Dark Mode Light Mode

Permintaan Terakhir Steve Jobs pada Jony Ive, Sang Perancang iPhone: Warisan Desain yang Abadi

Warisan Steve Jobs: Antara Perintah dan Bisikan

Banyak yang bilang, dunia teknologi itu seperti rollercoaster: naik, turun, belok tajam, dan kadang bikin mual. Tapi satu hal yang pasti, sosok seperti Steve Jobs akan selalu menjadi legenda, bahkan setelah ia tiada. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya bekerja di bawah bayang-bayang seorang visioner sekelas Jobs? Atau, lebih jauh lagi, bagaimana rasanya harus terus menebak-nebak apa yang akan ia lakukan jika masih ada di dunia ini? Nah, Jony Ive, mantan kepala desain Apple, tampaknya punya perspektif yang menarik tentang hal itu.

Desain, Persahabatan, dan Permintaan Terakhir

Jony Ive, sang otak di balik desain ikonik produk-produk Apple—mulai dari iMac berwarna-warni hingga iPhone yang mengubah dunia—punya hubungan yang sangat dekat dengan Jobs. Kedekatan itu bukan hanya sebatas rekan kerja, tapi juga persahabatan yang terjalin erat. Mereka sering makan siang bersama, liburan bareng keluarga, dan terus berdiskusi tentang desain. Kedekatan yang mungkin membuat banyak orang iri. Jadi ketika Jobs meminta Ive untuk tidak terus menerus bertanya, "Apa yang akan Steve lakukan?" setelah ia meninggal, itu bisa dimaklumi.

"What Would Steve Do?" Sebuah Pertanyaan yang Tak Terhindarkan

Namun, ironisnya, Ive mengaku bahwa ia masih sering bergulat dengan pertanyaan yang sama. Meski Jobs sudah berpesan, Ive mengakui selalu memikirkan apa yang akan Jobs lakukan dalam berbagai situasi desain. Mungkin, itu adalah bukti nyata betapa kuatnya pengaruh Jobs, atau mungkin juga, sebuah pengakuan bahwa kepergiannya masih terasa sangat membekas. Siapa yang bisa menyalahkan Ive?

Menepis Mitos: Jobs yang Sebenarnya

Selama ini, banyak cerita yang beredar tentang betapa sulitnya bekerja dengan Jobs. Kisah-kisah tentang temperamennya, tuntutannya yang tinggi, dan perfeksionisme yang tak tertandingi. Ive sendiri mengakui bahwa cerita-cerita itu kerap kali membentuk kesalahpahaman tentang Jobs. Menurut Ive, Jobs adalah sosok yang gigih, yang selalu berjuang mewujudkan idenya menjadi kenyataan, dan itu adalah salah satu kualitas terbaiknya.

Antara Perintah dan Janji

Dalam podcast "Desert Island Discs" di BBC, Ive bercerita tentang percakapan terakhirnya dengan Jobs. Bagi Ive, permintaan Jobs untuk tidak terus bertanya "apa yang akan steve lakukan?" adalah perintah yang berat, namun tetap menjadi janji yang harus ia pegang. Pekerjaan Ive di Apple bukan cuma mendesain produk, tapi juga menyerap dan menerjemahkan visi seorang jenius.

Meneruskan Warisan dalam Dunia yang Berubah

Setelah kepergian Jobs, dunia teknologi terus berubah. Perusahaan teknologi lain bermunculan, teknologi baru terus bermunculan, dan tren pun semakin cepat bergeser. Dalam situasi seperti ini, tentu saja sulit untuk tidak bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan oleh Jobs jika masih ada di sini? Pertanyaan yang mungkin akan terus menghantui Ive, atau penggantinya, dalam waktu yang lama.

Mengapa Kita Masih Peduli?

Mengapa cerita ini masih relevan? Karena Jobs bukan hanya tokoh teknologi. Ia adalah simbol inovasi, keberanian berpikir di luar kotak, dan hasrat untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa. Warisan inilah yang terus hidup dan menginspirasi, bahkan setelah ia tiada. Peran Ive sebagai penjaga gawang ide-ide Jobs, sepertinya akan sulit digantikan.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Dari kisah Jobs dan Ive, ada beberapa hal yang bisa kita petik. Pertama, jangan takut untuk berpikir out of the box. Kedua, jangan pernah menyerah pada ide-ide yang kamu yakini, bahkan jika tampak mustahil. Ketiga, jangan lupakan nilai persahabatan dan kolaborasi. Terakhir, ingatlah bahwa setiap orang punya cara pandang dan metode kerja yang berbeda.

Dalam kehidupan ini, kita semua punya Jobs masing-masing. Sosok yang menginspirasi, memberikan panduan, atau hanya sekadar menjadi pengingat bahwa ada yang lebih besar dari sekadar rutinitas sehari-hari.

Di tengah hiruk pikuk dunia teknologi kamu, jangan lupa untuk sejenak menoleh ke belakang, belajar dari sejarah, dan terus berpikir: apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kaizen: Kisah Pabrik, Teka-Teki Baru dari Eks-Developer Zachtronics dalam Bahasa Indonesia

Next Post

HYBE Melonjak di Tengah Penurunan Pasar Global: Reuni BTS Dongkrak Optimisme