Dark Mode Light Mode

Merajut Makna: 75 Tahun Hubungan Indonesia-Turki dan Implikasinya

Selamat datang, para netizen Gen Z dan milenial! Mari kita bedah hubungan antara Indonesia dan Turki yang makin hot kayak kopi Turki, tapi bukan berarti kita akan membahas kopi terus, ya.

Indonesia dan Turki sudah 75 tahun menjalin hubungan diplomatik, lho. Sebuah pencapaian yang membanggakan, dan jelas bukan pencapaian kaleng-kaleng. Bulan lalu, ada pertemuan tingkat tinggi antara kedua negara yang menghasilkan 13 perjanjian penting. Ini bukan cuma sekadar pertemuan, tapi juga penegasan kembali kemitraan strategis yang sudah ada sejak tahun 2011. Siapa yang sangka, kedua negara ini ternyata punya sejarah yang cukup panjang dan menarik untuk diikuti.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa sih Turki begitu dekat dengan Indonesia? Nah, jawabannya bisa jadi karena posisi geografis Turki yang unik, berada di persimpangan antara Asia dan Eropa. Menurut beberapa ahli, Turki ini kayak punya dua kepribadian: suka Eropa, tapi juga peduli dengan Asia. Bingung kan? Sama!

Turki, di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk, sempat lebih condong ke Barat untuk menunjukkan diri sebagai negara modern. Ini bikin Turki jadi anggota NATO dan bahkan ingin bergabung dengan Uni Eropa. Tapi, ehem, ternyata prosesnya gak semulus yang diharapkan, guys. Banyak negara Eropa yang kurang sreg dengan Turki.

Turki: Antara Dua Benua

Melihat tantangan ini, Turki pun mulai melirik Asia. Turgut Özal, pada tahun 1980-an, punya visi tentang koridor perdagangan dari Laut Adriatik sampai Tembok Raksasa China. Visi ini kemudian dipercantik oleh Ismail Cem, Menlu Turki di era 90-an, yang menyebut Turki sebagai negara ‘merkez ülke’ (negara pusat) dan ‘terminal ülke’ (negara terminal) yang menghubungkan Asia dan Eropa. Keren, kan?

Di awal tahun 2000-an, seorang penasihat kebijakan luar negeri Turki bernama Ahmet Davutoğlu, kemudian memperkenalkan istilah ‘Asya Derinliği’ atau Kedalaman Asia. Konsep ini menggarisbawahi potensi Turki untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan negara-negara Asia. Meskipun belum begitu berkembang saat itu, konsep ini akhirnya jadi cikal bakal kebijakan luar negeri Turki yang lebih serius.

Barulah di tahun 2019, Turki secara resmi meluncurkan kebijakan luar negeri yang disebut ‘Yeniden Asya’ atau Asia Baru. Kebijakan ini punya tiga tujuan utama: memperkuat kemitraan dengan negara-negara Asia, meningkatkan peran Turki sebagai negara model dalam diplomasi, dan memprioritaskan diplomasi digital. Simple tapi powerful, bukan?

Yeniden Asya: Fokus ke Asia Tenggara

Dalam kerangka Yeniden Asya, Turki memberikan perhatian khusus pada Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Alasannya? Karena kedua negara ini adalah negara demokrasi dengan mayoritas penduduk Muslim yang punya peran penting di kawasan. Tapi, kebijakan ini masih perlu banyak penyesuaian dan fokus.

Pertanyaannya, apakah Yeniden Asya akan jadi kebijakan yang powerful atau malah cuma konsep tanpa arah? Masih banyak PR-nya, nih. Terutama dalam hal membangun hubungan dengan masyarakat, bukan cuma sekadar urusan pemerintah.

Pertemuan tingkat tinggi antara Indonesia dan Turki menghasilkan 13 perjanjian kerja sama, mulai dari pertahanan, pendidikan, investasi, pertanian, hingga eksplorasi sumber daya alam. Dua perjanjian bahkan fokus pada kerja sama pertahanan, termasuk pengembangan bersama unmanned aerial vehicles (UAV) atau drone, dan peralatan pertahanan lainnya. Keren, ya?

Prabowo Subianto, sebagai Menteri Pertahanan, punya komitmen kuat untuk membangun kemitraan pertahanan dengan negara-negara kunci, termasuk Turki. Diplomasi pertahanan yang intensif di era Jokowi ini telah membangun kepercayaan antara pejabat Turki dan Indonesia. Indonesia bahkan sepakat membeli 60 drone Bayraktar TB3 dari Turki.

Diplomasi Pertahanan vs. Hubungan Masyarakat

Tapi, jangan cuma fokus sama diplomasi pertahanan, guys. Hubungan yang kuat juga harus dibangun melalui hubungan masyarakat. Diplomasi pertahanan memang penting, tapi seringkali dipengaruhi oleh dinamika geopolitik yang berubah-ubah. Masyarakat Indonesia punya pengetahuan tentang Turki, terutama dari sisi sejarah dan Kekaisaran Ottoman. Sementara itu, masyarakat Turki masih kurang mengenal Indonesia.

Oleh karena itu, para pembuat kebijakan perlu mengambil langkah nyata dalam hubungan antar masyarakat. Turki harus mulai dari nol, mempelajari tentang Pancasila, Islam Nusantara, dan budaya Indonesia. Jika tidak, Yeniden Asya hanya akan melayani kepentingan materiil Turki semata.

Tiga Usulan untuk Mempererat Hubungan

Ada tiga usulan kebijakan yang bisa dipertimbangkan untuk memperkuat hubungan Indonesia-Turki:

  1. Perluas Ruang untuk Masyarakat Sipil: Pemerintah Indonesia dan Turki perlu menciptakan lebih banyak ruang bagi masyarakat sipil untuk mempererat hubungan antar masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui program beasiswa, pertukaran pelajar, dan kerja sama antara LSM dalam isu-isu sosial dan kemanusiaan. Presiden Erdoğan bahkan menyebut 5.000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Turki sebagai ‘gönül elçiliği’ (duta budaya) untuk negaranya. Indonesia juga bisa mempertimbangkan untuk memberikan lebih banyak beasiswa dan kesempatan pertukaran untuk mahasiswa Turki.

    Manfaatnya? Meningkatkan saling pengertian dan memperkaya pengetahuan budaya masing-masing.

  2. Promosi Budaya Timbal Balik: Turki telah melakukan upaya signifikan untuk mempromosikan budayanya di Indonesia, seperti mendirikan Institut Yunus Emre di Jakarta. Indonesia harus membalasnya dengan aktif mempromosikan budaya Indonesia di Turki. Ini termasuk melibatkan alumni Indonesia yang pernah belajar di Turki untuk menerjemahkan novel-novel Indonesia ke dalam bahasa Turki dan mempromosikan warisan budaya Indonesia lainnya.

    Kenapa penting? Supaya orang Turki gak cuma dengerin lagu Turki aja, gaes.

  3. Dukung Peran Masing-Masing di Tingkat Regional dan Internasional: Sebagai dua kekuatan menengah yang sedang naik daun di panggung dunia, Indonesia dan Turki harus saling mendukung dalam memperkuat peran mereka di kancah regional dan internasional. Indonesia, sebagai pemimpin di Asia Tenggara, dapat membantu Turki dalam menemukan peran yang relevan di ASEAN dan kawasan Asia-Pasifik. Sebaliknya, Turki, sebagai salah satu negara terkemuka di dunia Muslim, harus memfasilitasi keterlibatan Indonesia dalam mengatasi isu-isu strategis di Timur Tengah dan dunia Muslim, terutama terkait isu Palestina.

    Keren, kan? Dengan saling mendukung, keduanya bisa makin bersinar di dunia!

Kesimpulannya, hubungan Indonesia dan Turki punya potensi besar untuk berkembang. Dengan (diplomasi yang cerdas), fokus pada masyarakat, promosi budaya, dan dukungan timbal balik, kedua negara ini bisa mencapai kemitraan strategis yang lebih kuat dan saling menguntungkan. Jadi, keep an eye buat perkembangan hubungan kedua negara ini, ya!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Fortnite Menyambut Scorpion, Ungkap Ledekan Karakter Mortal Kombat Lainnya

Next Post

Lady Gaga Umumkan Tur Dunia 'Mayhem Ball', Aku Mohon Jangan Beli Tiket, Ini Alasannya yang Sangat Penting - BuzzFeed