Kenapa Orang Indonesia Ketagihan Drama Perselingkuhan? Apakah Kita Mulai Menganggapnya Normal?

Serial bertema perselingkuhan dan poligami memang seru, tapi terlalu banyak menonton bisa berdampak negatif. Jangan sampai normalisasi konflik rumah tangga mempengaruhi cara pandang kita terhadap pernikahan.

Coba perhatikan deh, kok ya makin banyak drama Indonesia yang bertema perselingkuhan dan poligami. Lihat aja judul-judul drama terbaru di platform streaming atau sinetron di TV. Seolah-olah, cerita tentang hubungan rumah tangga yang berantakan jadi magnet buat penonton. Drama kayak Jangan Salahkan Aku Selingkuh di WeTV adalah salah satu contohnya. Tapi kenapa sih masyarakat kita sepertinya nggak bisa move on dari topik ini?

Sebelum kita ngomongin dampak negatifnya, kita gali dulu: kenapa kok drama model begini laku keras?

Kenapa Orang Indonesia Suka Drama Perselingkuhan dan Poligami?

  1. Relatable dengan Kehidupan Sehari-hari Nggak bisa dipungkiri, tema perselingkuhan dan poligami itu, meskipun kontroversial, sangat dekat dengan realitas masyarakat. Di Indonesia, konflik rumah tangga, perceraian, dan perselingkuhan bukan hal yang jarang terjadi. Drama-drama ini memotret kehidupan sehari-hari yang mungkin dialami banyak orang. Karena itu, penonton merasa seolah-olah apa yang mereka tonton adalah refleksi dari masalah mereka sendiri atau orang-orang di sekitar mereka.
  2. Rasa Penasaran yang Selalu Memuncak Menurut psikolog, salah satu alasan kenapa orang suka nonton drama dengan konflik yang intens adalah rasa penasaran dan ketegangan yang ditawarkan. Perselingkuhan dan poligami adalah tema yang penuh emosi dan konflik batin, bikin orang kepo: “Apa yang akan terjadi selanjutnya?” Apakah si suami akan ketahuan? Apakah si istri akan memaafkan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang bikin penonton terus ketagihan.
  3. Drama Sebagai Pelarian dari Kehidupan Sehari-hari Banyak orang yang nonton drama untuk melarikan diri dari realitas. Tapi, yang menarik, drama seperti ini malah menawarkan realitas yang lebih dramatis dari kehidupan sehari-hari mereka. Mungkin dalam kehidupan nyata nggak seberantakan itu, tapi drama penuh konflik ini jadi semacam “hiburan” buat mereka. Bukannya kabur dari masalah, malah menikmati versi lebih ‘panas’ dari masalah yang mungkin mereka hindari.

Dampak Negatif dari Paparan Drama Perselingkuhan dan Poligami

Tapi, di balik serunya menonton drama seperti ini, ada beberapa dampak negatif yang mungkin nggak langsung kelihatan tapi pelan-pelan bisa berpengaruh buruk.

  1. Normalisasi Perselingkuhan dan Poligami Ketika drama-drama ini terus-terusan mengangkat tema perselingkuhan dan poligami, ada risiko bahwa perilaku tersebut akan dianggap sebagai sesuatu yang normal. Seolah-olah, selingkuh atau poligami adalah jalan keluar dari masalah rumah tangga yang sah-sah saja. Padahal, dalam kenyataannya, perselingkuhan menghancurkan kepercayaan dan hubungan. Studi menunjukkan bahwa perselingkuhan adalah salah satu penyebab utama perceraian, dan dampaknya bisa sangat merusak, terutama bagi anak-anak yang terjebak dalam situasi tersebut .
  2. Merusak Persepsi Tentang Pernikahan Terus-menerus menonton drama dengan konflik rumah tangga yang ekstrim juga bisa bikin persepsi kita tentang pernikahan jadi lebih negatif. Seolah-olah, pernikahan adalah institusi yang penuh konflik, ketidaksetiaan, dan penderitaan. Ini bisa membuat generasi muda takut atau punya harapan yang salah tentang apa itu pernikahan. Sebuah studi dari Psychology Today menunjukkan bahwa media bisa mempengaruhi cara kita memandang hubungan . Kalau kita terus-menerus disuguhi cerita tentang pernikahan yang berantakan, kita bisa kehilangan gambaran tentang apa itu pernikahan yang sehat dan bahagia.
  3. Mengurangi Empati terhadap Korban Perselingkuhan Dalam drama, seringkali pelaku perselingkuhan digambarkan dengan cara yang membuat penonton merasa empati padanya. Misalnya, “Oh, dia selingkuh karena pernikahannya nggak bahagia” atau “Dia punya alasan kuat untuk melakukan itu.” Ini bisa membuat kita kurang empati terhadap korban perselingkuhan di kehidupan nyata. Dalam realitas, perselingkuhan adalah tindakan pengkhianatan yang bisa meninggalkan luka psikologis yang dalam pada pasangan yang dikhianati.
  4. Memicu Ekspektasi Tidak Realistis Menurut riset yang diterbitkan di Journal of Family Issues, seringkali media membentuk ekspektasi yang tidak realistis tentang hubungan . Drama-drama ini, meskipun menawarkan konflik yang menarik, sering kali memberikan solusi yang dramatis dan tidak realistis. Penonton bisa jadi berpikir bahwa perselingkuhan atau poligami adalah solusi yang layak untuk masalah rumah tangga, padahal dalam kehidupan nyata, solusi yang baik jauh lebih kompleks dan penuh kompromi.
  5. Potensi Menjadi Pemicu Ketegangan dalam Hubungan Nyata Paparan drama semacam ini juga bisa berdampak pada hubungan nyata. Menurut riset dari Family Relations Journal, ada korelasi antara konsumsi media yang sarat konflik dan peningkatan konflik dalam hubungan nyata . Orang yang terlalu sering menonton drama perselingkuhan bisa jadi lebih curiga terhadap pasangannya atau punya harapan yang tidak realistis tentang bagaimana sebuah hubungan seharusnya berjalan.

Solusi: Pilih Tontonan yang Memberikan Inspirasi Positif

Nggak ada salahnya menikmati drama dengan bumbu konflik rumah tangga sesekali, tapi penting untuk seimbang. Pilihlah juga tontonan yang menawarkan hubungan sehat, komunikasi yang baik, dan resolusi konflik yang realistis. Banyak serial yang mengangkat kisah cinta dan pernikahan dengan cara yang lebih inspiratif dan positif.

Akhirnya, drama memang hiburan, tapi kita juga perlu bijak memilih tontonan yang kita nikmati. Jangan sampai cerita fiksi mempengaruhi cara kita memandang hubungan nyata.

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *