Dark Mode Light Mode

Kelakuan Random Reita (the GazettE) yang Selalu Diingat

Rasanya masih sulit dipercaya kalau Reita, sang bassist ikonik dari the GazettE, telah meninggalkan kita semua. Kenyataan pahit ini memang berat diterima, namun tanpa terasa, kita sudah kembali bertemu tanggal 15 April, tepat satu tahun peringatan kepergiannya. Momen ini terasa campur aduk, antara kesedihan yang masih membekas dan keinginan untuk merayakan warisan luar biasa yang ditinggalkannya. Lebih dari sekadar riff bass yang menghentak, Reita memiliki persona unik yang membuatnya begitu dicintai.

Mari kita sejenak mengenang sosoknya, bukan hanya sebagai musisi jenius, tetapi sebagai pribadi yang penuh warna. the GazettE, sebagai salah satu raksasa di kancah Visual Kei dan J-Rock, dikenal dengan citra panggung yang gelap dan intens. Reita, dengan penutup hidung khasnya, menjadi salah satu pilar visual dan musikalitas band ini. Penampilannya selalu powerful, energik, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas the GazettE yang mendunia.

Namun, di balik penampilan panggung yang sangar dan misterius itu, tersimpan sisi lain Reita yang mungkin tidak banyak diketahui orang di luar lingkaran penggemar berat. Ia adalah sosok yang hangat, rendah hati, dan, yang paling menarik, memiliki selera humor yang unik dan terkadang absurd. Sisi inilah yang membuatnya begitu relatable dan dicintai, melampaui sekadar kekaguman terhadap skill bermusiknya. Justru kepribadiannya yang membumi inilah yang seringkali membuat penggemar merasa lebih dekat.

Reita adalah seorang pionir dalam banyak hal, mulai dari estetika visualnya yang khas hingga gaya permainannya yang agresif namun presisi. Ia turut membentuk sound the GazettE yang kita kenal saat ini, sebuah perpaduan antara heavy metal, rock alternatif, dan nuansa gelap yang khas. Kontribusinya dalam band tidak hanya sebatas permainan bass, tetapi juga dalam membangun citra dan koneksi dengan para penggemar. Ia adalah definisi musisi yang komplet.

Akan tetapi, jika kita menggali lebih dalam melampaui fasad keren yang pertama kali menarik perhatian, kita akan menemukan semangat unik dan sense of humor-nya yang brilian. Kharisma Reita tidak hanya terpancar saat ia memegang bass di atas panggung megah. Justru dalam momen-momen santai, wawancara, atau bahkan cuitan di media sosial, sisi humoris dan terkadang konyolnya itulah yang benar-benar bersinar dan meninggalkan kesan mendalam.

Artikel ini didedikasikan sebagai cara ringan untuk merayakan keceriaan yang ia bawa ke dalam hidup kita semua. Alih-alih terus terlarut dalam duka, mari kita tersenyum bersama mengenang momen-momen kocak dan menghangatkan hati dari sang legenda bass ini. Karena pada akhirnya, kenangan indah dan tawa adalah warisan terbaik yang bisa kita jaga. Ini adalah penghormatan untuk Reita, sang bintang rock dengan hati yang jenaka.

Perjalanan Reita bersama the GazettE adalah sebuah epik tersendiri dalam sejarah musik Jepang. Mereka memulai dari kancah independen, merangkak naik dengan kerja keras dan musik yang solid, hingga mencapai puncak popularitas global. Reita, bersama Ruki, Uruha, Aoi, dan Kai, telah melalui berbagai fase evolusi musik dan visual, namun kekompakan dan persahabatan mereka tetap menjadi inti kekuatan band ini. Kehilangan Reita tentu menjadi pukulan besar bagi keluarga, band, dan jutaan penggemar di seluruh dunia.

Alasan Kocak Reita Gabung Twitter

Di era ketika Twitter (sekarang "X") baru mulai merambah popularitas, terutama di kalangan musisi J-Rock, tidak semua anggota band otomatis punya akun pribadi. Reita termasuk yang agak terlambat bergabung, dan lucunya, ia tampaknya belum begitu paham cara kerja media sosial ini. Dalam sebuah wawancara radio, terungkaplah kisah kocak di balik debutnya di Twitter. "Awalnya aku cuma mau bikin akun palsu [buat iseng]," ungkap Reita, disambut tawa sang DJ.

Ia melanjutkan ceritanya dengan polos, "Aku bikin akun di rumah, terus nge-tweet ‘Aku mulai main Twitter', tapi kok nggak ada yang follow!". Bahkan setelah ia mengeluh di tweet berikutnya, "Nggak ada yang follow, jadi nggak ada yang bisa ditulis…", jumlah pengikutnya tetap nol besar. Sang DJ sampai tertawa terbahak-bahak dan bertanya, "Tunggu, tunggu? Kamu beneran sebodoh itu?". Reita membela diri, menjelaskan bahwa ia bingung kenapa banyak akun palsu dirinya tapi akun aslinya malah sepi, sampai akhirnya ia bertanya pada Ruki. Ruki dengan santai menjawab, "Ya iyalah," lalu menyuruh Reita mengikutinya, dan barulah bola salju follower mulai bergulir setelah diretweet oleh sang vokalis.

Krisis Eksistensial Reita dan Fitur Face Unlock iPhone

Tahun 2017, iPhone X hadir dengan fitur baru "Face Unlock" yang memungkinkan pengguna membuka kunci ponsel hanya dengan wajah. Masalahnya, saat itu teknologi ini belum mendukung pembukaan kunci saat pengguna memakai masker. Reita, yang ikonik dengan kain atau masker penutup sebagian wajahnya, menghadapi dilema kocak: haruskah ia membeli iPhone baru ini? Tentu saja ini dilebih-lebihkan, tapi justru itulah yang membuat kisahnya jadi lucu dan sangat Reita.

Melalui sebuah cuitan, ia mengungkapkan kegalauannya dengan gaya khasnya: "Aku pengen iPhone X, tapi kalau dipikir-pikir, kayaknya aku nggak bakal bisa buka kuncinya pakai face recognition deh…". Penggemar pun langsung ramai menanggapi dengan berbagai komentar lucu, membayangkan sang bassist kesulitan membuka ponselnya sendiri. Ini adalah contoh sempurna bagaimana Reita bisa mengubah situasi teknologi sehari-hari menjadi momen komedi yang relatable, terutama bagi persona uniknya. Kisah ini menunjukkan sisi down-to-earth seorang bintang rock.

Air Mata Panggung Reita: Ternyata Cuma CG?

Bagi penggemar yang jeli menonton DVD konser the GazettE, terutama di penampilan final tur, pasti sering melihat betapa emosionalnya Reita di atas panggung. Ia tampak menjadi anggota yang paling sering terbawa perasaan. Dalam sebuah wawancara eksklusif pada tahun 2019, kesempatan ini digunakan untuk ‘mengkonfrontasi' Reita mengenai hal ini. Ketika ditanya apakah final tur terasa lebih spesial, Ruki menjawab biasa saja, namun perhatian langsung beralih ke Reita.

Saat pewawancara berkata, "Tapi kami lihat di DVD, kamu selalu lebih emosional di show terakhir. Terutama Reita, kami lihat dia menangis," Reita dengan wajah datar dan sedikit tawa menjawab, "Itu semua CG (computer graphics) [tertawa]." Tentu saja itu hanya candaan, tapi jawaban tak terduga itu sukses membuat suasana cair dan penuh tawa. Ia kemudian menambahkan, "Itu terjadi padaku setelah setiap tur… Tiba-tiba sendirian, aku merasa sedikit sedih. Aku sedikit menangis tadi malam [tertawa]." Jawaban ini menunjukkan kombinasi antara sisi emosionalnya yang tulus dan kemampuannya melontarkan humor deadpan.

Misi Rendah Hati Reita: Beli Bass Online

Meskipun the GazettE adalah salah satu band Visual Kei paling populer, Reita tetap melihat dirinya sebagai "orang biasa" dan punya mindset ekonomi yang sehat. Mungkin inilah yang membuatnya begitu dicintai dan relatable. Setelah baru saja membeli bass baru yang menurutnya bagus, Reita menemukan ada versi high-end dari bass tersebut yang harganya empat kali lipat. Karena harganya tidak murah, ia terus bimbang sambil mengecek situs web penjualnya setiap hari.

Dalam sebuah wawancara, ia berkata, "Itu karena aku cuma orang biasa [tertawa]." Ia menjelaskan alasannya membeli bass yang lebih mahal itu secara bertahap. Ia mencoba bass Dingwall standar di toko, suka, lalu membelinya. Setelah riset, ia baru tahu ada versi high-end yang merupakan show model dari NAMM Show 2020 – satu-satunya di dunia. Masalahnya, bass itu ada di Osaka, dan karena pandemi, ia tidak bisa mencobanya langsung. "Aku merasa berisiko membelinya tanpa mencoba, tapi karena ini model pameran, aku pikir bakal cepat laku, jadi aku cek online tiap hari." Akhirnya ia nekad membeli secara online dengan perasaan cemas, "Kalau suaranya aneh, kan nggak keren banget". Untungnya, saat bass itu tiba dua hari kemudian, kualitasnya memuaskan. "Ah, syukurlah…" ujarnya lega sambil tertawa. Kisah ini, ditambah cerita masa lalunya yang hidup sederhana bersama ibu dan kakaknya, menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa.

Kecintaan Reita pada hal-hal sederhana juga terlihat dari pengakuannya tentang kebahagiaan ultimatenya: makan kepiting! Dalam sebuah obrolan santai dengan Seiichi Hoshiko, seorang figur senior di dunia Visual Kei, Reita berbagi tentang kesenangan kecil dalam hidupnya. Ketika ditanya tentang makanan favoritnya, ia menjawab, "Aku suka makan kepiting. Jadi sekitar sekali atau dua kali setahun… aku dapat kesempatan makan kepiting. Aku suka red king crab, itu benar-benar pesta buatku [tertawa]." Saat ditanya apakah momen makan itu adalah kebahagiaan puncaknya, ia menjawab singkat, "Benar." Sungguh sebuah potret kesederhanaan dari seorang ikon musik.

Semoga rangkuman kenangan tentang sisi jenaka dan hangat Reita ini bisa membawa senyuman di wajah kita, sama seperti yang ia lakukan semasa hidupnya. Reita lebih dari sekadar bassist hebat; ia adalah pribadi karismatik dengan selera humor unik, kerendahan hati yang menyentuh, dan semangat yang tak akan pernah pudar. Mari kita ingat dia tidak hanya melalui musiknya yang menghentak, seperti dalam lagu Silly God Disco, tetapi juga melalui tawa dan kehangatan yang ia bagikan. Warisannya akan terus hidup dalam hati para penggemar.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Hanya di Jepang: Promo Buy-a-Box MTG FINAL FANTASY Diumumkan

Next Post

Dampak 5 Perubahan Besar Patch 8 Baldur's Gate 3 di Luar yang Terlihat Jelas