Dark Mode Light Mode
Paradoks Dana Kekayaan Negara Indonesia dan Penghematan: Implikasi Jakarta Post

Paradoks Dana Kekayaan Negara Indonesia dan Penghematan: Implikasi Jakarta Post

Mau Kaya? Coba Saja Taruhan Nasib Negara ke "Danantara"

February 26, 2025

Bayangkan, tiba-tiba saja anggaran negara dipangkas habis-habisan. Bukan karena efisiensi, tapi lebih mirip pembersihan besar-besaran. Uangnya? Ya, dialihkan ke proyek "super penting" yang katanya bakal bikin kita semua kaya mendadak. Tapi, tunggu dulu, kok kesannya kayak lagi main monopoli, ya?

Presiden Prabowo Subianto, setelah resmi menjabat, langsung tancap gas dengan kebijakan pemotongan anggaran yang bikin kita semua geleng-geleng kepala. Dana taktis yang harusnya buat keadaan darurat, anggaran kementerian, bahkan dividen BUMN, semua kena getahnya. Uangnya? Sebanyak $20 miliar (setara Rp 300 triliun) akan disuntikkan ke Danantara.

Buat yang belum tahu, Danantara ini semacam "dana kekayaan negara" yang katanya bakal ngerjain proyek-proyek raksasa. Mulai dari energi terbarukan sampai pabrik maju, semuanya dijanjikan bakal bikin ekonomi kita melesat. Jadi, uang rakyat dipake buat investment jangka panjang. Tapi apakah semua investasi bisa berhasil, atau malah jadi utang generasi ke generasi berikutnya? Mari kita lihat.

Jangan Kaget, Utang Negara?

Siapa sih yang nyangka kalau Prabowo bakal langsung pasang kuda-kuda penghematan kayak gini? Padahal, waktu kampanye, janji manisnya sih mau ngegas ekonomi, bukan malah ngerem mendadak. Mau naikin pajak? Susah, butuh reformasi yang makan waktu. Mau utang? Wah, jangan deh, utang lama aja belum lunas.

Pemotongan anggaran ini memang terasa keras. Kalau buat efisiensi sih, kita dukung banget. Tapi kalau sampai ngorbanin pelayanan publik dan bikin ekonomi megap-megap, ya, sorry aja, deh! Jangan marah kalau anak kuliahan pada demo di jalanan, karena memang kayaknya ada yang salah nih. Mereka yang terdampak langsung pasti akan merasa dirugikan.

Soalnya, gimana mau mikirin proyek-proyek keren kalau perut masih keroncongan? Pengangguran masih banyak, daya beli makin menurun, harga kebutuhan pokok makin mahal. Wajar kalau di media sosial banyak yang nge-trend pakai tagar #KaburAjaDulu. Mungkin ini cara mereka untuk menyuarakan aspirasi.

Investasi Jaminan Kaya atau Cuma Mimpi?

Danantara, dengan segala proyek megahnya, memang kedengaran menjanjikan. Tapi, apakah proyek-proyek ini benar-benar bakal bikin kita semua sejahtera? Atau cuma bikin segelintir orang di atas makin kaya raya? Jangan-jangan seperti mitos, ada beberapa orang tertentu yang bisa melihat golden gate nya, namun bagi kita yang biasa, hanyalah asap belaka.

Proyek-proyek ini memang penting, tapi dampaknya ke masyarakat langsung gimana? Orang-orang lebih peduli sama lapangan kerja dan harga kebutuhan sehari-hari. Bukan malah mikirin downstreaming atau pabrik canggih.

Bahkan, ada aturan baru di UU BUMN yang ngebolehin Danantara dan para petinggi BUMN buat ambil keputusan bisnis tanpa khawatir dijerat hukum, selama mereka nggak punya niat jahat. Wow, kedengarannya kayak carte blanche dari negara. Oportunis.

Jangan Sampai Kejadian Malaysia Terulang

Kita semua tahu lah gimana korupsi di negara ini. Apalagi kalau urusannya udah sama BUMN. Potensi kongkalikong dan bagi-bagi jabatan buat orang-orang partai, sepertinya, ya, lumayan besar. Jangan sampai nasibnya kayak Malaysia dengan skandal 1MDB yang bikin negara tetangga kita itu ambyar.

Danantara harusnya segera ngejelasin ke publik, gimana caranya mereka mau ngejaga kepercayaan masyarakat. Suntikan dana $20 miliar aja nggak cukup buat beli kepercayaan, bro. Transparansi dan akuntabilitas itu penting banget. Jangan sampai negara ini cuma jadi ladang empuk buat para pebisnis kelas kakap yang cari untung.

Keputusan pemerintah buat hemat anggaran memang patut diapresiasi. Tapi, mengalihkan dana ke Danantara, apakah memang langkah yang tepat buat masa depan Indonesia? Kita lihat saja nanti. Kalau hasilnya nggak sesuai harapan, siap-siap aja, ya, bakal ada lebih banyak lagi yang pengen kabur aja dulu. Jangan sampai uang rakyat yang susah payah dikumpulkan, justru menjadi sumber masalah baru.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Nita Strauss Ungkap Konser Terburuk Sepanjang Karier: Hampir Semua Penonton Kabur

Next Post

Masyarakat Adat Dayak di Borneo Raih Otonomi Hutan di Indonesia