Dark Mode Light Mode

Kelayakan Injeksi Steroid Epidural Transforaminal Lumbal Berpandu Ultrasonografi: Implikasi Klinis di Indonesia

Visibilitas Tinggi, Radiasi Rendah: Bisakah USG Menggantikan Fluoroskopi untuk Injeksi Epidural Transforaminal?

Pernahkah kamu membayangkan rasa sakit yang menusuk di punggung, kayak ada listrik yang nyetrum? Pasti bikin nggak nyaman, kan? Nah, salah satu cara buat ngurangin rasa sakit itu adalah dengan injeksi epidural transforaminal. Tapi, tahu nggak sih kalau metode konvensionalnya pakai fluoroskopi? Mungkin kamu mikirnya, "Apaan tuh?" Gampangnya, fluoroskopi itu kayak x-ray yang bikin dokter bisa ngelihat langsung ke dalam tubuh kamu. Tapi, ada beberapa masalah nih…

Fluoroskopi memang jago buat nentuin lokasi saraf dan nyuntik obatnya. Tapi, dia butuh zat kontras buat mastiin obatnya nyebar dengan bener dan nggak masuk ke pembuluh darah. Masalahnya, zat kontras ini nggak bisa dipakai buat semua orang, terutama buat kamu yang alergi. Bahkan, kadang fluoroskopi juga nggak bisa deteksi kalau ada obat yang masuk ke pembuluh darah, mungkin karena kurang teliti atau memang sistemnya belum sempurna.

Ditambah lagi, pakai fluoroskopi itu sama aja kayak kamu kena radiasi. Bayangin, buat satu prosedur aja, kamu bisa kena radiasi 2-4 kali lipat lebih banyak daripada cuma pakai fluoroskopi. Nggak kebayang kan kalau kamu harus bolak-balik buat injeksi? Mungkin buat sebagian orang, radiasi cuma jadi masalah kecil. Tapi, buat beberapa kelompok kayak ibu hamil atau orang yang alergi zat kontras, ini bisa jadi masalah besar.

USG: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?

Untungnya, ada teknologi lain yang mulai dilirik: USG! Alat ini udah terbukti cukup akurat buat ngeliat anatomi tulang belakang dan nyuntik obat ke saraf. Beberapa penelitian juga nunjukkin kalau USG bisa dipakai buat nemuin lubang tempat saraf keluar dari tulang belakang. Tapi, ada satu hal yang belum banyak diteliti: apakah USG bisa dipakai buat injeksi epidural transforaminal yang aman dan efektif—tanpa radiasi dan zat kontras?

Penelitian ini mencoba ngejawab pertanyaan itu. Tujuannya, buat ngecek apakah USG bisa jadi alternatif buat fluoroskopi dalam prosedur injeksi epidural transforaminal. Kalau berhasil, ini bisa jadi kabar gembira banget, terutama buat orang-orang yang nggak bisa pakai fluoroskopi.

Mencoba USG: Apa Saja yang Ditemukan?

Penelitian ini melibatkan 30 pasien yang udah punya masalah nyeri punggung dan dijadwalkan buat injeksi. Kriteria utamanya, pasien nggak boleh punya kelainan tulang belakang atau pernah operasi tulang belakang sebelumnya. Prosedurnya sih standar, pasien disuruh telentang, terus dokter pakai alat USG buat ngeliat tulang belakang. Alat USG yang dipakai juga bukan sembarang USG, lho.

Dokter kemudian ngecek posisi jarum suntiknya, apakah udah pas di dalam lubang tempat saraf keluar. Setelah itu, baru deh disuntik obatnya. Tapi, buat mastiin semuanya bener, posisi jarum suntik dan penyebaran obat tetep dicek pakai fluoroskopi.

Hasilnya cukup menarik. Di tulang belakang bagian atas (L2, L3, dan L4), dokter bisa ngelihat ujung jarum dan nyuntik obat pakai USG tanpa masalah. Tapi, di tulang belakang bagian bawah (L5), ternyata nggak semudah itu. Ujung jarumnya seringkali nggak kelihatan jelas. Apa karena tulangnya terlalu padat? Akhirnya, dokter harus pakai fluoroskopi buat mastiin jarumnya masuk dan obatnya nyebar dengan bener.

Kenapa ini bisa terjadi? Ternyata, posisi lubang tempat saraf keluar di tulang belakang bagian bawah (L5) itu agak berbeda sama bagian atasnya. Di L5, lubangnya lebih miring dan posisinya agak sulit dijangkau pakai USG.

L5: Tantangan yang Tak Terduga

Sepertinya ada beberapa hal yang bikin USG agak kesulitan di area L5. Pertama, ketebalan tulang di area itu. Tulang L5 yang mungkin lebih tebal atau struktur anatominya yang unik, bisa jadi bikin gelombang suara USG jadi susah menembus. Kedua, sudut. Sudut keluar saraf di L5 lebih curam, jadi dokter sulit ngarahin jarum suntiknya. Ketiga, variasi anatomi. Setiap orang itu unik, kan? Mungkin ada variasi anatomi yang bikin prosedur jadi lebih sulit.

Penelitian nunjukkin bahwa USG bisa jadi alternatif yang menjanjikan buat injeksi di bagian atas tulang belakang. Tapi, buat L5, fluoroskopi masih jadi pilihan yang lebih baik.

Masa Depan yang Lebih Cerah?

Penelitian ini memang cuma langkah awal. Masih banyak hal yang perlu diteliti lebih lanjut. Ke depannya, mungkin akan ada penelitian dengan populasi pasien yang lebih besar. Mungkin akan ada penelitian yang fokus pada pasien dengan masalah obesitas, karena USG mungkin lebih sulit digunakan pada pasien dengan jaringan lemak tebal. Mungkin juga akan ada penelitian yang ngebandingin seberapa lama waktu yang dibutuhkan buat melakukan prosedur dengan USG dibandingkan dengan fluoroskopi.

Yang jelas, USG punya potensi besar buat mengurangi paparan radiasi dan risiko alergi. Mungkin suatu hari nanti, USG bisa menggantikan fluoroskopi sepenuhnya. Siapa tahu?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Pemeliharaan Server Tekken 8 untuk Patch 1.12 Diumumkan

Next Post

Drake Singgung "Perseteruan Rap" di Album Baru Kurang dari Seminggu Usai Penampilan Kendrick Lamar di Super Bowl: "Kami Jauh Lebih Keras"