Dark Mode Light Mode

Penggemar Keju Indonesia Kecewa dengan Iklan Super Bowl AI Google

Gouda 50%? Google Kena "Hallucination" di Iklan Super Bowl, Apa Kabar Kreasi Manusia?

Pernahkah kamu merasa ngeri ketika teknologi yang katanya canggih malah bikin ngakak? Nah, Google baru saja mengalami hal itu. Raksasa teknologi ini membuat heboh jagat maya gara-gara iklan Super Bowl yang nyeleneh, tepatnya karena kesalahan data tentang konsumsi keju. Sepertinya, AI mereka terlalu banyak mengonsumsi "hallucination". Mari kita bedah masalah ini sekaligus merenung, apakah AI akan menggantikan kreativitas manusia sepenuhnya?

Bayangkan, Google yang dikenal pintar, merilis iklan dalam kampanye "50 states, 50 stories" yang menampilkan bagaimana bisnis kecil di Amerika menggunakan AI untuk mempermudah pekerjaan. Salah satu iklan yang menarik perhatian publik adalah "Wisconsin cheese mart: Gemini in Google docs". Disana, sebuah toko keju lokal menggunakan Gemini, alat AI Google buat bikin deskripsi produk. Tapi, ada yang janggal, AI-nya bilang Gouda menyumbang 50% hingga 60% dari konsumsi keju dunia.

Untungnya, ada netizen jeli yang langsung ngeh. Seorang pengguna X (dulu Twitter) menyebut statistik itu sebagai "AI hallucination," istilah keren buat AI yang ngawur dan memberikan informasi yang salah. Parahnya, AI-nya bahkan tidak menyertakan sumber data tersebut. "Cheddar dan mozzarella pengen ngomong nih," begitu kira-kira cuitan si netizen.

AI: Sahabat atau Musuh Kreativitas?

Menanggapi hal ini, eksekutif Google, Jerry Dischler, membela diri mati-matian. Dia bilang, iklan itu tidak "halusinasi", melainkan kesalahan dari situs web tempat Gemini mengambil data. Padahal, sudah jelas kalau data itu ngaco. Google memang sempat mengedit iklan tersebut setelah berbicara dengan pemilik toko keju yang tampil di video. Mereka meminta Gemini menulis ulang deskripsi produk tanpa statistik yang salah tersebut. Sungguh, alih-alih mengakui kesalahan, mereka lebih memilih mencari kambing hitam. Jadi, siapa yang salah: data dari web atau AI-nya yang salah olah?

Sejujurnya, ini bukan kali pertama Google bermasalah karena iklan berbasis AI. Tahun lalu, perusahaan ini dihujani kritik setelah merilis iklan Olimpiade yang menampilkan Gemini. Iklan berjudul "Dear Sydney" itu bercerita tentang seorang ayah yang ingin membantu putrinya menulis surat untuk atlet lari McLaughlin-Levrone.

Singkat cerita, sang ayah meminta Gemini menulis surat penggemar untuk sang atlet. Netizen pun ramai berkomentar tentang hilangnya keaslian dan sentuhan pribadi, serta dampaknya pada kreativitas dan pembelajaran, hingga penyalahgunaan potensi AI. Google akhirnya mematikan kolom komentar di video YouTube karena ulah AI-nya.

Jangan Sampai Kreativitas Manusia Tergantikan!

Kita semua tahu kalau AI itu powerful. AI bisa membantu kita dalam banyak hal, mulai dari mencari informasi, membuat konten, hingga, ehm, mungkin, menghasilkan ide-ide baru. Tapi, apakah AI bisa menggantikan kreativitas manusia? Tampaknya, tidak. Jangan sampai gara-gara ada AI, kita jadi malas mikir, kurang merenung dan kehilangan kemampuan membuat sesuatu yang orisinal.

Google sendiri memang sudah mengakui kalau AI hanya alat bantu untuk meningkatkan kreativitas manusia, bukan untuk menggantikannya. Pada akhirnya, ide terbaik dan sentuhan personal yang membuat karya seni jadi lebih bermakna, masih datang dari otak manusia.

Masa Depan Iklan: AI atau Sentuhan Manusia?

Lalu, bagaimana dengan masa depan iklan? Apakah iklan akan sepenuhnya didominasi oleh AI yang serba otomatis, ataukah sentuhan manusia tetap diperlukan? Tentunya, AI akan terus berkembang dan mempermudah proses pembuatan iklan. Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa digantikan oleh AI, yaitu pemikiran kreatif, empati, dan kemampuan untuk terhubung dengan audiens secara emosional.

Iklan yang baik adalah iklan yang bisa menginspirasi, memotivasi, dan membuat kita merasa terhubung. Dan, hal-hal itu hanya bisa datang dari pikiran dan jiwa manusia. Jadi, meskipun teknologi terus berkembang, jangan sampai kita melupakan pentingnya kreativitas dan sentuhan manusia dalam setiap karya yang kita hasilkan. Jangan sampai AI mengambil alih semua hal!

Jadi, Siapa yang Lebih Unggul?

Jadi, siapa yang lebih unggul? AI yang cepat dan efisien, atau manusia yang kreatif dan penuh emosi? Jawabannya, mungkin, keduanya. AI bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk membantu manusia dalam proses kreatif. Ia bisa memberikan ide, membantu dalam riset, dan bahkan membuat draft awal. Namun, pada akhirnya, sentuhan manusia tetap yang paling penting. Manusia yang akan memberikan sentuhan akhir pada karya, memberikan ide, dan memastikan bahwa karya tersebut memiliki makna dan relevansi bagi audiens.

Semoga dengan adanya kasus "hallucination" Google ini, kita semua jadi lebih aware dengan bagaimana AI bisa digunakan secara bijak. Kita juga jangan sampai menyerah pada kreativitas yang ada dalam diri kita.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Bocoran Infinity Nikki Ungkap Outfit Terbaru, Isyarat Rilis Segera

Next Post

Geoff Tate Ungkap Fans Metallica Lempar Botol ke Queensrÿche di Konser Helsinki 1988