Dark Mode Light Mode

KIST Perkenalkan Sensor Semikonduktor 2D Berkinerja Tinggi di Indonesia

Mata Dragonfly di Era Digital: Bisakah Kita Melihat Lebih Jelas?

Kamu pernah nggak sih, merasa teknologi itu kayak pedang bermata dua? Di satu sisi, memudahkan hidup kita, di sisi lain, bikin kita makin tergantung. Nah, baru-baru ini, ada terobosan teknologi yang mungkin bisa mengubah cara kita memandang dunia, literally. Bayangin, sensor gambar yang lebih canggih dari kamera smartphone kamu, tapi jauh lebih kecil dan efisien. Menarik, kan?

Teknologi pencitraan generasi mendatang kini merambah jauh dari sekadar kamera smartphone—sekarang merasuk ke dalam perangkat pintar, robotika, hingga perangkat Extended Reality (XR). Intinya, teknologi ini mengubah sinyal cahaya jadi sinyal listrik. Ya, sederhananya, teknologi ini “melihat” dunia untuk kita, merekonstruksi bentuk, ukuran, dan posisi spasial dari apa pun yang ada di sekitar kita.

Saat ini, sebagian besar sensor gambar komersial masih mengandalkan semikonduktor silikon. Tapi, para ilmuwan nggak berhenti di situ—penelitian terus berlanjut untuk mencari pengganti silikon, salah satunya dengan memanfaatkan nanomaterial semikonduktor dua dimensi (2D). Bahan-bahan tipis ini menjanjikan properti optik yang luar biasa dan potensi miniaturisasi. Bayangin teknologi yang lebih kecil dari harapanmu.

Namun, untuk memaksimalkan potensi mereka, dibutuhkan elektroda yang punya resistansi rendah. Sayangnya, sensor berbasis semikonduktor 2D konvensional seringkali kesulitan mencapai hal ini. Efisiensi pemrosesan sinyal optiknya jadi kurang maksimal, yang menghambat komersialisasi.

Semikonduktor 2D: Rahasia di Balik Layar

Untungnya, tim peneliti dari Korea Institute of Science and Technology (KIST) menemukan solusinya. Mereka berhasil mengembangkan material elektroda inovatif bernama, Conductive-Bridge Interlayer Contact (CBIC). Dengan menambahkan partikel nano emas ke dalam elektroda, mereka berhasil menurunkan resistansi secara signifikan. Hasilnya? Performa sensor gambar semikonduktor 2D meningkat pesat.

Selain itu, mereka juga berhasil mengatasi masalah “Fermi level pinning”, yang seringkali terjadi pada material elektroda konvensional. Jadi, efisiensi sinyal optik sensor semakin meningkat. Hebatnya, mereka terinspirasi dari mata serangga.

Penerapan teknologi ini menjadi bukti nyata. Mereka berhasil mengembangkan teknologi pencitraan tiga dimensi (3D) berbasis integral imaging – terinspirasi dari struktur mata majemuk capung. Teknologi ini memungkinkan akuisisi dan reproduksi gambar 3D RGB penuh warna, merekam dan merekonstruksi bentuk objek 3D.

Teknologi yang Mengubah Cara Kita “Melihat” Dunia

Penemuan ini bukan cuma sekadar “penemuan laboratorium”. Sensor gambar berkinerja tinggi ini diharapkan akan banyak digunakan di berbagai industri canggih, mulai dari perangkat XR, kecerdasan buatan (AI), hingga sistem penggerak otonom. Sudah siap melihat dunia dengan mata yang baru?

Dr. Do Kyung Hwang dari KIST, yang memimpin penelitian ini, optimis bahwa penemuan mereka akan mempercepat industrialisasi teknologi sistem pencitraan generasi mendatang. Ia juga menekankan bahwa material elektroda yang mereka kembangkan mudah dibuat dan dapat diterapkan dalam skala besar.

Dr. Min-Chul Park menambahkan bahwa perangkat optoelektronik berbasis semikonduktor 2D dengan keunggulan ini akan memberikan dampak signifikan di berbagai industri yang membutuhkan sensor visual ultra-kompak, ultra-resolusi tinggi, dan berkinerja tinggi.

Masa Depan Teknologi: Lebih Jauh, Lebih Dalam

Mungkin, suatu hari nanti, kita bisa melihat dunia seperti capung. Teknologi ini membuka peluang baru dalam berbagai aspek kehidupan. Dari hiburan, pendidikan, hingga dunia medis, teknologi ini bisa mengubah segalanya.

Bayangkan, virtual reality yang lebih realistis, robot yang bisa “melihat” dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dengan lebih baik, dan sistem medis yang mampu mendiagnosis penyakit dengan lebih akurat. Semua ini hanya sebagian kecil dari potensi yang ditawarkan oleh teknologi terbaru ini.

Teknologi ini menawarkan solusi untuk tantangan yang ada, sekaligus membuka pintu bagi kemungkinan-kemungkinan baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Ini adalah langkah maju yang signifikan dalam perjalanan kita untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar. Kita sebagai manusia akan terus berkembang, dan teknologi akan terus menjadi alat utama untuk mencapai hal tersebut.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Death Stranding 2: Peluncuran Game Dipastikan pada 26 Juni, Fans Siap-Siap!

Next Post

Jennie BLACKPINK Curhat Soal Perjalanan Solo, Kesehatan & Jadi CEO di Kanal YouTube 'Fairy Jaehyung'