Dark Mode Light Mode

Keanehan Lirik The Killers yang Membuatnya Ikonik Hingga Kini

Lirik “Are we human, or are we dancer?” dari The Killers tetap jadi perdebatan. Tapi justru keanehan itulah yang menjadikannya fenomenal.

Di dunia musik, ada lirik-lirik yang begitu ikonik hingga mereka menjadi bagian dari budaya pop—bukan karena kesempurnaan, melainkan karena keberanian untuk berbeda. Salah satu lirik paling kontroversial yang pernah lahir dari indie rock adalah “Are we human, or are we dancer?” dari lagu Human milik The Killers.

Lirik ini, yang menjadi pusat perhatian di album Day & Age tahun 2008, berhasil mencuri hati sekaligus memicu kebingungan. Dalam perayaan 20 tahun album debut mereka, Hot Fuss, mari kita kembali mengulik makna di balik lirik yang sering disebut aneh ini.

Dancer, Bukan Dancers

Ketika Human dirilis, penggemar langsung terbelah. Banyak yang menyukai beat elektroniknya, tapi bingung dengan pilihan kata “dancer.” Secara gramatikal, lirik ini terasa janggal karena subjeknya jamak (kita manusia), sementara kata “dancer” berbentuk tunggal.

Namun, bagi Brandon Flowers, vokalis The Killers, ini bukan kesalahan. Dalam wawancara dengan Rolling Stone, ia menjelaskan, “Saya benar-benar memikirkan lirik ini dengan mendalam. Orang-orang bilang ini tidak masuk akal, tapi itu justru intinya.”

Flowers juga menegaskan bahwa ia tidak peduli apakah itu sesuai aturan tata bahasa. Baginya, seni adalah kebebasan, dan ia merasa berhak menulis lirik sesuka hati.

Lirik ini bukan sekadar permainan kata. Flowers mengungkapkan bahwa ia terinspirasi oleh Hunter S. Thompson, seorang jurnalis gonzo terkenal yang menulis, “America is raising a generation of dancers, afraid to take one step out of line.”

Lirik “Are we human, or are we dancer?” adalah refleksi dari kritik Thompson terhadap masyarakat modern—tentang bagaimana manusia semakin kehilangan keberanian untuk menjadi diri sendiri. Dengan menulis “dancer,” Flowers memprovokasi pendengar untuk mempertanyakan apakah kita hanyalah boneka yang bergerak mengikuti irama, atau manusia yang berani menentang arus.

Aneh

The Killers tidak asing dengan tema-tema emosional dan personal dalam musik mereka. Dari “Mr. Brightside” hingga “When You Were Young,” lagu-lagu mereka kerap mengeksplorasi pengalaman hidup yang intim. Namun, Human mengambil pendekatan berbeda—lagu ini berbicara tentang kita semua, tentang pertanyaan besar yang melampaui individu.

Dengan memilih kata “dancer,” Flowers memaksa pendengar untuk memikirkan lebih dalam tentang struktur sosial dan nilai-nilai yang kita anggap sebagai kebenaran. Lirik ini mungkin terdengar aneh, tapi di situlah letak kekuatannya.

Lirik yang Menghidupkan Perdebatan

Pada 2014, Human memenangkan polling lirik lagu paling aneh, mengalahkan karya-karya legendaris seperti “I am the Walrus” milik The Beatles. Namun, Brandon Flowers tidak melihat ini sebagai penghinaan. Sebaliknya, ia menganggapnya sebagai bukti bahwa liriknya berhasil membuat orang berpikir dan berdiskusi.

“Ketika orang-orang memprotes tata bahasa lirik ini, mereka secara tidak langsung terlibat dalam dialog tentang makna lagu,” ungkapnya. Dengan cara ini, Human tidak hanya menjadi lagu, tapi juga fenomena budaya.

Hingga saat ini, lirik “Are we human, or are we dancer?” tetap menjadi topik pembicaraan, baik di kalangan penggemar maupun kritikus musik. Namun, terlepas dari kritik, lagu ini tetap menjadi salah satu karya besar The Killers.

Lirik ini mengingatkan kita bahwa seni tidak selalu harus logis atau sesuai aturan. Terkadang, keindahan justru lahir dari keberanian untuk menantang norma dan mengeksplorasi ide-ide baru.

Menjadi Dancer, Menjadi Human

Human adalah ajakan untuk bertanya: apakah kita hanya mengikuti aturan tanpa berpikir, atau berani menjadi diri sendiri? Dengan menggunakan lirik “dancer” alih-alih “dancers,” Flowers memberikan simbol bahwa kita harus menolak keharusan untuk selalu “benar.”

Dan dalam dunia yang semakin dipenuhi kebisingan dan tekanan sosial, mungkin inilah pesan yang kita butuhkan. Kita harus cukup “human” untuk merangkul ketidaksempurnaan, sekaligus cukup “dancer” untuk menari keluar dari barisan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Apakah Microsoft Akan Mengentikan Upgrade Gratis ke Windows 11?

Next Post

TikTok AS: Tidak Ada Jalan Keluar, Termasuk Sideloading