Kebocoran data sudah jadi momok dunia. Menurut Yonathan Yeremia, CEO Sidik Cyber, ketergantungan pada cloud asing menambah risiko kebocoran data yang makin besar. “Setiap kali data kita nginep di server asing, kita makin rentan,” katanya. Serangan terbaru bahkan mengungkap kelemahan serius dalam keamanan siber global.
Yonathan mendesak Indonesia untuk mandiri teknologi dengan mengandalkan solusi lokal. “TKMT Risk Management dengan TKDN 69,19% bisa jadi jawaban,” ujarnya. Artinya, kita bisa lebih kuat tanpa harus bergantung pada teknologi asing yang sering bocor seperti ember bolong.
Selain itu, Yonathan menegaskan pentingnya respons cepat dan pencegahan dini terhadap ancaman siber. “Kita perlu sistem yang adaptif, siap menghadapi ancaman, dan sesuai dengan kebutuhan lokal,” tegasnya. Indonesia harus punya kemampuan untuk mencegah serangan, bukan sekadar menunggu masalah muncul.
Solusi lokal tidak hanya bisa mengurangi risiko, tapi juga menciptakan kedaulatan digital yang lebih kuat. Yonathan optimis bahwa pendekatan ini memungkinkan mitigasi risiko lebih cepat dan efektif, bahkan saat menghadapi serangan skala besar. Misalnya, serangan terhadap perusahaan seperti Fortinet yang belum lama ini bikin geger.
Lebih lanjut, ia menggarisbawahi pentingnya sistem yang fleksibel dan bisa beradaptasi dengan beragam kebutuhan, mulai dari regulasi hingga antisipasi serangan. “Inovasi lokal lebih kontekstual dan menjawab tantangan keamanan digital di Indonesia,” tambahnya.
Jadi, ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal bagaimana kita bisa berdiri di atas kaki sendiri di ranah digital. Saatnya kolaborasi teknologi lokal untuk mewujudkan kedaulatan digital yang lebih merdeka!