Gak semua game kudu jadi live service, kata Phil Spencer. Ada harapan nih buat gamer yang bosen sama “gacha” dan pengen experience yang lebih solid. Tapi, beneran nih?
Sebagai gamer yang udah ngalamin zaman console wars, saya pribadi kadang bingung. Dulu, setiap game itu cerita, ada awal, tengah, dan akhir. Sekarang, ending itu cuma buat update, season pass, dan battle pass. Seriously, guys?
Dulu, waktu game selesai, rasanya kayak rampung baca buku bagus atau nonton film keren. Sekarang, rasanya kayak, "Oke, quest harian apa lagi hari ini?" Boring, kan? Kayak kerja terus-terusan. Game harusnya escape, bukan grind.
Untungnya, ada harapan dari bos Xbox, Phil Spencer. Dia bilang gak mau semua game jadi live service. Kita bisa lihat ini sebagai angin segar, atau mungkin cuma lip service? Siapa yang tahu, hehe.
Spencer bilang, dia pengen ada game yang punya ending yang jelas, kayak Doom: The Dark Ages dan South of Midnight. Good vibes, bro! Semoga jangan cuma omdo.
Bayangin, kita bisa main game yang full package, lengkap dengan cerita yang udah direncanakan, no strings attached. Gak perlu khawatir dompet jebol buat skin atau weapon yang OP.
Game Single-Player: Pahlawan Baru Kita?
Banyak yang bilang single-player games bakal die. Tapi, surprisingly, mereka tetap eksis. Kayak Doom: The Dark Ages dan South of Midnight, yang dijanjikan bakal memberi pengalaman yang solid.
Game sekarang makin kompleks, tapi kadang esensinya hilang. Kita lebih fokus sama engagement jangka panjang daripada quality game itu sendiri. It's a shame, guys.
Single-player games punya kelebihan. Mereka bisa fokus ke cerita, gameplay, dan karakter yang kuat. Gak perlu mikirin konten baru tiap minggu buat bikin pemain tetap "ketagihan".
Ada banyak game single-player bagus yang bisa jadi contoh, mulai dari God of War, The Last of Us, sampai Elden Ring. They are all masterpieces, seriously.
Mengapa Live Service Mengkhawatirkan?
Masalahnya, live service seringkali bikin game jadi grindy. Ada daily quests, seasonal events, dan microtransactions yang bikin kita stress.
Developers biasanya lebih peduli sama revenue daripada kualitas game. Jadinya, game yang harusnya seru, malah jadi kerjaan.
Live service memang bisa bikin game lebih lama eksis, tapi seringkali mengorbankan kreativitas dan cerita yang kuat. It's a trade-off.
Xbox: Antara Harapan dan Nyata
Xbox sepertinya ingin menawarkan alternatif. Tapi, mereka juga punya live service games, kayak Minecraft dan Sea of Thieves. Masih ada "PR" sih.
Semoga saja, komitmen Xbox buat game single-player ini beneran. Kita tunggu aja Doom: The Dark Ages dan South of Midnight, buat buktiin janji mereka.
Masa Depan Game: Pilihan di Tangan Kita?
Pada akhirnya, pilihan ada di tangan kita. Mau game single-player dengan cerita yang polished atau live service yang bikin dompet bolong?
Apapun pilihannya, semoga developers makin understand apa yang pemain mau. Jangan sampai kita cuma jadi sapi perah, guys.
Jadi, mari kita tunggu dan lihat apakah Phil Spencer beneran pengen balikin era keemasan single-player games. Kalau gak, yaudah, at least kita udah berusaha, hehe.
Singkatnya, mending Doom atau South of Midnight, daripada grinding terus di gacha game yang bikin kantong tipis? I rest my case.