Lenny Kravitz dan Rumah yang Bikin Kita Mikir: Udah Sukses Belum, Sih?
Lenny Kravitz. Nama yang kalau disebut, mungkin langsung kebayang rambut gimbal hitam legam, celana kulit ketat, dan aura rockstar yang nggak ada matinya. Tapi, coba deh kita geser sedikit fokusnya, nggak cuma ke musiknya, tapi ke rumahnya di Paris. Katanya sih, rumahnya itu spektakuler. Empat lantai, dibangun tahun 1920-an, dulunya kedutaan besar Amerika Serikat. Sejak Kravitz beli tahun 2006, rumah itu jadi bukti nyata kalau selera rockstar bisa se-wah itu.
Rumah mewah, high-ceiling, banyak karya seni, ambience yang bikin kita langsung pengen rebahan sambil mikirin hidup. Tapi, tunggu dulu. Di balik semua kemewahan itu, ada satu pertanyaan yang mungkin diam-diam muncul di benak kita: Apakah ini definisi sukses yang sebenarnya? Apakah kita harus punya rumah segede istana, gaya hidup glamor, buat bisa dibilang sukses?
Rumah, Gaya Hidup, dan Standar Ganda yang Nyebelin
Kita sering banget, kan, dihadapkan sama standar ganda tentang kesuksesan? Di satu sisi, kita diajarin buat kerja keras, dream big, dan kejar impian. Tapi, di sisi lain, tuntutan buat punya rumah mewah, mobil keren, dan liburan ke luar negeri, seolah jadi indikator utama kesuksesan. Padahal, nggak semua orang punya privilege buat ngejar standar itu.
Kravitz, dengan segala kemewahannya, adalah contoh nyata dari mimpi yang jadi kenyataan. Tapi, jangan salah, di dunia yang makin nggak pasti ini, definisi sukses itu bisa sangat subjektif. Buat sebagian orang, sukses itu bisa berarti punya keluarga bahagia, kesehatan yang baik, atau bahkan, sekadar bisa makan enak tiap hari.
Seni, Musik, dan Kegelisahan Generasi Sekarang
Generasi Z dan milenial, dengan segala kegelisahan dan idealisme yang membara, seringkali mempertanyakan nilai-nilai yang sudah mapan. Kita nggak mau cuma ikut-ikutan. Kita pengen punya makna dalam hidup, tapi di sisi lain, kita juga pengen survive di dunia yang makin kompetitif. Ini, sih, PR banget.
Karya seni dan musik, bagi banyak dari kita, adalah cara buat ngungkapin apa yang ada di hati. Kravitz, dengan musiknya yang nge-blend berbagai genre, seolah ngasih tahu kita kalau kebebasan berekspresi itu penting. Tapi, kebebasan itu juga kadang bikin kita bingung. Bingung harus milih jalan yang mana, bingung harus percaya sama siapa.
Jadi, di Mana Letak Sukses yang Sesungguhnya?
Balik lagi ke pertanyaan awal: di mana letak sukses yang sesungguhnya? Apakah di rumah mewah, atau di dalam hati? Mungkin, jawabannya ada di tengah-tengah. Sukses itu bukan cuma soal materi, tapi juga soal keseimbangan. Keseimbangan antara apa yang kita inginkan, apa yang kita butuhkan, dan apa yang kita yakini.
Mungkin, Kravitz ngajarin kita kalau meraih mimpi itu penting, tapi jangan sampai lupa sama hal-hal kecil yang bikin hidup kita berarti. Jangan sampai, kesibukan ngejar materi bikin kita kehilangan waktu buat ngobrol sama orang-orang tersayang, atau menikmati secangkir kopi di pagi hari. Itu, sih, yang paling penting.
Kesuksesan itu nggak ada rumusnya. Setiap orang punya jalan cerita masing-masing. Nggak perlu iri sama orang lain, nggak perlu memaksakan diri buat jadi seperti orang lain. Jadilah diri sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangan.