebelumnya.
Hannah memutuskan untuk fokus pada karier para-dressage karena ia menyadari bahwa ia tidak memiliki kemampuan fisik untuk praktik dokter hewan seperti sebelumnya. Hal ini membawanya tinggal di Florida secara permanen. Walaupun impiannya besar, ia tetap terlibat di dunia kedokteran hewan, namun dengan fokus yang lebih terbatas: pada sinar-X dan radiografi.
Fleksibilitas yang lebih besar membuka pintu bagi kompetisi. Tahun ini, Hannah berkompetisi dengan Danny dan Chip di beberapa CPEDI di Adequan Global Dressage Festival di Wellington, Florida, dan menjadi bagian dari tim AS. "Saya hanya perlu meningkatkan kemampuan berkuda saya sedikit lagi," katanya.
Tetapi, yang paling penting adalah perasaan bahagia saat berada di arena, dengan kuda-kuda yang sehat dan bersemangat.
Kesimpulannya, kisah inspiratif Hannah Kingsley bukan hanya tentang bertahan hidup dari tantangan fisik, tetapi juga tentang menemukan kembali tujuan hidup melalui ketekunan dan adaptasi. Dengan semangat juang yang tak kenal batas, Hannah berhasil mengubah keterbatasan menjadi kekuatan. Ia telah membuktikan bahwa semangat kompetisi yang kuat, kecintaan pada kuda, dan dukungan dari orang-orang terdekat mampu membuka pintu menuju impian yang lebih besar.