Dark Mode Light Mode

Pemerintah Tingkatkan Peluang Kerja Penyandang Disabilitas Melalui Pelatihan Kerja

Bagi kamu yang punya teman atau kenalan dengan disabilitas, atau mungkin lagi cari kerja, coba deh baca artikel ini. Menteri gaes!

Semangat, Jangan Cuma Ngomong Doang!

Menteri Ketenagakerjaan kita tiba-tiba muncul dengan semangat membara, mengajak semua "pihak" untuk menyediakan lowongan kerja bagi orang-orang dengan disabilitas. Tapi, sebenernya apa sih maksudnya? Apakah *cuma sekadar janji manis?

Antara Janji dan Realita: Sebuah Renungan

Pemerintah, dengan segala kehebatannya, berusaha mati-matian meningkatkan kualitas hidup dan membuka kesempatan kerja bagi teman-teman disabilitas. Tapi, kenyataannya, realita berkata lain. Seakan ada "pembatas" yang membatasi ruang gerak mereka, dan membuat usaha keras pemerintah seolah nggak ada gunanya.

Siapa Bilang, "Mereka Nggak Bisa Apa-Apa"?

Meskipun pemerintah punya berbagai kebijakan, nyatanya jumlah pekerja disabilitas yang dapat pekerjaan dan kesempatan masih amat sangat minim. Entah kenapa, hal itu seolah malah jadi masalah, seakan orang-orang dengan disabilitas tidak punya kemampuan. Padahal, kan, mereka juga manusia!

Kenapa Harus "Lebih" dari Sekadar Wacana?

Menteri Yassierli berjanji akan "menggandakan" usaha buat orang-orang disabilitas. Mulai dari training, sertifikasi, sampai dengan penempatan kerja. Tapi, kenapa sih harus "lebih" dari sekadar wacana? Kenapa harus menunggu sampai ada yang memaksa pemerintah melakukan sesuatu?

Lebih dari Sekadar "Akses"

Kalau mau jujur, akses yang sekarang masih terlalu terbatas. Coba pikirin, berapa banyak perusahaan yang beneran peduli sama orang-orang dengan disabilitas? Berapa banyak sih yang mau menerima mereka? Jangan cuma ngomong, harusnya merasa, bukan hanya berkata.

"Mungkin" Udah Saatnya Berubah?

Kita nggak bisa terus-terusan terjebak dalam stigma dan stereotip. Udah waktunya kita berani ambil tindakan nyata. Jangan cuma ngomongin teori tentang keadilan dan kesetaraan, tapi berani ambil langkah konkret. Kasihan banget mereka, kalau harus terus-terusan nunggu.

"Training" dan "Sertifikasi": Apa yang Sebenarnya Diperlukan?

Apakah cukup dengan pelatihan dan sertifikasi? Atau malah butuh bantuan yang lebih konkret? Harus diingat, pelatihan dan sertifikasi bukan segalanya. Yang butuh bukan cuma "skill", tapi juga kesempatan.

"Sinergi": Kata yang Gak Pernah Bosen Dipakai

Sepertinya, kalimat "sinergi" dan "kolaborasi" sudah menjadi mantra wajib. Tapi, pertanyaannya adalah: sejauh mana sih "sinergi" itu benar-benar ada? Jangan-jangan cuma jadi tameng untuk menutupi ketidakmampuan dan ketidakpedulian.

Harapan dari Barat: "Inclusive"

Kita juga punya pendapat dari negara lain. Mereka berbicara soal inklusi dan keberlanjutan. Tapi, lagi-lagi, apakah cuma omongan tanpa tindakan? Atau cuma basa-basi agar dibilang peduli sama negara lain?

"Disability Service Units" atau Cuma Pajangan?

Pemerintah juga berjanji memperkuat "Disability Service Units". Pertanyaannya, apakah ini cuma unit pajangan? Atau benar-benar tempat yang bisa diandalkan? Jangan sampai, apa yang disebut "pelayanan" hanya omong kosong belaka.

"Kami" Berharap…

Jangan biarkan janji manis jadi omong kosong. Kita berharap, pemerintah bisa lebih peduli dan benar-benar memberikan kesempatan bagi mereka. Karena, semua orang, termasuk orang dengan disabilitas berhak mendapatkan kesempatan yang sama.

Penutup yang Mungkin Membuka Pintu

Kita nggak bisa terus-terusan menunda. Semua orang berhak mendapatkan "kesempatan". Maka, sudah saatnya kita berhenti bicara, lalu mulai bertindak.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Drake dan PartyNextDoor Geser Kendrick Lamar dari Puncak Tangga Album

Next Post

Potensi Penutupan Sejumlah Studio NetEase di Indonesia