Kenapa Dunia Kencan Jadi Lebih Ribet dari Sebelumnya di Usia 30-an?

Usia 30-an dan masih single? Kencan lebih ribet, tapi justru dari sini kamu bisa belajar banyak soal menerima penolakan dan menghargai diri sendiri.

Masuk usia 30-an, kamu mulai merasa dunia kencan makin ribet? Rasanya seperti main video game yang levelnya tiba-tiba melonjak, padahal kamu baru aja mulai belajar. Lingkaran pertemanan mulai mengecil, semua orang di sekitarmu sudah settle dengan pasangannya, dan kamu? Masih sibuk ngeliatin video kucing lucu di TikTok. Ini bukan perkara mudah, apalagi kalau kamu bukan tipe orang yang suka nongkrong tiap malam atau sering dicomblangin oleh teman-teman.

Tapi tenang, this is not the end of your love story.

Dulu, di usia 20-an, kita mungkin berpikir cinta itu gampang. Kamu ketemu orang baru lewat temen, di acara komunitas, atau bahkan grup hobi yang kamu ikuti. Kencan pertama terasa ringan, penuh ekspektasi, dan semuanya tampak berjalan lancar. Tapi sekarang? Semuanya berubah. Dunia kencan terasa seperti labirin yang rumit, penuh jebakan perasaan dan kebingungan. Kamu mungkin sudah ikut berbagai komunitas, aktif di acara sosial, tapi tetap saja, rasanya sulit buat “di-notice” dengan cara yang sama seperti dulu.

Jadi, apa solusi ajaibnya? Dating apps. Yup, mungkin kedengarannya klise, tapi kalau di usia 30-an kamu berharap bisa ketemu jodoh lewat jalur konvensional, siap-siap kecewa. Di era digital ini, aplikasi kencan jadi salah satu cara paling realistis untuk ketemu orang baru. Apalagi sejak pandemi, dunia kencan berubah drastis. Interaksi langsung yang dulu jadi andalan mulai jarang, dan kalau kamu nggak beradaptasi, mungkin kencan akan terasa seperti misi yang hampir mustahil.

Skeptis sama dating apps? Tenang, kamu nggak sendiri. Banyak orang merasa bahwa aplikasi kencan terlalu digital, kurang personal, atau bahkan terkesan seperti pasar malam—semua orang hanya lewat dan berlalu. Tapi, coba pikir ulang. Di era sekarang, aplikasi itu jadi jembatan utama buat bertemu orang-orang baru di luar lingkaran kecilmu. Kalo dulu kamu bisa ketemu gebetan di acara nongkrong atau kerjaan, sekarang kemungkinan besar itu nggak semudah dulu.

Tapi ingat, kencan bukan cuma soal cari pasangan. Prosesnya sendiri mengajarkan kamu banyak hal. Kamu belajar gimana menghadapi anxiety pas kencan pertama, gimana caranya menerima penolakan dengan kepala tegak, dan yang paling penting, kamu belajar untuk lebih menghargai dirimu sendiri. Karena kadang, penolakan itu cuma cara semesta bilang kalau kamu layak dapat yang lebih baik.

Ini juga penting: sabar, tapi tau kapan harus berhenti. Di usia 30-an, kita nggak punya banyak waktu buat terjebak dalam hubungan yang nggak jelas arahnya. Kalau seseorang memang tertarik sama kamu, kamu pasti akan tahu. Kalau mereka suka main tarik ulur, mending tarik diri aja duluan. Stop buang waktu untuk hal yang cuma bikin kamu bingung. Di fase ini, waktu adalah investasi yang berharga. Nggak perlu terlalu lama nunggu sesuatu yang nggak kunjung jadi jelas. Intinya, kalau dia serius, dia nggak akan bikin kamu bingung terus-terusan.

Buat yang masih sering mikir, “Aku ditolak karena kurang ini, kurang itu,” ingat, penolakan bukan ukuran nilai dirimu. Penolakan hanyalah tanda kalau orang tersebut nggak cocok buatmu. Itu bukan soal kamu kurang berharga, tapi soal belum menemukan yang tepat. Penolakan justru bisa bikin kamu lebih kuat dan lebih mengenali dirimu sendiri.

Bahkan, menurut beberapa ahli psikologi, penolakan dalam hubungan itu justru membantu kita menemukan apa yang benar-benar kita butuhkan, bukan sekadar apa yang kita inginkan. Jadi, kalau kamu pernah merasa penolakan itu seperti tamparan keras dari semesta, anggap itu sebagai langkah maju dalam perjalanan menemukan pasangan yang tepat.

Namun, mari jujur sebentar: penolakan itu memang nyebelin. Nggak peduli seberapa dewasa atau bijaknya kita, tetap aja rasanya nggak enak. Tapi, hal baiknya adalah, penolakan akan membantumu menyaring orang yang memang cocok denganmu. Lagi pula, taste orang itu beda-beda, dan tidak semua orang punya selera yang bagus, kan? Jadi, jangan terlalu dipikirkan.

Tulisan ini bukan tentang menyerah, tapi tentang growing through the process. Kegagalan dan penolakan adalah bagian dari perjalanan, tapi justru di situlah kamu berkembang. Kencan di usia 30-an mungkin lebih ribet, penuh tikungan tajam dan jalan buntu, tapi itu bukan alasan buat berhenti mencoba. Terus buka hati, terus jaga pikiran positif, dan yang paling penting: terus ingat untuk menghargai diri sendiri.

Pada akhirnya, kamu pasti akan menemukan orang yang tepat. Tapi ingat, perjalanan menuju ke sana penuh dengan pelajaran hidup yang sangat berharga. Jangan hanya fokus pada akhir cerita, nikmati prosesnya. Ingat, hidup bukan soal menang atau kalah dalam cinta, tapi soal menemukan kebahagiaan dan kedamaian di dalam dirimu sendiri terlebih dulu.

Karena pada akhirnya, kalau dia buatmu, dia nggak akan lepas begitu aja.

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *