Dark Mode Light Mode

NetEase Picu Kekhawatiran Pemangkasan Bisnis Game di Luar Negeri, Rugikan Industri Game AS

Kabar Buruk Datang? NetEase Dikabarkan Bakal Jual Semua Investasi Game di Luar China!

Awal tahun ini, dunia game digemparkan oleh isu panas: NetEase, raksasa game asal China, dikabarkan akan menjual habis semua investasinya di perusahaan game di luar negeri. Wah, kayak novel percintaan yang endingnya bikin geregetan! Kabar ini berhembus kencang di tengah ketegangan geopolitik dan biaya pengembangan game yang terus membengkak. Tapi beneran begitu? Mari kita bedah lebih lanjut.

NetEase: Mundur Perlahan atau Cuma Ganti Strategi?

Rumor ini mencuat setelah NetEase melakukan beberapa langkah yang bikin penasaran. Salah satunya, tim di Seattle yang mengembangkan Marvel Rivals dilaporkan kena PHK, padahal game tersebut berhasil meraup hingga $136 juta di bulan pertama perilisannya. Kok bisa, ya? Rupanya, sumber di dalam industri menyebutkan kalau NetEase mulai kehilangan minat untuk menggunakan developer asing.

Alasan utamanya, biaya developer di AS sangat tinggi. Selain itu, developer game di China sekarang sudah makin jago dan mampu menciptakan game AAA berkualitas, contohnya Black Myth: Wukong. Game ini sukses besar dan terjual jutaan kopi, bahkan bisa jadi pelajaran penting tentang pengembangan game.

Kemungkinan besar, NetEase memang berencana keluar dari semua investasi dan kepemilikan internasionalnya. Prosesnya bisa lewat PHK atau penjualan studio. Tapi, peluang NetEase untuk meraih keuntungan dari investasi itu sepertinya kecil, jika mereka berniat bergerak cepat. Tapi tenang dulu, karena NetEase langsung membantah kabar ini.

Lebih Dalam: Apa Saja yang Berubah?

NetEase, yang berkantor pusat di Hangzhou, adalah penerbit game terbesar kedua di China. Perusahaan ini terdaftar di Bursa Saham Hong Kong dan NASDAQ. Dulu, William Ding—pendiri dan CEO NetEase—berambisi agar pendapatan game internasionalnya mencapai 50%. Tapi, mimpi itu sepertinya harus ditunda dulu.

Selama bertahun-tahun, NetEase gencar berinvestasi di berbagai perusahaan game, mulai dari startup, game yang sedang berkembang, hingga venture capital. Sejumlah investasi mereka sangat mengesankan. NetEase menggelontorkan $100 juta ke Bungie, yang kemudian dijual ke Sony dengan harga fantastis $3,6 miliar. Mereka juga mendukung Devolver Digital sejak awal, dan menanamkan modal di Makers Fund. Gokil, kan?

Semua investasi ini dipimpin oleh Simon Zhu, yang berbasis di Seattle. Namun, tampaknya ada perubahan di internal. Sumber mengatakan, Ding mulai ragu dengan tim asing yang biayanya mahal. Ditambah lagi, kesuksesan Black Myth: Wukong membuktikan bahwa game AAA bisa dibuat di China dengan biaya yang lebih hemat. Untuk Marvel Rivals, tim di China kemungkinan akan mengambil alih layanan langsung game tersebut.

Potensi Dampak: Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Meskipun NetEase membantah akan melepas semua propertinya, beberapa langkah yang diambil perusahaan menimbulkan pertanyaan serius. Salah satunya, apakah keputusan ini akan memicu perusahaan game China lain untuk melakukan hal serupa? Kita tunggu dan lihat.

Investasi NetEase (dan potensi dampaknya):

  • Devolver Digital: Jika NetEase benar-benar keluar, saham 8% di Devolver Digital berpotensi dilepas ke pasaran.
  • Behaviour Interactive: NetEase juga punya saham di studio ini.
  • Bungie: Dulu NetEase sempat punya saham di studio ini, tapi sekarang sudah dimiliki Sony.

Data penting: Penjualan game dari NetEase:

  • Tahun berjalan: $11.7 miliar (trailing 12 months of gaming revenue)

Perlu dicatat, industri M&A (merger and acquisition) game memang sedang melambat setelah pandemi. Banyak studio yang kemungkinan tidak akan menemukan pembeli, yang memperparah PHK di industri game selama 2,5 tahun terakhir. Lebih dari 34.000 orang kehilangan pekerjaan, dan lebih dari 900 orang terkena PHK hanya di bulan Januari.

Pentingnya: Analisis Strategi NetEase

Pentingnya: Mengapa NetEase Membuat Perubahan?

Reaksi NetEase: Kami Masih Eksis Global!

Dalam pernyataan mereka, NetEase berusaha menenangkan situasi. Mereka bilang, "Sebagai bagian dari strategi investasi kami, kami memang mengurangi skala beberapa studio pada akhir tahun 2024. Keputusan ini murni didasarkan pada evaluasi bisnis dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain. Ini hanya sebagian kecil dari portofolio studio kami di luar negeri."

Mereka menegaskan bahwa dua pendekatan (mandiri dan lewat investasi) masih aktif berjalan dan memberikan hasil positif. Mereka juga punya banyak game baru yang disiapkan, seperti FragPunk dan Ananta. Mereka menegaskan bahwa, "Keputusan kami didasarkan semata-mata pada evaluasi bisnis dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain." Pendekatan ini berlaku untuk semua studio NetEase, baik di dalam maupun luar negeri.

NetEase menekankan bahwa Perang Dagang tidak memengaruhi strategi mereka. Mereka sangat menghargai komunitas game di AS dan antusiasme pemain terhadap game mereka. Ini menandakan NetEase tetap berpegang pada strategi bisnis mereka, meski ada perubahan.

Dampak potensi PHK:

  • 34.000 lebih orang telah di PHK (2,5 tahun terakhir)
  • 900 orang di PHK (Januari)
  • NetEase mengkonfirmasi pengurangan ukuran studio di akhir 2024

Bisakah China Lain Menyusul Langkah NetEase?

Tencent, sebagai perusahaan game terbesar di dunia, juga punya investasi besar di AS. Namun, belum ada tanda-tanda Tencent akan menarik diri. Tapi, situasi pasar yang kurang bersahabat, seperti tarif dari AS ke China, juga bisa memengaruhi keputusan perusahaan game lainnya.

Tencent memiliki saham di Epic Games dan Riot Games (pemilik League of Legends). Sementara itu, NetEase jauh lebih sedikit bergantung pada perusahaan dan pengguna AS dibandingkan Tencent. Beberapa perusahaan China lain juga memiliki pelanggan di AS dan berinvestasi di studio berbasis di AS.

Lisa Cosmas Hanson dari perusahaan riset Niko Partners mengatakan, "Saya rasa tidak ada kaitannya langsung dengan tarif. Saya juga tidak melihat industri game AS akan menderita karena pemerintah AS akan mengenakan tarif pada produk dari China, termasuk konsol."

Perlu diingat bahwa potensi tarif, jika benar-benar diterapkan, dapat berdampak buruk pada Microsoft, Sony, dan Nintendo (perusahaan AS dan Jepang) yang memproduksi konsol mereka di China.

Tencent baru-baru ini juga membatalkan game dari Splash Damage dan melakukan restrukturisasi di Sumo Digital. Namun, mereka juga melakukan ekspansi di Barat. Misalnya, Tencent mengakuisisi EasyBrain dari Embracer dan juga studio Space Ape di Inggris pada November 2024.

Charles Yu dari Pillar Legal (yang berfokus pada game) di Shanghai, mengatakan bahwa tidak semua perusahaan game China akan menjual properti mereka di AS atau luar negeri. Beberapa kliennya, justru tertarik dengan pasar AS.

Yu mengatakan, "Perusahaan game China cenderung mengurangi pembentukan tim pengembangan di AS atau negara Barat lainnya karena tingginya biaya dan inefisiensi manajemen. Saya pikir memang benar jika NetEase mengurangi investasi di luar negeri."

Kesimpulan: Masa Depan Game China di Kancah Global

Dengan NetEase yang bernilai $68,4 miliar, dan menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan game terbesar di dunia, perubahan strategi mereka tentu berdampak besar. Kesuksesan game-game China seperti Black Myth: Wukong, Marvel Rivals, dan Delta Force juga menguatkan kemampuan developer lokal.

Meskipun NetEase membantah akan menarik semua investasinya, beberapa langkah yang mereka ambil mengisyaratkan adanya perubahan strategi. Perusahaan lain dari China diperkirakan akan mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke tim atau studio mereka di China.

Jadi, bagaimana nasib industri game global? Kita tunggu saja kejutan selanjutnya! Yang jelas, persaingan semakin ketat, dan pemain game di seluruh dunia akan menikmati banyak game seru.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Jakarta Amankan Stok Pangan Jelang Ramadan Demi Stabilitas Harga

Next Post

Eufy FamiLock S3 Max: Kunci Pintu Pintar yang Membuka dengan Lambaian Tangan