Dark Mode Light Mode

Nasib Atlas Supper Club: Penutupan atau Pajak Tinggi?

Atlas Beach Club: Ketika Bali Party Dibenturkan dengan Kesakralan

Bayangin, lagi asik joged di beach club sambil menikmati dentuman musik DJ, tiba-tiba mata lo terbelalak ngeliat backdrop panggung bergambar Dewa Siwa. Keren sih, tapi kok rasanya ada yang salah, ya? Nah, itulah yang terjadi di Atlas Beach Club baru-baru ini. Gara-gara nggak mikir panjang, club ini bikin heboh se-Bali bahkan sampai menggelar acara minta maaf segala.

Drama di Panggung: Ketika Simbol Agama Jadi Properti Hiburan

Semuanya bermula dari momen ketika Atlas Beach Club memasang gambar Dewa Siwa sebagai latar belakang untuk penampilan DJ mereka. Mungkin niatnya biar makin "wah" gitu, ya? Tapi, alih-alih bikin pengunjung terpukau, aksi ini malah memicu gelombang protes dari berbagai kalangan masyarakat Bali. Mereka merasa simbol agama suci telah disalahgunakan untuk kepentingan dunia hiburan. Kaget dong, simbol agama kok dijadiin properti panggung?

Akibatnya? Atlas Beach Club langsung kena semprot. Mereka harus menggelar upacara Guru Piduka dan Bendu Piduka di Pura Desa lan Puseh, Berawa, sebagai bentuk permohonan maaf dan rekonsiliasi. Manajemen klub, karyawan, tokoh masyarakat, sampai anggota dewan, semua ikut hadir dalam upacara tersebut. Kayak lagi sidang skripsi, tapi ini lebih serius.

"Sorry, Guys!": Permintaan Maaf yang Terlambat?

Tommy Dimas, selaku humas Atlas, dengan suara memelas mengakui kalau mereka khilaf. Dimas menyampaikan permintaan maaf yang mendalam kepada masyarakat Hindu Bali atas insiden ini. "Kami minta maaf yang sedalam-dalamnya," katanya. Tapi, apakah permintaan maaf aja cukup? " Mungkin nggak cukup, Dim…"

Masalahnya, protes ini bukan cuma datang dari mulut ke mulut. Kelompok seperti Bali Keris Knight Foundation bahkan sampai menggelar demonstrasi damai di depan gedung DPRD Bali, menuntut tindakan tegas terhadap Atlas. Mereka meminta klub itu dihukum, meminta maaf secara terbuka, dan yang paling penting, membuat aturan daerah (Perda) yang lebih jelas tentang penggunaan simbol-simbol agama. Biar nggak ada lagi kejadian serupa di masa depan.

DPRD Ikut Campur: Hukum Tegas Atau Cuma Gimmick?

DPRD Badung nggak tinggal diam. Mereka memanggil manajemen Atlas untuk memberikan klarifikasi. Hasilnya? Atlas mengakui kelalaian mereka. Beberapa anggota dewan bahkan meminta klub itu ditutup, setidaknya untuk sementara waktu. Wah, kok makin panas, ya?

Menariknya, ada juga usulan lain dari anggota DPRD, Nyoman Satria, yang merekomendasikan Atlas dikenakan pajak maksimum sebagai hukuman. Lebih greget mana, nih? Ya, Atlas yang biasanya dapat diskon pajak, kini bisa kena getahnya. Kalau biasanya cuma bayar 15%, bisa jadi langsung 75%! Katanya sih, ini sebagai bentuk hukuman sekaligus pembelajaran.

Standar Ganda? Kenapa Finn's Aman-Aman Saja?

Nah, di sinilah muncul pertanyaan yang cukup menggelitik. Kenapa kasus Atlas langsung direspon begitu serius, sementara kasus lain seperti Finns Beach Club yang menggelar pesta kembang api saat hari raya, malah cuma dapat teguran? Kok bisa beda gitu, ya?

Dewa Wiwin dari BPD HIPMI Bali bahkan ikut bersuara, mempertanyakan ketegasan DPRD. Ia khawatir, kalau setiap kesalahan langsung dihukum dengan penutupan, investor bakal kabur dari Bali. Urusan perut tetap nomor satu, guys.

Wiwin juga mengingatkan, Bali hidup dari pariwisata dan investasi. Jika ada kesalahan, yah, diperbaiki dengan edukasi dan aturan yang jelas, bukan langsung ditutup. Ia menekankan pentingnya transparansi dalam pengambilan keputusan. Jangan sampai ada kepentingan lain di balik semua ini.

Antara Sakral dan Hiburan: Di Mana Batasnya?

Kasus Atlas Beach Club ini, mau nggak mau, membuka mata kita tentang bagaimana seharusnya kita menempatkan simbol-simbol keagamaan di ruang publik, apalagi di tempat hiburan. Jangan sampai, deh, kesakralan agama cuma jadi pemanis di dunia gemerlap.

Kita semua butuh aturan yang jelas, tapi juga harus ada ruang untuk diskusi dan edukasi. Jangan sampai gara-gara salah paham, citra Bali sebagai destinasi wisata yang ramah dan toleran jadi rusak. Ingat, guys, Bali itu indah karena keberagaman budayanya.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Drake Singgung "Perseteruan Rap" di Album Baru Kurang dari Seminggu Usai Penampilan Kendrick Lamar di Super Bowl: "Kami Jauh Lebih Keras"

Next Post

[Master Duel] Fusi x Sinkro Fes & Aksesori Baru: Saatnya Kuasai Kombinasi!