TikTok, aplikasi media sosial populer dengan lebih dari satu miliar pengguna di seluruh dunia, kini berada di ambang larangan total di Amerika Serikat. Dengan batas waktu 19 Januari 2025 bagi induknya, ByteDance, untuk menjual sahamnya, larangan ini bukanlah isu baru. Bagaimana cerita ini dimulai, dan kenapa TikTok menjadi sorotan tajam pemerintah AS?
Apa yang Terjadi dengan TikTok?
TikTok menghadapi ancaman larangan di AS karena pemerintah mencurigai aplikasi ini mengancam keamanan nasional. Pemerintah khawatir bahwa data pengguna Amerika bisa diakses oleh pemerintah Tiongkok melalui ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di Beijing.
TikTok telah membantah tuduhan ini, dengan menyatakan bahwa data pengguna AS disimpan di server domestik dan tidak dapat diakses oleh pihak asing. Namun, pemerintah AS, didukung oleh FBI dan badan intelijen lainnya, tetap bersikeras bahwa aplikasi ini berisiko besar.
Bagaimana Kronologinya?
2019: Awal Investigasi
Kekhawatiran tentang TikTok mulai muncul ketika aplikasi ini semakin populer di Amerika. Investigasi pertama dilakukan oleh Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) untuk menyelidiki akuisisi Musical.ly oleh ByteDance pada 2017, yang menjadi dasar pembentukan TikTok.
2020: Ancaman Larangan oleh Donald Trump
Pada Agustus 2020, Presiden Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang mengancam akan melarang TikTok kecuali ByteDance menjual operasinya di AS. Microsoft dan Oracle sempat menunjukkan minat untuk membeli TikTok, tetapi kesepakatan itu tidak pernah terwujud.
2021: Perubahan Pemerintahan, Tekanan Tetap Ada
Setelah Joe Biden menjadi presiden, tekanan terhadap TikTok tidak surut. Pemerintahannya meluncurkan tinjauan baru terhadap aplikasi ini, tetap mengutamakan kekhawatiran tentang keamanan data dan potensi pengaruh Tiongkok.
2022: FBI Peringatkan Ancaman Keamanan Nasional
Pada tahun 2022, Direktur FBI Christopher Wray menyatakan bahwa TikTok dapat menjadi alat pengumpulan data oleh pemerintah Tiongkok. Wray menyoroti risiko bahwa pemerintah Tiongkok dapat menggunakan aplikasi ini untuk mempengaruhi opini publik atau mendapatkan data sensitif pengguna AS.
2023: Data Pengguna Diduga Diakses oleh ByteDance
TikTok mengalami pukulan besar ketika laporan muncul bahwa karyawan ByteDance di Tiongkok telah mengakses data jurnalis AS. Ini memperkuat kecurigaan bahwa TikTok bisa menjadi alat pengawasan.
2024: Biden Tandatangani Undang-Undang Penjualan TikTok
Pada April 2024, Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang mewajibkan ByteDance menjual saham TikTok di AS atau menghadapi larangan total. Tenggat waktu untuk penjualan ditetapkan pada 19 Januari 2025.
Januari 2025: TikTok di Ambang Larangan
Dengan tanggal akhir semakin dekat, ByteDance masih menolak untuk menjual operasinya. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai, TikTok akan dihapus dari app store dan situsnya ditutup di AS.
Mengapa TikTok Dianggap Berbahaya?
- Keterkaitan dengan Pemerintah Tiongkok
ByteDance berbasis di Beijing, sehingga secara hukum, perusahaan ini diwajibkan untuk mematuhi peraturan pemerintah Tiongkok. AS khawatir data pengguna TikTok dapat diakses oleh Beijing untuk kepentingan politik atau intelijen. - Risiko Manipulasi Opini Publik
Selain masalah data, TikTok juga dituduh bisa digunakan untuk menyebarkan propaganda atau memanipulasi opini publik melalui algoritmanya. - Kasus Akses Data Tidak Sah
Laporan bahwa ByteDance mengakses data jurnalis dan pengguna AS menjadi bukti nyata bahwa ada pelanggaran privasi yang serius.
Siapa yang Terlibat?
- ByteDance: Perusahaan induk TikTok yang berbasis di Tiongkok.
- Pemerintah AS: Dipimpin oleh Presiden Joe Biden, dengan dukungan dari FBI dan badan intelijen lainnya.
- CFIUS: Badan yang bertugas meninjau investasi asing dan dampaknya terhadap keamanan nasional.
Dimana Larangan Ini Akan Diberlakukan?
Larangan ini hanya berlaku di Amerika Serikat. TikTok tetap beroperasi normal di negara lain, kecuali jika negara-negara tersebut memutuskan untuk mengikuti jejak AS.
TikTok telah mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan pemerintah AS, seperti memindahkan data pengguna Amerika ke server domestik yang dikelola oleh Oracle. Namun, langkah ini belum cukup untuk menghilangkan kekhawatiran keamanan.
Jika ByteDance menolak menjual sahamnya:
- TikTok akan dihapus dari app store pada 19 Januari 2025.
- Situs TikTok juga akan dinonaktifkan di AS.
- Kreator konten Amerika harus mencari alternatif platform untuk melanjutkan karier mereka.
Namun, jika ByteDance memutuskan untuk menjual sahamnya, TikTok akan tetap beroperasi, tetapi dengan pemilik baru. Beberapa nama besar seperti Elon Musk dan MrBeast telah menyatakan minat untuk membeli platform ini, meskipun prosesnya rumit dan penuh tantangan hukum.
TikTok berada di persimpangan jalan. Dengan tenggat waktu yang semakin dekat, masa depan aplikasi ini di AS bergantung pada keputusan ByteDance. Apakah mereka akan menjual sahamnya atau memilih untuk keluar dari pasar AS? Yang pasti, kasus ini menjadi pengingat bahwa di era digital, keamanan data adalah isu yang tidak bisa dianggap remeh.