Siapa yang menyangka manajemen game bisa lebih dramatis daripada plot game RPG? Mari kita bahas dunia bisnis game yang terkadang lebih absurd dari glitch.
Kejadian menarik datang dari dunia game development, tepatnya dari salah satu co-director Visions of Mana, yang memutuskan buat bikin studio game baru. Sebelum itu, ada sedikit cerita behind the scene yang bikin geleng-geleng kepala, tapi tetap lucu.
Studio game sebelumnya, Ouka Studios, tempat co-director tersebut sebelumnya bekerja, harus tutup karena keputusan investasi dari perusahaan raksasa China, NetEase dan Tencent, yang melakukan pemangkasan investasi mereka di Jepang. Ya, namanya juga bisnis.
Ryosuke Yoshida, co-director lainnya, memilih bergabung dengan Square Enix. Sementara Kenji Ozawa, co-director lainnya, memilih jalan yang lebih "menantang" dengan membuat studio baru bernama Studio Sasanqua. Pilihan yang bikin penasaran, kan?
Ozawa menjelaskan alasannya. Intinya, ia ingin menciptakan lingkungan kerja di mana manajemen bertanggung jawab atas keputusan yang salah. Bukan cuma para developer yang kena getahnya. Ingat, developer game itu magic maker, bukan scapegoat.
Dalam wawancaranya, Ozawa menceritakan banyak kasus manajemen yang lepas tangan saat proyek gagal. Management, yang punya andil besar dalam investasi dan keputusan penting, justru lolos dari tanggung jawab, sementara para developer yang jadi korban PHK. Ironis, bukan?
Intinya, menurut Ozawa, management harusnya melindungi creator. Dialah yang harus bertanggung jawab, bukan cuma para developer yang ‘hanya' bekerja. Itulah kenapa ia mendirikan Studio Sasanqua.
Ozawa menegaskan bahwa ia juga akan terlibat langsung dalam proyek pertama Studio Sasanqua ini, dan siap menanggung risiko jika proyeknya gagal. Keren, kan? Manajemen yang all-in.
Studio Sasanqua direncanakan akan memulai dengan game-game kecil yang dikembangkan menggunakan Unreal Engine. Mungkin bakal mulai dengan game-game indie yang keren. Lalu, pelan-pelan naik kelas ke game untuk PC dan konsol.
Selain itu, ada berita njelimet juga nih. Beberapa studio game yang dimiliki NetEase, seperti Nagoshi Studio dan Grasshopper Manufacture (creator-nya Shadow of the Damned), juga dikabarkan berada dalam risiko penutupan.
NetEase, dulu dikenal karena game online PC dan game mobile, belakangan ini memperluas sayap ke dunia game development. Mereka melakukan akuisisi dan mendirikan studio di Jepang, Amerika Utara, bahkan Eropa. Tapi ya gitu deh, badai kadang datang.
Fenomena ini menunjukkan bahwa industri game memang penuh dinamika. Apa yang hype hari ini, belum tentu hype di masa depan. Makanya, adaptasi dan risk management itu sangat penting.
Lalu, bagaimana nasib para developer di tengah pusaran bisnis seperti ini? Semoga semakin banyak studio yang sadar pentingnya melindungi para kreator. Mereka adalah jantung dari industri ini. Tanpa mereka, tidak ada game yang bisa dimainkan.
Semoga saja, Studio Sasanqua bisa menjadi contoh baik. Studio yang menginspirasi game development lain untuk lebih menghargai dan melindungi para developer. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga soal keadilan dan keberlangsungan industri.
Jadi, apa yang bisa kita ambil dari cerita ini? Mungkin, lain kali sebelum main game baru, coba deh scroll ke menu credits, hargai mereka yang bekerja di baliknya. Ingat bahwa dibalik game keren ada para developer dan management yang berjuang keras.