Dark Mode Light Mode

Kepemimpinan Prabowo diuji di tengah meningkatnya perbedaan pendapat

Indonesia Gelap: Ketika Mahasiswa Berteriak, Presiden Harus Mendengarkan

Jakarta, 24 Februari 2025 – Demo mahasiswa akhir-akhir ini menjadi buah bibir di mana-mana. Bukan cuma masalah tugas kuliah yang numpuk atau dosen killer, kali ini mereka turun ke jalan menyuarakan aspirasi. Dari "Indonesia Gelap" hingga berbagai tuntutan lainnya, suara-suara ini jelas bukan sekadar ocehan anak muda yang kurang kerjaan. Ini adalah sinyal.

Awal Mula Kekacauan: Janji Manis dan Anggaran yang Membengkak

Presiden Prabowo Subianto kini sedang menghadapi tantangan yang cukup pelik. Janji-janji kampanyenya yang menggiurkan ternyata punya konsekuensi. Untuk memenuhi semua itu, pemerintah harus mengambil langkah-langkah penghematan. Nah, di sinilah masalahnya dimulai. Kebijakan penghematan ini dianggap tidak pro-rakyat.

Ribuan mahasiswa turun ke jalan, memprotes pemotongan anggaran dan kebijakan lain yang dianggap merugikan. Demonstrasi yang dimulai Senin lalu itu awalnya direncanakan berakhir di depan Istana Negara. Namun, aksi ini terus berlanjut di beberapa kota besar. Buruh dan aktivis pun ikut bergabung, menentang program-program Prabowo yang dianggap terlalu mahal.

Tegang! Itu yang terjadi di Jakarta dan Makassar, di mana kericuhan pecah. Protes yang awalnya damai berubah menjadi aksi lempar kembang api dan bom molotov. Polisi membalas dengan gas air mata dan water cannon. Mencekam, bukan?

Mahasiswa: Garda Terdepan dalam Perjuangan

Aksi unjuk rasa selama seminggu ini menjadi oposisi pertama yang signifikan bagi Prabowo. Ini juga menjadi catatan sejarah, di mana seorang presiden merasakan gelombang protes terkuat sejak era Reformasi. Tuntutan mereka jelas: batalkan instruksi presiden yang memotong anggaran Rp 306,7 triliun. Uang sebanyak itu rencananya akan dialokasikan untuk program makan gratis dan pembentukan dana kekayaan negara.

Mahasiswa juga menuntut evaluasi menyeluruh terhadap program makan gratis, serta pengurangan keterlibatan militer dalam urusan sipil. Bahkan, mereka meminta agar kabinet segera dikecilkan. Tidak hanya itu, para mahasiswa juga menolak campur tangan mantan Presiden Joko Widodo dalam pemerintahan.

Membaca Gelagat: Ketika Publik Mulai Kecewa

Kekecewaan publik terhadap pemerintahan Prabowo ternyata juga dirasakan oleh para mahasiswa di luar negeri. Mereka ingin Prabowo berhenti mengandalkan "kebijakan viral" dan lebih memprioritaskan kondisi sosial ekonomi masyarakat sebelum mengambil keputusan. Keras, tapi beralasan.

Menurut pengamat politik Nicky Fahrizal, demonstrasi ini menunjukkan meningkatnya ketidakpercayaan publik terhadap kabinet Prabowo. Hal ini disebabkan oleh kebijakan yang kurang tepat dan kesalahan yang dilakukan oleh para menteri. Jika tidak segera ditangani, protes ini bisa meluas ke kelompok masyarakat lainnya, termasuk mereka yang mendukung Prabowo dalam pilpres.

Penyebab lain adalah belum meratanya keberadaan program makan gratis. Program ini terkesan diprioritaskan di daerah perkotaan yang notabene warganya sudah memiliki asupan gizi yang baik. Bukan prioritas yang tepat, kan?

Masa Depan Politik: Munculnya Oposisi?

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang memiliki kursi terbanyak di DPR, berpotensi menjadi kekuatan oposisi. Megawati Soekarnoputri, sebagai tokoh sentral partai, bahkan telah meminta kepala daerah dari partainya untuk menarik diri dari acara Prabowo. Apakah ini sinyal perang terbuka?

Jika Prabowo tidak hati-hati, PDI-P bisa memanfaatkan momentum ketidakpercayaan publik untuk memobilisasi dukungan dan melemahkan kepemimpinan Prabowo. Prabowo perlu mengurangi tekanan pada publik dengan mengevaluasi kebijakan dan menghindari implementasi janji kampanye yang bersifat populis. Prioritaskan kepentingan bangsa, bukan sekadar memenuhi janji.

Presiden, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mendengar.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Saksikan Film Konser Black Sabbath Live... Gathered In Their Masses dalam Bahasa Indonesia: Kegelapan Menyatu

Next Post

Loka Rasa Marriott Bonvoy 2025: Merayakan Kelezatan Kuliner Indonesia