Dark Mode Light Mode

PHK Massal: 70% Pekerja Pilih Kerja Paruh Waktu dan Lepas, Fleksibilitas Jadi Kunci

Zaman sekarang, flexible working bukan lagi sekadar tren, tapi sudah menjadi lifestyle. Bayangkan, setelah berjuang keras, tiba-tiba harus menghadapi "pemutusan hubungan kerja" (alias PHK) yang bikin deg-degan. Tapi, jangan khawatir, banyak yang justru menemukan jalan keluar yang lebih seru dan sesuai dengan gaya hidup mereka!

Data dari survei Intch menunjukkan, 96% profesional yang terkena PHK memilih flexible work. Lebih spesifik lagi, 70% berencana untuk beralih ke peran part-time, freelance, atau proyek-proyek. Ini bukan isapan jempol, ini realita yang semakin kuat di dunia kerja modern.

Dari mereka yang disurvei, 84% punya pengalaman di perusahaan besar. Tapi, hanya 15% yang mau kembali ke budaya korporat yang tradisional. Wah, sepertinya semangat "kantor rasa rumah" sudah mulai ditinggalkan, nih. Mereka lebih memilih kebebasan dan fleksibilitas.

CEO dan founder Intch, Yakov Filippenko, bahkan menyebutkan bahwa flexible work telah berkembang dari opsi cadangan menjadi jalur karier strategis. Ini adalah bukti nyata bahwa cara pandang kita terhadap pekerjaan telah berubah total. Perusahaan harus mulai beradaptasi, nih, kalau nggak mau ditinggal karyawannya.

Survei ini memperkuat hasil studi sebelumnya dari Randstad. Studi itu menunjukkan bahwa karyawan sangat menghargai flexible working. Bahkan, mereka lebih mementingkannya daripada keamanan pekerjaan atau gaji yang tinggi. Satu dari tiga responden mengatakan mereka meninggalkan pekerjaan karena kurangnya opsi kerja fleksibel.

Tren Kerja Fleksibel: Gak Cuma Pelarian, Tapi Pilihan!

Banyaknya orang yang beralih ke part-time tak lepas dari kenyataan bahwa banyak profesional sudah punya side hustle. Siapa yang nggak mau punya penghasilan tambahan dari passion-nya, kan? Apalagi kalau side hustle itu bisa dikerjakan sambil tetap "berkarier".

Survei ini juga mengungkap bahwa dua per tiga profesional sudah punya side job yang berkualitas. 42% bahkan sudah menjalani beberapa peran sekaligus selama lebih dari dua tahun. Gokil! Ini menunjukkan bahwa part-time sekarang bukan lagi pilihan kedua, tapi pilihan utama yang menantang dan bergengsi.

Pergeseran ini juga berpengaruh pada cara pandang kita terhadap pekerjaan part-time. Dulu mungkin dianggap low-skilled, sekarang sudah setara dengan pekerjaan full-time yang butuh keahlian. Jadi, jangan salah sangka, ya!

Tentu saja, ada alasan lain mengapa banyak orang beralih ke part-time: kurangnya ketersediaan pekerjaan full-time. Ini adalah ironi yang cukup menggelitik. Di satu sisi, banyak yang mencari pekerjaan, di sisi lain, perusahaan sepertinya belum cukup ngeh dengan keinginan calon karyawannya.

Satu user Intch berbagi pengalamannya setelah di-PHK. Dia merasa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan tetap. "Setelah bekerja di beberapa perusahaan, bukan yang gede seperti Apple, nggak mudah mendapatkan kesempatan baru. Platform freelance terlalu fokus pada proyek jangka pendek, padahal saya mencari sesuatu yang lebih stabil, seperti beberapa part-time atau posisi jangka panjang."

PHK: Peluang untuk Meraih Impian yang Tertunda?

Penelitian ini juga hadir di tengah kabar buruk tentang gelombang PHK yang belum berhenti. Analisis terbaru menunjukkan, 26.000 posisi di sektor teknologi dipangkas pada akhir Februari. Meskipun jumlahnya lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya, tren pemecatan ini masih terus berlanjut.

Kenyataan pahit ini mendorong banyak orang untuk mencari alternatif. Fleksibilitas menjadi daya tarik utama. Bukan hanya karena work-life balance yang lebih baik, tapi juga karena peluang untuk mengembangkan diri di berbagai bidang.

Kini, banyak pekerja memilih untuk mengontrol jadwal kerja mereka sendiri, mengejar minat pribadi, dan memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga dan hobi. Siapa yang tidak mau, coba? Ini adalah perubahan besar dalam cara kita memandang karier.

Masa Depan Dunia Kerja: Fleksibilitas adalah Kuncinya

Pergeseran ini juga menunjukkan pentingnya bagi perusahaan untuk beradaptasi. Mereka harus menawarkan opsi flexible working jika ingin menarik dan mempertahankan talenta terbaik. Sudah bukan zamannya lagi memaksa karyawan untuk bekerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore di kantor setiap hari.

Perusahaan yang fleksibel akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan karyawan. Mereka juga akan lebih mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Ini bukan lagi tren, tapi keniscayaan.

Akhir kata, flexible working adalah masa depan dunia kerja. Ini adalah pilihan yang cerdas bagi karyawan dan keharusan bagi perusahaan yang ingin bertahan. Jadi, siapkah Anda untuk ikut serta dalam revolusi ini?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Video Intro T-1000 & Peacemaker di Mortal Kombat 1: Jeda Keempat Ditembus (Eksklusif)

Next Post

Perasaan Tidak Layak yang Selalu Menyertai Diri